Part 15

7.8K 452 0
                                        

Sisi duduk di meja makan dengan tangan bertumpu pada meja memperhatikan Nayla mengolesi rotinya dengan selai coklat kacang.

"Mau bawa berapa banyak?" tanya Sisi melihat Nayla menangkupkan roti ke empat dan dimasukkan ke dalam kotak bekal.

"Ya secukupnya," sahut Nayla ringan.

"Emang Tristan makannya sebanyak itu ya?" komentar Sisi melihat banyaknya makanan yang dibawa Nayla.

"Ya nggak lah,Si. Udah deh gak usah bawel napa?" kata Nayla yang sekarang sibuk memasukkan wadah orange juice ke dalam tas yang akan dibawanya.

"Lo mau piknik apa mau pindah makan?" ledek Sisi melihat Nayla membawa hampir seluruh jenis makanan yang ada.

"Biarin weee.... Sirik aja yang belum punya pacar," cibir Nayla.

"Eits... Jangan salah... Bukannya gak punya... Tapi belum!" Sisi membalas cibiran Nayla.

"Huuu... Kapan lo mau punya pacar kalo deket-deket terus sama Mr. Chan lo itu," ejek Nayla.

"Hehehe.... Demi Nay...," Sisi terkekeh.

"Demi apa?"

"Demi cita-cita gue...hehehe," Sisi nyengir.

"Gue kan udah pernah bilang ke elo, itu lantai dua cafe kan bisa lo gunain buat wujudin cita-cita lo. Tapi lo nya selalu nolak," kata Nayla gemas melihat Sisi begitu ngotot gak mau menuruti sarannya untuk merintis butiknya sendiri kecil-kecilan dilantai dua cafe nya.

"Thank's Nay, tapi biar gue belajar dulu buat mengelola butik sekaligus menjadi designer yamg baik. Yaa... Meskipun gue harus dengerin nyanyian seriosa Mr. Chan tiap hari. Tapi gue rela," Sisi tersenyum yang membuat Nayla menghentikan kegiatannya dan memeluk sisi dengan bangga dan sayang.

Tiiin...tiiiiiin....

Suara klakson mobil membuyarkan suasana haru biru itu. Nayla segera mengusap air mata nya, cepat-cepat membereskan barang bawaannya dan bersiap-siap.

"Si, gue pergi dulu ya. Itu Tristan udah datang. Gue udah bawa kunci sendiri kok," kata Nayla mencium kedua pipi Sisi dan segera keluar menemui Tristan.

Sisi menghempaskan tubuhnya di sofa. Sepi! Weekend seperti ini biasanya selalu Sisi habiskan dengan bermalas-malasan di kamarnya. Sisi membolak-balik majalah yang baru dibeli Nayla dua hari lalu. Ada gosip terbaru dari artis-artis fenomenal.

Tok tok tok!

Sisi mengangkat wajahnya dari majalah yang ia baca. Siapa sih pagi-pagi udah bertamu? Gak tau kalo ini weekend? Batin Sisi. Ia berdiri membukakan pintu dan...

"Digo? Ngapain lo kesini? Biasanya ngabarin dulu?" tanya Sisi mengernyit.

"Gue pengen ajakin lo weekend. Mau gak? Suntuk nih," ajak Digo memamerkan senyum mautnya.

"Kok mendadak? Gue kan belum siap?" protes Sisi.

"Gak pa pa, gue tungguin deh. Gih sana siap-siap," ujar Digo mendorong-dorong Sisi masuk ke dalam.

Sisi segera masuk ke kamarnya bersiap-siap. Dan setengah jam kemudian Sisi sudah duduk manis di dalam mobil Digo.

Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Sisi sudah mengirim pesan pada Nayla kalo ia pergi bersama Digo.

Akhirnya mereka sampai di sebuah perkebunan teh yang sangat luas. Ada rumah teh di sana, juga villa-villa kecil yang berjarak cukup jauh satu dengan lainnya.

Digo memarkir mobilnya di depan villa yang terlihat paling besar diantara villa-villa di sekitarnya.

"Yuk turun," kata Digo membukakan pintu buat Sisi.

Sisi turun dari mobil dan melihat sekelilingnya.

"Kok di sini? Villa siapa?" tanya Sisi.

"Villa bokap gue," kata Digo santai.

"Berarti villa yang di sekitar sini juga punya lo?" Sisi membelalakkan matanya.

"Bukan Sisi, punya bokap gue..."

"Ya sama aja kan, punya bokap lo sama punya lo apa bedanya?"

"Ya beda lah... Kalo punya gue, itu hasil jerih payah gue sendiri," jelas Digo serius.

"Lalu, Starlight hotel itu?"

"Punya bokap juga, cuma gue punya saham disitu. Udah ah... Ngapain ngomongin itu, yuk jalan-jalan!" ajak Digo menarik tangan Sisi melewati hamparan kebun teh yang menuju ke pinggiran lembah.

"OMG hellloooowwh..... Bagus bangeeeet.....," teriak Sisi melihat pemandangan yang terhampar di hadapannya.

Digo tersenyum melihat Sisi yang ekspresif memperlihatkan kekagumannya.

"Duh... Berasa surga deh... Kalo aja gue punya tempat kaya gini, gue bakal sering-sering kesini deh..... Sumpah ini bener-bener amazing," Sisi terus menerus menggumamkan kekagumannya.

"Lo suka di sini?" tanya Digo bersedekap sambil mengamati Sisi yang masih terpesona.

"Suka banget!" sahut Sisi antusias.

Tak terasa hampir satu jam mereka berdiri di tempat itu. Sementara Sisi menikmati suguhan alam yang begitu memukaunya, Digo hanya berdiri menyandar pada sebatang pohon dan bersedekap memandangi wajah cantik Sisi.

(Bersambung)

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang