Part 22

7.6K 416 1
                                    

"Maksud lo?" tanya Sisi tidak mengerti.

"Maksud gue, selama menunggu acara minggu depan, kita jalani seperti pacaran beneran. Gimana?"

"Hah??? Enak di elo dong!!? Ogah! Gue gak mau!" protes Sisi.

"Dengerin dulu dong.... Selama seminggu kedepan, kita kan jadi bisa lebih dekat, lebih akrab, lo bisa tau keseharian gue ngapain aja.... Yaaa... Pokoknya biar kita gak canggung pas di acara reuni itu," bujuk Digo setengah memaksa.

Sisi diam melirik Digo. Dagunya sedikit diangkat. Tangannya bersedekap sama sekali tidak anggun. Tapi di mata Digo, justru tingkah Sisi sekarang malah tampak lucu dan membuatnya gemas.

"Si, kok diem? Sisi... Hei...," panggil Digo tak sadar mengelus rambut Sisi lembut.

"Apaan sih?" tanya Sisi sok galak padahal ia sangat gugup dengan perlakuan Digo yang mengelus kepalanya.

"Gimana? Please dong Si, lo harus bantuin gue," bujuk Digo yang melihat Sisi ragu-ragu.

"Duh.... Gimana ya.... Mmm.... Okey... Tapi ada syaratnya!" kata Sisi akhirnya.

"Sebutin aja lo mau apa?"

"Maksud lo?"

"Ya kan tadi lo bilang ada syaratnya."

"Oh... Syaratnya, gue gak mau lo beliin gue baju-baju kaya gini lagi. Gue mau apa adanya gue. Pake baju pesta semahal dan se-glamour ini bukan style gue banget. Kalo lo keberatan, mending lo cari cewek lain buat jadi pacar pura-pura lo!" kata Sisi mengajukan syaratnya.

"Tapi.... Hmmm.... Okey.... Gue terima syarat lo. Jadi mulai sekarang, kita harus mulai kaya pacaran beneran. Terutama di depan orang lain," tegas Digo.

"Tapi lo gak akan macem-macem kan?"

"Macem-macem? Hahaha.... Takut amat? Emang gue suka macem-macem ya?"

Sisi mencibir. Ingatannya tentang ciuman itu berkelebat dipikirannya membuat wajahnya kembali merona.

"Kenapa Si?" tanya Digo yang melihat perubahan wajah Sisi.

"Kenapa apanya?" sahut Sisi asal.

"Kok muka lo jadi merah gitu?"

"Masa sih?" Sisi menutup pipinya dengan kedua tangannya.

Digo tertawa geli.

.......

Sisi baru saja meraih tas nya dan hendak melangkah masuk lift ketika didengarnya Mr. Chan berteriak.

"Sisiiiiiii......"

"Iya Mister..."

"Kamu sudah mau pulang?" tanya Mr. Chan tanpa melihat anggukan Sisi. Dia sibuk mencari-cari berkas di laci mejanya.

"Sisi, saya minta tolong kamu berikan sketsa ini buat Mr. Digo. Jangan bilang kamu tidak bisa karena saya tau kamu pasti dijemput sama dia," cerocos Mr. Chan mengulurkan map berwarna merah muda ke arah Sisi yang terbengong-bengong mendengar kata-kata Mr. Chan.

"Tapi mister.... Saya.... Darimana Mister tau kalo saya...."

"Dari mana saya tau kalo kamu dijemput oleh Mr. Digo? Tentu saja saya tau. Mr. Digo sendiri yang bilang untuk menitipkan berkas itu pada kamu untuk diberikan pada dia pada saat dia jemput kamu," panjang lebar Mr. Chan berceloteh, "Kenapa kamu menyembunyikan hubungan kamu dengan Mr. Digo dari saya, Sisi? Toh saya tidak akan melarang kamu. Saya sempat terkejut karena Mr. Digo mengatakan bahwa ia punya hubungan spesial sama kamu. Saya bahkan merasa surprise sekali kamu bisa mendapatkan perhatian dari Mr. Digo yang terkenal super cuek dan dingin itu."

Sisi merasa pusing mendengar kicauan Mr. Chan yang tidak ada habisnya. Apalagi mengatakan kalau Digo yang bilang bahwa mereka punya hubungan spesial. Apa maksud Digo mengumbar berita bohong seperti itu? Sisi hanya terdiam memegang berkas sketsa untuk Digo itu dengan bingung.

Sisi hanya berdiri terpaku sampai Mr. Chan mengibaskan sebelah tangannya menyuruh Sisi berlalu dari hadapannya.

Sisi mundur, keluar dari ruangan Mr. Chan dan berjalan perlahan menuju pintu lift. Sisi masih tidak mengerti kenapa Digo bisa menyiarkan hubungan pura-pura mereka seolah-olah sungguhan ke Mr. Chan yang seharusnya tidak perlu tau. Dan parahnya lagi, Mr. Chan mempercayai kalau ia punya hubungan spesial dengan Digo.

OMG helllloooowh.... Bisa sinting lama-lama kalo gini. Dan.... Tunggu.... Apa yang dibilang Mr. Chan tadi? Digo itu super cuek dan dingin? Bhuahahaha.... Setau gue Digo itu perhatian banget. Lembut, romantis dan.... Ciumannya memabukkan.... Sisi menyentuh pipinya yang memerah karena mengingat ciuman itu lagi.

Ting....

Pintu lift terbuka. Sisi mendongak hendak melangkah masuk, tapi.... Matanya membulat terbelalak. Ada Digo di dalamnya sedang bersandar dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Ngapain lo?" desis Sisi kaget yang langsung ditarik masuk ke dalam lift oleh Digo.

"Lo lama banget sih? Ngapain aja? Gue tungguin gak turun-turun dari tadi, ya udah gue susul aja," sahut Digo enteng sementara Sisi masih menahan nafasnya hingga sesak.

Sisi mengulurkan berkas titipan Mr. Chan pada Digo tanpa bicara apapun.

"Apa nih? Hmm.... Pasti titipan Mr. Chan. Thank's ya udah bawain," Digo tersenyum manis.

Sisi cuma diam pura-pura membetulkan tali tas nya.

"Si, sebelum pulang kita makan dulu ya," ajak Digo.

Sisi melihat jam tangannya, lalu mengambil hp nya dan melihat notifikasi di layar, kemudian menghubungi seseorang tanpa menjawab ajakan Digo.

"Hallo, mmm ini bener Kak Gio?"

"....."

"Oh... Ini lho Kak, gaunnya Kak Rafika sama baju Kak Gio udah tujuh puluh lima persen, mau fitting awal kapan? Biar bisa di jadwal, jadi gak benturan sama yang lain."

"....."

"O gitu... Boleh. Besok Kak Gio bisa hubungi Sisi aja."

"....."

"Kalo gak, lewat telpon kantor aja kan pasti diangkat."

"......"

"Okey... Sisi tunggu ya Kak," Sisi menutup pembicaraan per-telpon nya dengan Gio.

Sisi memasukkan hp nya ke dalam tas, mengabaikan pancaran tidak suka dari mata Digo.

Ting....

Pintu lift terbuka. Sisi melangkah keluar lift. Digo langsung merangkul bahu Sisi dan membawanya masuk ke mobil.

Digo segera menjalankan mobilnya.

"Si, lo pengen makan di mana?" tanya Digo masih fokus nyetir setelah keluar dari basement butik.

Sisi yang enggan menjawab segera memejamkan mata pura-pura tidur.

"Si," panggil Digo menoleh karena tidak ada jawaban. Dilihatnya mata Sisi terpejam. Digo mengernyitkan dahinya heran. Masa baru masuk mobil udah pulas tidurnya? Dari tadi ia juga ngomong sendiri. Gak ada tanggapan dari Sisi. Ada apa nih? Dipandanginya Sisi yang masih terpejam. Lalu ia tersenyum jahil.

Ditepikannya mobilnya. Lalu....

(Bersambung)

Apa yang akan dilakukan Digo?
Vote nya dong...

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang