Meeting hari itu berlangsung hingga pukul 13.30 siang.
Sisi yang oleh Mr. Chan diwajibkan mengikuti dan mencatat hasil rapat tersebut terpaksa menahan lapar hingga rapat selesai.
Diketiknya dengan rapi apa yang diperlukan Mr. Chan di laptopnya.
Mr. Chan sedang mengantarkan para tamunya pulang ketika Sisi membereskan ruang meeting sendirian.
Sisi mendengus pelan. Ingatannya kembali pada saat meeting. Roni dengan sengaja duduk di dekatnya dengan sok kegantengan mencolek-colek tangan Sisi. Emang gue sabun colek? Batin Sisi kesal.
"Si, Mr. Chan pesan supaya laporannya harus sudah di mejanya sekembalinya dia dari kantor imigrasi nanti," beritahu Vivien sambil membetulkan letak tali tas di pundaknya.
"Lo mau kemana?" tanya Sisi heran.
"Gue dapat tugas ke rumah Nino. Biasa... Ngantar pesanan baju..."
"Nino? Yang artis itu?" tanya Sisi membelalak.
"Iya," angguk Vivien tersenyum.
"Huuufft..... Gxiliran ke rumah artis aja, lo yang disuruh. Lah gue?" Sisi manyun.
"Hehehe.... Udah terima aja lah, Si. Kan lo disayang sama Mr. Chan? Makanya lo disuruh deket-deket dia mulu! Hehehe.... Bye!" ledek Vivien tertawa sambil melenggang keluar.
Sisi mencibir mengusap wajahnya. Alamat puasa deh, pikirnya.
"Si, gue tinggal dulu ya. Gue mau nganter berkas Mr. Chan yang ketinggalan ke imigrasi. Tadi Mr. Chan telfon ke gue. Pak Tora udah nungguin di bawah. Semangat ya, Si! Bye!" Finna tersenyum menyemangati Sisi yang terlihat makin lesu.
"Iya deh....sana," jawab Sisi kesal yang masih berkutat dengan laptopnya.
Satu jam kemudian Sisi beranjak ke ruang kerja Mr. Chan untuk mencetak laporan yang sudah selesai dikerjakannya.
KLEK...
Sisi mendengar pintu ruang meeting di buka seseorang. Siapa? Bukannya Vivien sama Fanny sudah pergi ya? Atau malah sudah kembali? Sisi bertanya-tanya dalam hati. Pelan-pelan dengan berjingkat, Sisi berjalan menuju pintu ruang Mr. Chan untuk mengintip dari situ.
Sisi melihat bayangan berkelebat cepat menuju ke arahnya.
Jantungnya berdebar keras. Ada rasa takut dan was-was. Pencuri? Orang jahat? Siapa?
Pintu ruang Mr. Chan terbuka pelan.
Sisi sembunyi di balik pintu sambil meraih payung yang bersandar di dekatnya. Ia bersiap-siap hendak memukul.
Pintu terbuka lebih lebar. Seseorang menyelinap masuk.
Sisi memejamkan mata sambil mengayunkan gagang payung memukul sekenanya ke orang itu. Rasain!
"Aduh... Aduh... Woi... Sakit nih... Aduh...woi...brenti... Aduh..." teriak orang itu kesakitan.
Sisi membuka matanya dan membelalak melihat orang yang di pukulinya.
"Digo?! Ya ampun... Ngapain lo di sini? Bukannya lo tadi sudah balik?" tanya Sisi kaget melihat Digo membungkuk melindungi kepalanya dari pukulan payung Sisi.
"Ya... Gue cuma mau nganterin ini nih," Digo menegakkan badannya menyodorkan tas plastik berisi sebuah bungkusan.
"Apa nih?" tanya Sisi mengernyit.
"Makan siang buat lo. Pasti lo belum makan kan?" tebak Digo dengan tepat.
"Hehehe..... Tau aja lo kalo gue belum makan? By the way.... Maaf ya udah gebukin lo tadi... Abis lo masuk kaya maling sih!" kata Sisi tertawa membuka bungkusan makan siang nya.
Digo menggeleng-gelengkan kepala. Untung cuma payung, coba kalo stick golf atau pemukul baseball, bisa bonyok nih kepala! Batin Digo.
Sisi menyantap makanannya dengan lahap.
Digo tertawa geli melihatnya, "Lo laper banget ya?"
Sisi mengangguk gak menjawab. Mulutnya penuh. Dia cuma mengacungkan jempolnya.
Digo mengambil sebotol air mineral dari tas plastik yang tadi dibawanya, dibuka dan disodorkannya pada Sisi.
Sisi menerima botol minuman itu, menelan makanan di mulutnya, kemudian mengenggak air mineral tersebut sampai habis.
"Makasih ya lo udah bawain makanan buat gue. Tapi gue masih penasaran sama lo!" kata Sisi mengelap mulutnya sambil melihat Digo.
"Penasaran mulu? Penasaran kenapa lagi sih?" tanya Digo bersedekap duduk di pinggiran meja.
"Siapa lo sebenernya? Kenapa lo baik banget sama gue?"
"Lah... Lo amnesia? Kan gue temen lo? Lupa? Atau gue harus bawa surat riwayat hidup sama kelakuan baik?"
"Bukan itu maksud gue! Lo itu sebenernya siapa?"
"Gue Digo!"
"Kalo itu sih gue tau keles!" Sisi cemberut.
"Gue balik dulu ya... Jangan lupa ntar gue jemput," Digo mengingatkan dan segera berlalu.
Sisi melihat punggung Digo menghilang dari balik pintu, lalu fokus ke pekerjaannya lagi.
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...