Resepsi itu terasa sakral, megah dan elegan. Para undangan dimanjakan dengan berbagai sajian. Ada masakan Indonesia, ala Eropa sampai masakan ala continental.
Belum lagi suguhan acara dari penyanyi dan dancer yang benar-benar menambah meriah acara.
Sisi merasakan kakinya pegal karena heels 12 cm-nya.
"Lo kenapa, Si?" tanya Stefan menatap Sisi yang duduk di sebelahnya sambil mengernyit.
"Kaki gue pegel. Ini heels nya tinggi banget," keluh Sisi.
"Hehehe... Pantes..." gumam Stefan.
"Pantes kenapa?" tanya Sisi memandang Stefan yang senyum-senyum miring.
"Ya pantes lo keliatan tinggi.... Dulu pas kuliah kan lo semampai... Hahaha... Semeter gak sampai... Hahaha...." tawa Stefan cukup menulari Sisi.
"Dasar lo... Ngatain semampai tapi dulu lo suka juga sama gue," ejek Sisi mencibir sambil memukul pundak Stefan pelan.
"Hahaha.... Gue suka lo kan gak liat dari semampainya, Si. Hahaha..." Stefan tertawa-tawa melihat Sisi ikut tertawa bersamanya.
Digo yang melihat keakraban itu dari kejauhan serasa terbakar. Hatinya panas. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Tristan melihat perubahan raut muka Digo. Ia tersenyum memberi kode pada Nayla dan menunjuk dengan dagunya.
Nayla tersenyum geli, mendekat ke Digo.
"Udah gak usah diliatin terus kalo gak bisa nahan, ntar berantem lagi!" kata Nayla setengah berbisik.
Digo menoleh kaget. Tersenyum tipis melihat Nayla dan Tristan senyum-senyum melihat ekspresi kesalnya.
"Siapa sih bestmannya Nay?" tanya Digo penasaran.
"Oh... Itu Stefan, dulu temen kampus Sisi. Dia dulu biasa aja loh... Pake kacamata tebel, jerawatan... Kok bisa ya sekarang jadi cakep gitu?" gumam Nayla heran.
"Temen kampus? Memang dulu mereka ada hubungan apa? Kok itu bestman ngeliat Sisi gitu banget?" tanya Digo curiga.
"Oh... Hehehe... Dulu Stefan itu suka sama Sisi. Di kampus ia suka ngikutin kemana Sisi pergi. Sampe sempet ditonjok sama Ferro gara-gara Sisi ngerasa keganggu sama Stefan," cerita Nayla melirik Digo sambil menahan senyum.
"Mungkin sekarang dia juga perlu ditonjok lagi kali ya? Biar gak berani-berani godain Sisi!" gerutu Digo. Mukanya ditekuk.
Nayla dan Tristan tertawa melihat wajah Digo asem banget.
"Udah, biarin aja. Sisi kan cuma ngejalanin tugasnya sebagai bridesmaid. Tenang aja, Bro!" Tristan menepuk bahu Digo sambil tersenyum maklum.
......
Ada pepatah yang bilang bahwa tak ada pesta yang tak usai. Begitu juga dengan pesta megah Ferro dan Cilla. Gedung resepsi sudah mulai sepi.
Digo menunggu Sisi di luar gedung.
Tadi Sisi diminta oleh kedua mempelai untuk ikut foto-foto dulu. Buat kenang-kenangan kata mereka.
Tapi Digo sudah menunggu hampir sejam, Sisi belum juga keluar.
Digo berbalik, melangkah menuju pintu masuk gedung. Dilihatnya Sisi sedang berbicara dengan Ferro dan Cilla. Tapi... Kenapa Stefan berdiri deket banget sama Sisi? Batin Digo kesal.
Sisi berbalik, turun dari panggung tempat kedua mempelai itu berdiri.
Tiba-tiba Sisi tersandung pinggiran karpet hingga tubuh Sisi limbung. Stefan yang sedari tadi di dekat Sisi segera menyambar tubuh Sisi. Tetapi akibatnya tubuh Sisi jadi berbalik membentur tubuh Stefan. Stefan dengan sigap menahan tubuh Sisi agar tidak kembali jatuh sementara ia memantapkan pijakannya di tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...