Sisi tertunduk, bergelut dengan hati dan pikirannya sendiri. Merutuki kelemahannya akan sentuhan Digo. Semakin lama, semakin sakit menyimpan perasaan yang terus menerus dipendam jauh di dasar hatinya. Saatnya untuk mengakhiri semua ini sebelum hatinya makin terjerat dan makin terluka. Saatnya menjauh sebelum hatinya makin terikat kuat. Semua ini harus disudahi karena ia mulai merasakan jatuh cinta! Jatuh cinta yang tidak seharusnya ia rasakan terhadap Digo!
........
Sisi mengepak bajunya dalam koper. Mr. Chan mengajaknya ke Malaysia. Apalagi kalau bukan untuk urusan peragaan busananya. Kali ini Mr. Chan hanya melibatkan dua peragawan dan tiga peragawati dari Wingky's Management. Dan kali ini Thea tidak ada karena ia sudah keluar dari managenent ini dan bekerja untuk sepupunya.
Sisi merasa sangat beruntung karena Mr. Chan mengajaknya. Selain untuk menambah wawasan dan pengalamannya, terutama lebih karena untuk sementara ia bisa menjauh dari Digo.
"Besok berangkat jam berapa?" tanya Nayla melihat Sisi sibuk memasukkan pakaian ke dalam kopernya.
"Besok jam tujuh pagi gue dijemput, Nay. Pesawatnya sih masih jam setengah sepuluh. Tapi Mr. Chan minta kita udah siap di bandara sebelumnya. Ya tau sendirilah birokrasinya kaya gimana?" kata Sisi tersenyum.
"Berapa lama, Si?"
"Cuma lima hari kok, Nay."
"Gue bakal kangen sama lo," ujar Nayla sambil memeluk Sisi.
"Gue juga. Tapi gak lama kan? Cuma lima hari ini," hibur Sisi lebih pada dirinya sendiri.
"Digo sudah tau kepergian lo ini?" tanya Nayla lagi.
"Mmm.... Belum... Tapi nanti deh gue BBM ke dia," kata Sisi memalingkan mukanya tidak ingin Nayla curiga.
Nayla mengerutkan keningnya heran. Tapi segera ditepisnya segala kecurigaan yang menggayut di pikirannya.
......
Digo mondar-mandir di ruangannya. Ini sudah seminggu ia tidak bisa menghubungi Sisi. HP nya tidak aktif. Kalaupun aktif, tidak dijawab. Di BBM, SMS, Line juga tidak dijawab.
Ia mencoba mendatangi butiknya, Sisi juga tidak ada. Sedang keluar kantor kata mereka. Sore hari, ia juga tidak menemukan Sisi. Vivien bilang, Sisi sudah pulang duluan. Digo ke rumahnya, juga tidak menemukan Sisi. Rimah itu kosong. Di cafe. Nayla bilang tidak tau karena seharian dia di cafe.
Digo benar-benar lost contact dengan Sisi. Apa Sisi sesibuk itu sampai ia tidak bisa dihubungi? Digo gelisah. Ia merasa semua yang dilakukannya tidak ada yang benar.
Sementara lusa ia sudah harus terbang ke Amrik untuk meeting dengan dewan komisaris dan itu berarti ia akan bertemu Papa dan Mamanya yang super duper sibuk, dan tidak bisa melihat wajah Sisi selama seminggu ke depan.
Digo melirik jam tangannya. Sudah larut malam. Tidak mungkin ia ke rumah Nayla sekarang. Mungkin besok sebelum berangkat ke kantor ia bisa mampir dulu ketemu Sisi, batin Digo.
.........
Digo memarkir mobilnya didepan rumah Nayla tepat ketika dilihatnya Nayla sedang mengunci pintu rumahnya untuk berangkat ke cafe.
"Nay," panggil Digo.
"Eh Digo? Ngapain?" tanya Nayla tersenyum.
"Emmmm..... Sisi sudah berangkat?" tanya Digo ragu-ragu.
"Sudah. Tadi jam tujuh udah dijemput Mr. Chan," jawab Nayla masih tersenyum.
"Dijemput Mr Chan? Pagi-pagi? Emang mau kemana?" tanya Digo panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...