Part 5

10.2K 566 6
                                        

Liburan sudah berakhir. Hari ini Sisi harus kembali bekerja kalo tidak mau mendengar teriakan dan omelan Mr. Chan seharian.

"Miss Sisi, welcome back..." sapa Mr. Chan melihat Sisi memasuki ruangannya.

Sisi tersenyum, "Morning Mr. Chan," sapanya.

"Sisi, saya mau kamu siapkan ruang meeting sekarang. Saya ada meeting dengan beberapa klien. Kamu minta datanya ke Vivien. Seharusnya kemarin sudah harus beres, tapi karena kamu tidak masuk, saya terpaksa harus menunda meeting ini," Mr. Chan mulai nyerocos.

Senyum Sisi menghilang. Huh... Sama aja bohong kalo gini. Mr. Chan memang hobby bikin anak buahnya menyesal sudah ambil cuti. Karena begitu masuk, langsung ditimbuni dengan bertumpuk-tumpuk pekerjaan.

"O ya Miss Sisi, jangan lupa kasih tau Finna supaya dia siapkan berkas-berkasnya. Dan kamu, jangan lupa persiapkan laptop kamu. Saya tidak mau dengar alasan batere laptop drop atau apalah itu!" tambah Mr. Chan mengungkit kesalahan yang pernah dibuat Sisi saat awal-awal Sisi mulai bekerja padanya.

"Iya Mr. Chan," sahut Sisi malas, lalu membalikkan badannya hendak berlalu dari ruangan Boss nya.

"Lho, Miss Sisi, kamu mau kemana?" tanya Mr. Chan yang melihat Sisi melangkah keluar.

"Mau mempersiapkan ruang meeting, Mister. Tadi kata Mister mau ada meeting dengan klien pagi ini?" tanya Sisi bingung.

"Meeting? O iya... Bagus... Bagus... Kamu persiapkan sebaik-baiknya ya!" sahut Mr. Chan lalu nenunduk serius kembali menekuri sketsanya.

Sisi berlalu dari ruangan itu sambil menghela nafas panjang.

.........

Sisi sedang memasang colokan kabel ke proyektor ketika seseorang menyapanya.

"Selamat pagi, Sisi!"

Sisi terlonjak kaget, memutar tubuhnya melihat orang yang menyapanya.

"Digo? Ngapain lo di sini?" tanya Sisi setengah berbisik.

"Gue mau meeting. Bener di sini kan ruang meetingnya?" tanya Digo mengerutkan keningnya, tubuhnya disandarkan pada pintu.

"Lo klien Mr. Chan?" tanya Sisi gak percaya.

Digo mengangguk mantap. Senyumnya gak pernah lepas dari wajahnya.

Sisi melihat jarum jam dipergelangan tangannya, 08.45!

"Lo gak kepagian? Bukannya meeting baru dimulai jam sepuluh ya?"

Digo berjalan mendekati Sisi. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celananya.

"Gue sengaja datang lebih awal! Sepanjang pagi ini gue bete! Siapa tau kalo gue ngobrol sama lo, bete gue bisa ilang!" Digo duduk bersandar di pinggiran meja rapat.

"Geeezzz.... Emang lo bener-bener udah nganggep gue ni badut ya?" Sisi bersedekap memandang Digo.

"Mmm.... Maybe..." Digo tersenyum jahil.

"Ish... Lo itu bisanya bikin gue badmood ya!" gerutu Sisi cemberut.

"Bukannya lo udah badmood sejak tadi ya?" kata Digo meneliti wajah Sisi

"Dari mana lo tau?" tanya Sisi.

"Gue udah perhatiin lo lebih dari sepuluh menit sebelum lo tau keberadaan gue! Dan gue bisa menarik kesimpulan bahwa lo udah mulai merasa bete sejak lo nyampe ke kantor ini. Bener gak tebakan gue?" Digo agak membungkukkan badannya sehingga wajahnya sejajar dengan wajah Sisi.

"Kurang tepat!" jawab Sisi menghindar lalu kembali memasang kabel-kabel pada laptop dan proyektor dengan cekatan.

"Lalu, jawaban yang tepat apa?" tanya Digo mengikuti Sisi.

"Lebih tepatnya setelah mendengar nyanyian merdu Mr. Chan!" Sisi cemberut mengingat omelan Mr. Chan pagi tadi.

"Hahaha... Bukannya lo bilang dia baik?"

"Memang baik kalo lagi baik... Tapi baiknya jarang banget keluar!" sungut Sisi bertambah manyun.

Digo memandang Sisi sambil tersenyum geli.

"Sisi, bisa gak nanti siang temenin gue makan siang? Gue traktir! Mau gak?" ajak Digo.

"Lo mau traktir gue? Emang lo ulang tahun?" tanya Sisi aneh.

"Emang kalo mau nraktir lo, gue harus nunggu ulang tahun dulu ya?" tanya Digo geli.

"Ya nggak sih... Hehehe..." Sisi tersipu.

Digo terkesima melihat wajah Sisi yang sedang tersipu. Pipinya yang chubby tampak memerah, dan senyum malu-malu itu membuat wajah Sisi terlihat semakin manis.

"Hei... Ngapain lo bengong?" sentak Sisi mengagetkan.

"Ehm.... Nggak... Jadi gimana? Mau gak?" tanya Digo.

"Mmm... Gimana ya... Gue takut disemprot Mr. Chan..." Sisi bingung.

"Apa perlu gue yang minta ke Mr. Chan buat ngijinin lo makan siang sama gue?" tanya Digo.

Sisi menggeleng kuat-kuat, "Jangan! Gak usah!" kata Sisi.

'Kenapa? Lo gak mau nemenin gue makan siang?" tanya Digo mengernyit.

"Bukaaan.... Ini hari pertama gue masuk setelah gue ngotot minta cuti kemaren. Dan.... Seperti biasa... Kalo abis cuti gini Mr. Chan suka ngasih kerjaan bertumpuk-tumpuk," kata Sisi nenunduk lesu.

Digo menghela nafas lalu tersenyum maklum.

"Okey.... Kalo gitu nanti pulang kerja gue jemput, gimana?" tanya Digo nyengir.

"Kenapa sih? Maksa banget deh dengernya.... Lo lagi galau? Abis diputusin pacar? Atau... Lagi bete di rumah?" tanya Sisi menyelidik.

"Emang kalo mau jemput lo harus ada alasannya ya?" tanya Digo memicingkan mata.

"Hehehe... Ya iyalah..." Sisi ketawa lucu.

"Okey.... Gue lagi bete, makanya gue ajak lo makan siang, tapi lo nya gak bisa. Jadi gue mau jemput lo nanti pulang kerja," Digo memberi alasan.

"Geeezz... Jadi lo beneran anggap gue badut?" tanya Sisi manyun.

"Hahaha.... Boleh?" Digo tertawa geli.

"Ih... Jahat lo!"

"Jadi gimana? Nanti gue jemput ya?"

"Mmm... Okey... Itung-itung ngirit ongkos taxi," Sisi manggut-manggut dahinya mengernyit pura-pura berpikir.

Digo tersenyum senang.

"Si, ada Pak Roni! Dia nanyain kamu tuh!" tiba-tiba Fanny muncul memberitahu Sisi.

"Mampus gue!" gumam Sisi menepuk dahinya.

"Hehehe... Lo dibawain bunga tuh!" sambung Fanny lagi terkikik geli.

"Kenapa orang itu idup ya?" gerutu Sisi. Wajah nya berubah cemberut.

Fanny berlalu sambil terbahak mendengar gerutuan Sisi.

Digo yang mendengar percakapan itu mengernyitkan dahi.

"Kenapa?" tanya Digo melihat perubahan pada wajah Sisi.

"Mmm... Gak pa pa! Mmm.... Gue... Gue pergi dulu ya..." pamit Sisi tergesa melangkah menuju pintu.

"Sisiiii...." tiba-tiba Roni sudah berdiri merentangkan tangannya hendak memeluk Sisi.

"Eh... Pak Roni, pagi Pak!" sapa Sisi mundur berusaha menghindar.

Roni mengulurkan seikat bunga warna-warni pada Sisi sambil membungkukkan badannya.

Sisi mengambil bunga itu dan langsung kabur keluar.

"Sisiiiiii...." teriak Roni memanggil Sisi yang lari keluar ruangan setelah melemparkan bunga pemberian Roni ke meja Fanny.

Digo melongo melihat kejadian itu.

Gila nih cowok, nguber Sisi sampe sebegitunya?

(Bersambung)







Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang