:: Bab XXII ::

1.8K 134 12
                                    

Sudah dua hari berlalu dan Nenek Karisma masih belum diperbolehkan kembali ke rumah. Itu karena setelah melihat hasil pemeriksaan, kondisi kesehatannya justru menurun, ditambah faktor usia yang ternyata berpengaruh cukup besar juga. Sehingga wanita paruh baya tersebut harus tetap mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Bersamaan dengan hal tersebut, Ardan juga tidak pernah terlihat di rumah sakit. Ponselnya juga jadi sangat sulit dihubungi. Terakhir Mama Ardan mengirim pesan pada putranya tersebut, Ardan sekedar menjawab bahwa ia sedang ada urusan di kantor. Setelahnya, ponsel pria itu tidak pernah aktif. Padahal dua hari kemarin adalah akhir pekan, sehingga agak aneh jika Ardan memiliki pekerjaan di kantornya pada hari tersebut. Cukup membuat Mama Ardan khawatir bukan main karena gelagat aneh Ardan yang tidak biasa.

Delia pun diminta bantuannya oleh Mama Ardan, sebab wanita itu juga tidak bisa berbuat apa-apa karena harus menunggu Nenek Karisma. Apalagi Papa Ardan yang terpaksa mengikuti dinas di luar kota selama seminggu ke depan, terhitung sejak sehari setelah Nenek Karisma masuk rumah sakit sehingga tidak ada selain dirinya yang bisa ia mintai tolong menjaga mertuanya tersebut.

Ia bisa saja meminta tolong Delia, namun itupun tidak bisa lama karena gadis gempal itu juga harus menjaga rumah selama orang tuanya pergi menemui kakak Delia. Namun, setidaknya Mama Ardan merasa sangat terbantu dengan kehadiran Delia. Gadis itu menjaga mertuanya dengan sangat baik, bahkan memperhatikannya juga dengan membawa makanan ketika datang. Dan Mama Ardan jadi begitu bersyukur, karena berpikir pilihannya memilih Delia sebagai menantunya adalah pilihan paling tepat.

Delia berusaha sebisanya dengan terus mencoba menghubungi Ardan, namun ia juga tidak mendapat balasan apapun. Pesannya memang terkirim. Pria itu pun sebenarnya dalam kondisi online. Akan tetapi, pesan Delia hanya di baca. Ketika gadis gempal itu menelpon, tahu-tahu ponsel Ardan sudah tidak aktif. Berhasil menyebabkan Delia cemas dan menyalahkan dirinya sendiri.

Ia berpikir ini semua karenanya yang menerima perjodohan tersebut, dikala Ardan yang justru menolaknya. Tetapi, ia juga tidak mengerti apakah keputusannya sebegitu salahnya di mata Ardan atau ada hal lain yang mengganggu pria itu sehingga Ardan bersikap seperti ini. Ia hanya berusaha mengikuti kata hatinya dan ingin membahagiakan Nenek Karisma. Lagipula, ia juga sudah berjanji pada Mama Ardan bahwa ia akan membantu Ardan lepas dari masa lalunya. Hanya itu.

...

Hari ini adalah hari pertama Delia menjalankan ujian akhir semesterannya. Jam kuliah yang lebih singkat pun mempermudahkannya untuk bisa terus menemani Nenek Karisma di rumah sakit.

Kedua kakinya sudah berhenti tepat di depan ruang Nenek Karisma. Begitu ia masuk, nenek kesayangannya itu tengah duduk santai menonton televisi sambil memakan apel yang sudah dipotongkan oleh Mama Ardan. Delia bergegas membersihkan tangannya menggunakan hand sanitizer yang tergantung di dekat pintu lantas mendekati ranjang Nenek Karisma.

"Assalamualaikum!"

"Eiy, calon cucu menantu Nenek udah datang. Waalaikumsalam," jawab Nenek Karisma yang terlihat sangat gembira dengan kehadiran Delia. Ia juga tak segan memberikan pelukan hangat pada gadis gempal tersebut meski Delia baru saja berpanas-panasan di jalanan dan sudah dipastikan aroma tubuhnya tidak karuan.

Delia lantas beralih pada Mama Ardan yang tersenyum menyambutnya. Gadis itu mencium punggung tangan Mama Ardan dengan sangat sopan, "Dari kampus, ya, Del?"

"Iya, nih, Tante. UAS hari pertama."

Mendengar itu, Mama Ardan menghentikan gerakaannya yang sedari tadi sibuk memotong buah untuk Nenek Karisma. Kemudian menatap Delia dengan keheranan dan kekhawatiran sekaligus, "Kamu lagi UAS? Kok, langsung ke sini? Aturan kamu di rumah aja. Belajar buat besoknya. Nanti kecapekan jadi gak sempet belajar gimana?"

Between the Difference [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang