"Jadi gimana, divisi acara udah dapet pembicara yang pas?"
"Hah? Pembicara? Bukannya kita cuma bakal ada pensi sama penggalangan dana aja, ya?" tanya Delia ketika merasa janggal dengan pertanyaan dari ketua pelaksana acara pensi yang akan diadakan oleh jurusannya. Tentu saja, ia yang dari divisi HPD tidak tahu menahu tentang konsep terbaru itu, sebab mereka baru kembali mengadakan rapat akbar bersama setelah rapat terakhir beberapa hari yang lalu.
Ketua pelaksana acara tersebut kemudian mengangguk menjawab pertanyaan Delia, "Iya. Jadi di konsepan baru ini kita bakal tetap ngadain seminar gitu, Del. Karena masukan dari dosen pembimbing juga bilang bagusnya itu ada seminar di siangnya, baru malamnya kita pensi." lalu ia mengalihkan pandangan pada ketua divisi acara dan mengulang kembali pertanyaan sebelumnya.
"Jadi, dari divisi acara, sih punya beberapa opsi pembicara yang kira-kira cocok sama tema seminar kita. Tapi, dari beberapa itu, akhirnya kita seleksi lagi jadi dua pilihan. Sebenarnya dua pilihan ini sama-sama dari Fakultas Bahasa, sih. Karena tema seminar kita ini pentingnya bahasa internasional untuk kemajuan pariwisata, kan. So, pertama, kita milih Bu Qory. Yang keduanya, kita milih Mr. David."
Pemaparan dari ketua divisi acara itu disambut dengan pekikan kegirangan dari panitia perempuan yang ada di sana, terkecuali Delia yang hanya terdiam, yang lagi-lagi masih menyisihkan waktunya hanya untuk terus memikirkan Ardan. Apalagi ucapan pria itu tempo hari yang berhasil menyita seluruh kerja keras otaknya.
"Uuuu Mr. David, guys!"
"Aduh, sugar daddy gue!"
"Dosmud kesayanganku!"
Ketua pelaksana yang sedari tadi mendengar reaksi dari anggota panitia yang lain hanya tertawa pelan, kemudian menyampaikan pendapatnya.
"Kayaknya kalau Mr. David jadi pembicaranya bakal lebih menarik perhatian audience, deh. Ya, kita gak munafik, sih, ya. Beliau punya penampilan yang bagus, masih muda, cara penyampaian materinya juga enak dan gak bikin bosen. Kalau Bu Qory, ya buat kalian yang dapet kelasnya doi pasti sangat mengerti gimana beliau, kan. Belum lagi buat bikin janji sama beliau, tuh susahnya minta ampun. Takutnya hari H nanti dicancel gitu aja. Kayak acara angkatan tahun lalu. Lagipula, seantero UPB juga tahu beliau kayak gimana. Pasti bakal jarang yang tertarik. Bukan maksud gue menjelek-jelekkan Beliau, sih. Cuma ya, begitu adanya."
Ia lalu mengedarkan pandangan ke anggota panitia lain, meminta saran dari masing-masing mereka.
"Gimana, ada saran, guys?"
"Gue, sih setuju banget."
"Ngikut."
"Duain!"
"Setuju banget, sih. Gue request jadi LO Mr. David boleh, gak?!"
"Iya, tuh. Bener kata ketuplak. Biar nih acara bisa pecah juga."
"Yups, aku setuju!"
Mendengar suara para panitia yang hampir semua menyetujui pendapatnya, ketua pelaksana tersebut lantas mengalihkan pandangannya pada Delia yang sedari tadi hanya diam. Tidak se-aktif biasanya.
"Del, gimana? Setuju, gak?" tanya ketua pelaksana sambil menyikut Delia yang kebetulan duduk di sampingnya. Membuat gadis gempal itu agak terkejut sebab ia hanya menghabiskan waktunya untuk melamun, "E-eh?! Apa?"
"Lu setuju gak kalau pembicara buat seminar nanti Mr. David?"
Delia tidak langsung menjawab. Ia tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk pelan, "Hm, setuju."
"Oke, fix, ya, pembicara seminar nanti Mr. David. Terus nanti divisi acara tolong siapin moderatornya, ya. Boleh minta tolong kating juga. Nanti lu Delia minta proposal seminarnya sama sekretaris terus kasih ke Mr. David, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Difference [ C O M P L E T E ]
Teen FictionKami berbeda. Aku dan Dia, jauh berbeda. Hanya keyakinan yang dapat menyatukan perbedaan kami. Tapi, aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan dengan adanya perbedaan ini atau tidak. Semuanya terasa begitu mustahil, bahkan jika itu hanya dalam peng...