Hari ini adalah hari terakhir pekan Ujian Akhir Semester Delia. Setelah berhasil menyelesaikan seluruh jadwal ujian akhir semesternya untuk minggu ini, Delia bergegas mengunjungi Nenek Karisma di rumah sakit. Ia sudah sangat merindukan nenek kesayangannya itu sehingga kini kakinya berhenti tepat di ruangan tersebut. Dia pun segera masuk dan akan langsung menyerbu Nenek Karisma dengan pelukan jika saja kehadiran Ardan yang sedang duduk di sana tidak mengejutkannya.
Sejak kejadian beberapa hari yang lalu itu, Delia belum bertemu dengan Ardan lagi. Dan ini adalah kali pertamanya bertemu pria itu, yang tentu saja membuatnya merasa gugup dan canggung sendiri. Tapi, sepertinya perasaan canggung tersebut hanya dirasakan oleh Delia. Karena, dapat dilihatnya wajah Ardan yang justru sangat datar padanya lantas langsung membuang pandangannya begitu saja.
"Eh, Delia, udah datang," gumam Nenek Karisma, memecah kehingan yang tiba-tiba menyergap ruangan tersebut. Mengalahkan rasa gugup dan canggungnya, Delia menyunggingkan senyum lebarnya dan menghampiri Nenek Karisma.
"Nenek! Gimana, udah diperiksa lagi belum sama dokter? Nenek udah makan belum? Oh, iya. Tante kemana, Nek? Kok, tumben gak keliatan."
Nenek Karisma mengelus lengan Delia dengan lembut, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan bertubi-tubi yang dilontarkan gadis menggemaskan tersebut, "Satu-satu nanyanya, sayang. Iya, tadi Nenek udah diperiksa lagi sama dokter. Nenek juga udah makan malam. Kebetulan Mamanya Ardan malam ini gak bisa nemenin Nenek di sini, karena ternyata dia disuruh nyusul Papanya Ardan ke luar kota. Kemungkinan baru akan pulang lusa. Jadi, sekarang yang jagain Nenek, ya, si Ardan."
Senyum Delia berubah kikuk. Yang nyatanya disadari oleh Nenek Karisma, "Kok gitu? Calon suaminya gak disapa juga?"
Jika sudah begini, Delia jadi kebingungan sendiri. Apalagi melihat ekspresi wajah Ardan yang sudah semakin tidak enak. Membuat Delia tentu jadi serba salah dan tidak tahu harus apa.
"Disapa juga, dong calon suaminya. Tanya udah makan malam belum, gimana pekerjaan hari ini, udah mandi atau belum, gitu. Jangan malu-malu, ah," goda Nenek Karisma dengan wajahnya yang terlihat begitu bahagia karena ada Ardan beserta Delia sekaligus di depannya. Membuat dirinya merasa sangat senang dan bersyukur, meski ia tahu kesehatannya semakin memburuk, ia bahagia karena masih bisa melihat dua cucu kesayangannya tersebut bersamaan.
Pada akhirnya, Delia memaksakan dirinya untuk menyapa Ardan yang duduk bersebrangan dengan posisinya berdiri itu. Ia melambaikan tangannya dengan gerakan kaku, dan memaksakan senyum pada sudut bibirnya, "Hai, Mas Ardan. Udah makan malam belum?"
Nenek Karisma tidak bisa menahan gelak tawanya melihat gelagat menggemaskan Delia. Ia kemudian beralih pada Ardan yang masih tetap membisu, "Ardan, kok, gak dijawab? Ditanya, tuh, loh sama calon istrinya."
Ardan diam-diam memutar bola matanya jengah. Memikirkan apalagi sebenarnya yang sedang direncanakan gadis gempal itu sekarang, membuatnya kesal sendiri. Ia pun akhirnya memutuskan pergi dari sana, daripada harus menahan emosinya sendiri yang justru akan menyebabkan dirinya stress nanti.
"Ardan keluar dulu, Nek."
Melihat itu, Nenek Karisma tentu jadi kebingungan. Ia berusaha menahan cucu laki-lakinya tersebut, namun Ardan sudah lebih dulu keluar dari kamarnya. Hingga ia tidak bisa apa-apa selain menatap Delia yang juga terkejut dengan sikap Ardan itu.
"Delia..."
Delia mengulas senyum kecil begitu menyadari Nenek Karisma kebingungan dengan sikap Ardan, yang ia mengerti sedang menghindari dirinya. Ia berusaha menenangkan nenek kesayangannya tersebut, bahwa Ardan mungkin sedang terburu-buru karena sesuatu atau hal lainnya sehingga pria itu pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Difference [ C O M P L E T E ]
Novela JuvenilKami berbeda. Aku dan Dia, jauh berbeda. Hanya keyakinan yang dapat menyatukan perbedaan kami. Tapi, aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan dengan adanya perbedaan ini atau tidak. Semuanya terasa begitu mustahil, bahkan jika itu hanya dalam peng...