:: Bab V ::

2.3K 212 3
                                    

Hari-hari berlalu sejak terakhir kali Delia main ke rumah Nenek Karisma. Kini ia dan Nenek Karisma lebih sering mengobrol via chatting. Sebenarnya, sudah beberapa kali Nenek Karisma menyuruhnya main ke rumah. Namun, jadwal kuliahnya yang agak padat membuatnya tidak bisa memenuhi permintaan tersebut.

Seperti saat ini. Delia sibuk dengan ponsel canggihnya yang menampilkan isi chatting dirinya dengan Nenek Karisma. Wanita paruh baya itu baru saja mengirim foto bunga mawarnya yang baru saja mekar di teras rumah keluarga Karisma. Saat berkunjung ke sana kemarin, memang Delia lihat banyak sekali tanaman-tanaman dalam pot yang terjejer rapi di sana. Namun hanya ada beberapa bunga yang sudah mekar.

Cantik, ya Del bunganya?

Iya, Nek. Cantik banget kayak aku. 😁

Haha, cucu Nenek emang cantik, kok ! Tapi, cantiknya jangan kayak mawar, dong. Entar banyak durinya gimana ?

Ya gapapa dong, Nek. Biar gak ada laki-laki yang berani nyakitin aku.

Oh, iya. Bener juga. Lagipula Ardan gak bakal berani nyakitin kamu. Kan ada Nenek.

Hah? Maksudnya apa, Nek?😕

Kayaknya kalau kamu sama Ardan nikah, cocok deh.

Sejurus dengan pesan Nenek Karisma yang baru masuk dan cukup membuat kedua matanya terbelalak kaget, sebuah tangan kokoh menahan tubuh Delia yang hampir saja menginjak selokan tepat di depan kakinya. Gadis itu cukup kaget karena dia hampir saja terperosok ke dalam selokan kalau saja ia tidak ditahan oleh orang tersebut.

"Kamu bisa gak sih jalan gak sambil main hp?"

Sebuah suara dalam yang cukup dikenal Delia mengalun ke dalam telinga gadis itu. Ia mendongak dan mendapati raut wajah khawatir David di hadapannya. Dirinya hanya bisa mengerjap sesaat sebelum akhirnya menyadari pegangan tangan David pada lengannya yang besar belum lepas.

"Maaf, Mr. David," ucap Delia tidak enak. Dirinya hanya bisa menunduk menahan malu karena sifat cerobohnya itu. Seharusnya ia memang memasukkan ponselnya dulu tadi. Bukannya terus menyauti pesan dari Nenek Karisma.

"Kamu ada kelas lagi sekarang?"

"Iya, Mr. David. Ini saya mau ke kelas."

David tampak mengangguk mengerti. Ia mengangkat tangannya dan meletakannya di atas kepala Delia, "Ya sudah. Kalau begitu masuk sana. Belajar yang betul."

Gadis gempal itu terperanjat ketika David tiba-tiba saja menekan kepalanya dengan lembut. Kebingungan ia menatap David yang kini menyunggingkan senyum untuknya. Sialnya, degup jantungnya sudah mulai tidak karuan.

Keduanya kemudian hanya diam. Sementara David masih meletakkan tangannya di atas kepala Delia dan mengelus pelan, tiba-tiba sebuah tangan lain menarik tangan Delia dengan kasar hingga gadis itu terpaksa memutar tubhhnya.

Di depannya seorang wanita cantik dengan potongan rambut sebahunya tampak menatapnya marah. Tubuhnya yang proporsional dan tinggi semampai cukup membuat Delia merasa agak terintimidasi di sana.

"Oh, jadi cewek gendut ini yang bikin kamu batalin perjodohan kita, David !?" seru wanita cantik itu dan berhasil mengejutkan Delia dan David yang masih shock dengan kedatangannya di sana.

"Mita, kamu apa-apaan, sih ?" David mengernyit heran. Wanita itu memang wanita yang sedang dijodohkan oleh papinya untuk dirinya. Namun, setelah beberapa kali pertemuan dan menyadari tidak ada kecocokan diantara keduanya membuat David mengambil langkah tegas untuk tidak melanjutkan perjodohan itu. Dirinya bahkan dengan gentle menemui papi Mita dan menjelaskan mengenai mengapa ia memilih tidak melanjutkan perjodohan tersebut. Dan seingatnya papinya maupun papi Mita juga sudah mengerti dengan keadaannya.

Between the Difference [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang