Asap rokok mahal itu lantas membumbung tinggi dan berhembus ke segala penjuru ruangan, setelah Tuan Brawijaya menghisapnya dengan sangat nikmat. Di hadapannya, sudah ada beberapa lembar foto dimana sedang di gelar sebuah prosesi akad pernikahan di dalamnya. Menyebabkan satu senyum muncul di antara kedua sudut bibirnya dan menghiasi wajah tegasnya.
"Kamu boleh keluar, Toni. Terima kasih untuk kerja keras kamu hari ini."
Toni, pria yang sedari tadi hanya berdiri diam tanpa mau mengucap sepatah kata pun selagi menunggu Tuan Brawijaya memberikan respon atas tugas yang baru saja ia selesaikan, kemudian membungkuk singkat. Sebelum akhirnya membiarkan kedua kaki jenjangnya membawa dirinya menuju pintu keluar ruang kerja yang mewah tersebut.
Belum sempat ia meraih gagang pintu, sudah ada orang lain yang lebih dulu mendorong pelan akses masuk ruang kerja Tuan Brawijaya itu. Sampai akhirnya, tatapan dinginnya yang bertemu dengan tatapan kebingungan David tidak bisa terhindarkan. Ia lantas sekedar menunduk singkat, sebelum akhirnya pergi dari sana meninggalkan David yang terus memperhatikan jejak kepergiannya dengan perasaan was-was.
Selang beberapa detik kemudian, David memutuskan untuk menghiraukan kepergian Toni dan kembali melangkah menuju sang Papi yang ternyata sudah menunggunya sedari tadi. Tatkala kedua matanya menangkap keberadaan Tuan Brawijaya yang asik menghisap rokok batangan mahalnya di atas singgasana besar itu, David menunduk sedikit sebagai bentuk penghormatannya.
Namun, bukannya menjawab, Tuan Brawijaya justru meleparkan beberapa lembar foto yang tercecer di atas meja kerjanya ke arah David yang berdiri tepat di hadapannya. Satu senyum sinis ia bentuk untuk menghiasi wajah arogannya itu. Melihat David yang sepertinya terkejut dengan kejutannya tersebut membuatnya merasa puas.
Kedua mata David spontan membesar setelah memperhatikan dengan teliti siapa orang yang ada di foto tersebut. Napasnya bahkan tercekat di tenggorokannya, membuat dadanya terasa sesak bukan main. Tangannya pun sudah terkepal keras, menahan emosinya yang mulai terbakar karena apa yang diberikan oleh Papinya tersebut.
"Jadi, dia gadis itu? Siapa namanya? Ah, 'Kak Delia'?" gumam Tuan Brawijaya dengan sangat amat tenang. Berhasil membuat David mengetatkan rahangnya dan kini beralih menatap dirinya dengan sangat tajam. Sampai akhirnya pria setengah baya tersebut tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa.
"Ada apa dengan wajahmu, Nak?"
David tidak langsung menjawab pertanyaan Tuan Brawijaya. Ia mencoba menahan keterkejutannya, atas apa yang ia lihat di dalam foto tersebut meski rasanya sangat sulit. Itu adalah foto akad pernikahan Delia dan Ardan. Yang sangat sukses membuatnya terdiam membisu, masih kesulitan untuk mempercayai apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu marah karena kamu baru saja tahu bahwa Delia baru-mu itu sudah menikah atau karena kamu berpikir aku akan melakukan hal buruk padanya?"
Mata David memerah. Ia sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak menetes. Di dalam hatinya sekarang sudah muncul berbagai prasangka buruk yang mungkin saja akan dilakukan Papinya tersebut pada sosok gadis gempal yang ada di foto dengan kebaya putihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Difference [ C O M P L E T E ]
Teen FictionKami berbeda. Aku dan Dia, jauh berbeda. Hanya keyakinan yang dapat menyatukan perbedaan kami. Tapi, aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan dengan adanya perbedaan ini atau tidak. Semuanya terasa begitu mustahil, bahkan jika itu hanya dalam peng...