:: Bab LVI ::

2K 118 21
                                    

“Kenapa kamu memilih dia?”

Tuan Brawijaya lantas menyesap putung rokok mahalnya yang tersisa setengah, sembari menatap pemuda tampan yang berdiri di hadapannya dengan penasaran. Sorot matanya tidak berbohong sama sekali, karena ia memang penasaran akan alasan apa sampai pemuda tersebut menyebut satu nama yang agak tidak terduga untuknya. Hingga akhirnya, pemuda itu nampak menarik napas sesaat, lantas mengulas satu senyum tipis, “Saya pikir, anda lebih mengerti alasannya, Tuan.”

Jawaban yang diberikan oleh pemuda itu cukup sukses membuat Tuan Brawijaya tertawa kecil. Ia lalu mematikan abu rokoknya, dan baru akan kembali menyahuti jika saja telinganya tidak menangkap sayup-sayup keributan di luar ruang kerjanya. Dengan agak kebingungan, pria paruh baya itu pun beranjak dari posisi duduknya, dan berjalan menuju pintu untuk mengetahui asal keributan tersebut. Dan begitu ia membuka pintu, ia justru dibuat terkejut dengan kehadiran sang putra yang ternyata sedang berusaha mengelak pegangan para penjaga di depan ruang kerjanya. Sorot mata yang ditunjukkan oleh pria tampan itu nampak bergetar dan sarat akan emosi, menarik perhatiannya untuk mengetahui apa yang sebenarnya tengah terjadi.

“Ada apa ini?”

“Tuan David memaksa masuk ke ruangan anda, Tuan.”

“Lepas!” pekik David ketika para pengawal pribadi Papinya tetap setia menahan pundaknya. Ia yang sedang menguping pembicaraan Tuan Brawijaya dan pemuda di dalam ruangan itu tiba-tiba saja disergap oleh kedua pengawal pribadi sang Papi, yang entah datang dari mana. Ditambah lagi dengan apa yang ia baru dengar tadi, yang tentu saja sukses menyulut emosinya. Ia hanya tidak menyangka, bagaimana Tuan Brawijaya dan Toni bisa bersengkokol untuk membunuh seseorang seperti itu.

David tahu, bahwa ia tidak bisa membiarkannya begitu saja. Bagaimana pun caranya, ia harus mampu menghentikan rencana Tuan Brawijaya, karena apa yang akan mereka lakukan itu adalah sebuah kesalahan besar yang tidak hanya merenggut nyawa seseorang dan menghancurkan kebahagiaan orang lain, namun juga bisa menyeret mereka berdua masuk ke dalam penjara.

Satu tangan Tuan Brawijaya pun terangkat ke udara, memerintahkan para pengawalnya itu untuk melepaskan David melalui isyaratnya. Kedua pengawal berbadan besar tersebut nampak ragu pada awalnya, namun pada akhirnya tetap mengikuti apa yang telah diperintahkan. Sehingga kini, David bisa dengan leluasa mendekat ke arah Tuan Brawijaya yang menatapnya dengan satu alis terangkat, sementara matanya mencuri lirik ke arah seseorang yang berada di dalam ruang kerja sang Papi tersebut dan tengah memunggunginya. Nyatanya, ia memang tidak salah dengar. Orang itu benar-benar Toni, orang kepercayaannya.

“Apa yang Papi dan Toni rencanakan pada Ardan?” tanya David, to the point. Ia menatap pria paruh baya di hadapannya tersebut dengan tajam, disertai kedua tangannya yang terkepal di sisi tubuhnya. Meski ia begitu membenci Ardan, tapi, tidak pernah sedikit pun ia berpikiran untuk membunuhnya. Ardan tidak salah apa-apa, lantas atas alasan apa Papinya dengan Toni merencanakan hal sejahat itu?

Dilihatnya Tuan Brawijaya yang sempat terkesiap kaget, walau hanya dalam sepersekian detik kemudian ia berhasil menguasai dirinya sendiri. Satu sudut bibirnya pun terangkat, membentuk seulas senyum sinis, sebelum akhirnya ia mengangkat satu tangannya dan meremas pundak sang putra, “Papi rasa, kamu tidak perlu tau tentang ini, David. Ini adalah urusan Papi.”

Tanpa diduga, David justru menyentak tangan Tuan Brawijaya dari pundaknya. Apa yang dikatakan Tuan Brawijaya sama sekali tidak benar. Tentu ia berhak tahu tentang masalah ini, apalagi ini juga akan menyangkut tentang Delia. Ardan adalah suaminya Delia, dan mendengar pria itu akan dibunuh oleh Papinya sendiri membuatnya tidak habis pikir. Dan ia tidak bisa menghiraukannya begitu saja. Rencana jahat itu harus segera dicegah sebelum terlambat.

“Toni dan Papi berencana membunuh Ardan? Atas alasan apa?”

“David—“

“ATAS ALASAN APA?!”

Between the Difference [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang