Closer 9

2K 207 23
                                    

"Duduklah," ujar Younghyun, tidak jelas mempersilahkan Nako untuk duduk dimana namun begitu melihat pria tersebut merebahkan pantat di kursi tempatnya tadi merokok, gadis bertubuh mungil segera menyusul di sebelahnya.

Younghyun meraih ponsel lalu kembali meletakkannya dalam posisi tengkurap di dekat kursi. Dia mengambil sebatang rokok, menyalakan pemantik, dan hanya melirik ketika Nako mengerutkan kening tak nyaman terkena asap pembakaran tembakau.

"Kau kemari disuruh siapa? Sutradaramu? CEO agensimu?" Tanya Younghyun tanpa basa-basi. Nako nampak menunduk, meremas-remas ujung rok separuh dengkul yang ia kenakan.

"Apa Minju ke tempat Jae juga?" Pemuda chubby bertanya lagi yang kembali tidak dijawab oleh wanita lebih muda.

"Well, kalau tujuanmu adalah ingin membujuk kami supaya kau tidak dikelurkan dari proyek film, lebih baik kau hentikan. Aku cuma asisten dan keputusan Jae selalu mutlak. Besides, kau bisa bertahan di sini sampai sekarang itu sudah keajaiban luar biasa karena biasanya Jae akan langsung memecat orang sejak take pertama diambil." Younghyun berhenti sejenak untuk menghisap rokok.

"Jae tahu ini pengalaman pertamamu dan Minju main film. Dia juga bisa melihat antusias kalian. Semangat kalian sangat polos berbanding terbalik dengan niat busuk sutradara yang membawamu ke sini. Maka dia menghargai kalian dan membiarkan kalian lebih lama. Tapi maaf, kami tidak bisa mempertahankan kalian lagi. Proyek film ini bukan syuting reality show receh lucu-lucuan. Investor kami tidak cuma dari Korea namun juga Amerika dan Eropa. Banyak orang meletakkan harapan besar di film ini. Anggap saja, film ini belum rejeki kalian dan ambillah pengalaman yang berharga untuk kalian jadikan pelajaran di masa depan."

Younghyun kembali menghisap rokok, menghembuskannya di tengah udara hening. Nako masih menundukkan kepala dan belum menjawab, membuat suasana makin senyap.

"Kau punya kemampuan akting," desis pria berbadan tegap, membuat gadis di dekatnya melebarkan mata terkejut.

"Hanya saja, mungkin karena ini pengalaman pertamamu jadi kau terlalu senang dan tidak bisa mengendalikan diri. Rasa senangmu lebih besar dari keinginanmu untuk belajar, makanya kau jadi banyak salah, canggung, dan kaku. Imajinasimu sudah kejauhan--menjadi aktris, main film lagi, main drama, blablabla--tanpa sadar itu malah membuat dirimu sendiri tertekan dan mematok target tinggi yang belum bisa kau raih. Alhasil waktu terjadi kesalahan, kau akan dua kali lipat lebih frustasi akibat kenyataan syuting yang tidak sesuai imajinasimu dan khawatir kalau targetmu tidak akan tercapai.

Yahh, itu memang penyakit aktris baru sih. Tidak pernah ikut syuting, jadi sekalinya terlibat langsung GR. Saranku, cobalah tenang sedikit. Anggap tawaran syuting adalah kegiatan trainee dimana kau harus belajar dan bukan gladi bersih debut menjadi aktris terkenal. Jadi saat ada kesalahan kau tidak perlu sangat terpuruk sebab dari awal kau tahu resiko belajar, salah satunya, adalah membuat kesalahan. Kalau mindset-mu seperti itu, aku yakin kau akan banyak kemajuan. Kau akan bisa mengolah kritikan setiap orang untuk jadi bahan memperbaiki diri sendiri. Kau punya potensi, aku bisa melihatnya. Cuma, kau belum menemukan cara yang tepat untuk mengolah itu."

Nako menelan air ludah dalam diam. Dia mengusapkan tangan ke pipinya yang kembali dilinangi air mata.

"I feel bad..." Desis Younghyun. "Karena kau pasti disuruh untuk melakukan segala cara membujuk kami. 'Segala cara' I mean is 'everything' include the sex. Isn't it?"

Di luar dugaan, kepala Nako mengangguk. Younghyun menghela napas panjang.

"Well, tak bisa dipungkiri itu memang kebusukan dunia entertainment. Mau dihilangkan pun hanya akan jadi wacana, itu sudah seperti budaya paten. Perjuanganmu di dunia ini masih panjang, stay strong." Younghyun menghisap rokok lagi.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang