Closer 81

1.6K 206 115
                                    

"SEOOUUULL! ULULULULULUUU!" Para karyawan rumah produksi Jaehyung bersorak memalukan begitu telah melangkahkan kaki keluar dari bandara Incheon. Mereka melambaikan tangan pada kedua bosnya yang sama-sama membuang muka pura-pura tak kenal.

"Pak Jae! Pak Bri! Kami jalan-jalan dulu ya! Adios!" Seru para staff kompak kemudian membalikkan badan sambil menarik koper bawaan masing-masing. Mereka berjalan beriringan sembari mengobrol akrab dan tertawa riang.

"Astaga mereka norak sekali, ckckck," gumam Younghyun. "Meniru siapa sih?"

"Pegawai kalian benar-benar menyenangkan dan penuh semangat!" Di sisi lain Wonpil malah memuji.

"Yah, tidak bisakah kau melihat sesuatu dari sisi kurangnya? Mereka jelas-jelas sangat memalukan!" Tegur Younghyun heran akan betapa positif cara berpikir gadis yang lebih muda.

"Semua hal punya kelebihan, kenapa harus membahas kekurangannya?" Balas Wonpil heran.

Pria chubby menepukkan telapak tangan ke jidat. "Terserah kau saja," dia langsung menyerah, tak ingin meneruskan perdebatan.

"Kapan mau menjenguk Dowoon?" Younghyun mengganti topik.

"Bukankah kau bilang akan membahas OST?" Sahut Jaehyung.

"Ah iya, lupa." Kembali pria chubby menepuk keningnya. "Sepertinya aku butuh makan. Aku kurang fokus."

"Kau sakit?" Wonpil menyela dengan wajah khawatir.

"Jiwanya memang sudah sakit sejak lama," pria tinggi menyerobot asal.

"Kau yang membuatku sakit jiwa!" Lelaki lebih muda mendelik.

"Jadi kau tidak membantah kalau sakit jiwa?" Ekspresi Jaehyung datar.

"Brengs--" Younghyun hendak maju mengacungkan tinju namun Wonpil dengan cepat memposisikan diri di tengah-tengah mereka.

"Stop!" Gadis yang sedang hamil spontan berseru, mengagetkan beberapa pengunjung bandara dan membuat mereka jadi pusat perhatian selama dua detik.

"Jadi kalian mau kemana setelah ini?" Wonpil mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Membahas OST," jawab Jaehyung.

"Yeah," timpal Younghyun sekejab sudah kembali tenang seolah lelaki tersebut memang punya mood swing yang luar biasa canggih. Hanya dalam hitungan detik, ekspresi wajahnya bisa ikut berubah drastis.

"Kalau sudah selesai--" Wonpil memandang Jaehyung dan Younghyun bergantian. "--mau ke tempat Dowoonie bersama-sama?"

Kedua produser bertukar tatap.

"Oke," jawab mereka dengan anggukan memunculkan senyum di wajah gadis yang lebih muda.

"Mau jam berapa?" Tanya Wonpil lagi.

"Sore paling cepat," ujar Jaehyung sekejab memudarkan senyuman istrinya.

Lama sekali... Keluh Wonpil dalam hati.
.
.
Begitu dari bandara, seperti ucapannya Jaehyung langsung menuju apartemen Younghyun untuk mendiskusikan perihal lagu-lagu yang akan digunakan sebagai OST film sementara Wonpil pulang ke apartemennya sendiri untuk mencicil mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Amerika. Dia hendak menetap di sana namun Jaehyung melarang membawa banyak benda karena semua yang dibutuhkan sudah akan ada di tempat tujuan membuat gadis yang lebih muda galau seketika teringat akan seisi rumah yang seluruhnya terasa penting serta berarti.

Ruang tengah apartemen luas Younghyun terasa lengang meski nyatanya ada dua lelaki sedang berada di sana saling menutup mulut. Jaehyung duduk di lantai menghadap meja rendah sofa, kedua kakinya lurus di bawah meja dengan ekspresi nampak fokus mendengar tiap melodi serta nyanyian dari speaker ponsel yang disambung dengan earphone. Tiap menemukan kejanggalan atau nada yang kurang pas, pria tersebut akan membuat catatan kecil di buku yang terbuka di meja.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang