Closer 38

2.1K 221 97
                                    

Sungjin melepas kacamata baca dan memijat pelan jeda di antara kedua matanya yang terasa pegal sebab sudah membaca buku lumayan lama. Dia menggeliatkan badan hingga terdengar suara otot dan tulang yang berkeretak di beberapa tempat.

"Wah, aku sudah tua rupanya," kekeh pria tersebut menertawakan dirinya sendiri. Ia meletakkan buku serta kacamata ke atas meja lantas beranjak keluar kamar untuk mencari air minum di dapur.

"PH tanah..." gumaman suara berat menghentikan langkah kaki Sungjin, lelaki itu memandang ke dalam kamar tidur luas yang dihuni enam mahasiswa bimbingannya dan dapat melihat Dowoon sedang mengetik laporan di laptop sambil komat-kamit menyusun kalimat sendirian. Pria Busan tersenyum.

Anak ini benar-benar rajin. Padahal teman-temannya pergi jalan-jalan tapi dia malah membuat laporan, batin Sungjin. Pandangan mata tiba-tiba menerawang. Ah, apa aku buatkan saja dia sesuatu untuk memberi semangat?

Tak lama kemudian...

"Dowoon-ah," sebuah panggilan mengejutkan si pemilik nama dan sontak membuatnya menoleh ke pintu yang sedikit terbuka.

"Ne, Hyung?" balas Dowoon dapat melihat Sungjin mendorong pintu kamar menggunakan siku. Masing-masing kedua tangannya membawa cangkir yang mengepulkan asap panas.

"Mau kopi?" Pria itu menawari.

"Mau sekali!" Sahut Dowoon riang, menerima cangkir yang disodorkan Sungjin dan langsung menghirup aroma khas minuman berwarna coklat tersebut. "Terima kasih, Hyung~"

Sungjin tersenyum sebelum bicara. "Karena kau sangat rajin, kau berhak mendapatkannya."

"Hehehe," Dowoon terkekeh, menyesap dengan hati-hati kopi panas yang dia pegang lalu menggumam puas. "Mantap!"

"Sudah sampai mana laporanmu?" tanya Sungjin memperhatikan ketikan pemuda berambut hitam di layar laptop.

"Bab pendahuluannya hampir selesai. Kalau tidak malas aku mau lanjut ke teori-teori terus nanti tinggal menunggu hasil percobaan untuk menyusun bab terakhir."

"Ah, kau meniru Shinwon? Menyicil pekerjaan dengan mengetik materi yang ada dulu, baru nanti dilengkapi jika penelitiannya sudah selesai?" ujar Sungjin.

"Ne," Dowoon mengangguk. "Shinwonie bilang, jika aku mengerjakannya begitu nanti di akhir tidak akan merasa tergesa-gesa karena dikejar deadline. Beban mengetik juga tidak banyak dan yang pasti bisa lebih menghemat waktu. Laporan yang dibuat akan lebih bagus dan kesannya tidak berantakan atau asal bikin."

"Memang begitu seharusnya," puji Sungjin, mengulurkan tangan untuk mengacak rambut tebal Dowoon. "Kau benar-benar sangat tahu harus belajar hal-hal baik pada siapa."

"Ehehe~" pemuda bersuara bass hanya terkekeh malu mendapat pujian, dia meletakkan cangkir kopi ke tempat yang agak tinggi lalu kembali melanjutkan mengetik diperhatikan oleh Sungjin yang sejatinya agak kaget akan reaksi dirinya barusan yang tertawa kecil.

"Dowoon-ah."

"Ne, Hyung?" Dowoon menoleh sekilas.

"Kau...sepertinya mulai berubah."

"Hm?" Lelaki lebih muda membalas heran. "Maksudnya?"

"Perasaanku saja sih sebenarnya tapi ini bukan hal yang buruk kok." Sungjin menatap lekat pada wajah yang tengah memandangnya polos. "Kau...gugupmu itu sudah banyak berkurang."

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang