Closer 83

2.3K 220 211
                                    

Tok, tok, tok.

Wonpil menoleh ke arah pintu kamar perawatan ketika mendengar ada yang mengetuk dari luar. Dia bangkit berdiri hendak membuka pintu namun didahului oleh seseorang yang telah menggesernya. Wajah Younghyun melongok ke dalam lantas menyunggingkan senyum membalas tatap mata ramah gadis lebih muda.

"Maaf aku baru datang," desis pria chubby melemparkan pandangan pada Dowoon yang nampak sedang pulas tidur di ranjang.

"Ne, tidak apa-apa," ujar Wonpil perlahan kembali duduk di kursi sebelah tempat tidur adiknya. "Sejak pagi Dowoonie sibuk membuat laporan. Sepertinya dia kecapekan. Setelah minum obat ia langsung tidur," gadis tersebut menjelaskan tanpa diminta.

"Berarti kondisinya masih belum benar-benar pulih," gumam Younghyun diiyakan anggukan Wonpil. "Jae dimana?" Ia kemudian mengedarkan pandangan namun tidak dapat menemukan sosok Jaehyung di dalam kamar inap VVIP yang luas.

"Setelah mengantarku dia bilang ada panggilan meeting dengan para produser," jawab wanita yang lebih muda.

"Oh, jadi dia mau berangkat." Pria chubby mendesis.

"Kau tidak ikut?" Tanya Wonpil heran.

"Setelah ini aku ke sana." Younghyun tersenyum. "Aku mampir sebentar untuk menyapa Dowoon."

Gadis mungil mengulum senyum tipis. "Maaf ya, dia ketiduran."

Younghyun menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Aku malah senang dia banyak istirahat. Dengan begitu dia bisa cepat sembuh." Kemudian pria chubby terdiam, mata tajamnya menatap Wonpil agak lama.

"Wonpil-ah," panggilan Younghyun membuat si pemilik nama menoleh.

"Soal Dowoon..." Lelaki lebih tua berhenti sejenak. "...aku dengar ada dokter yang lebih bagus di Amerika. Tidakkah kau pikir akan lebih baik membawa dia ke sana sekalian kau juga bisa menjaganya?"

Wonpil tidak langsung menanggapi, hanya menatap Younghyun yang melanjutkan bicara.

"Daripada dia sendirian di Jepang dan tidak ada yang benar-benar dikenalnya. Kau tahu sendiri Dowoon orang yang bagaimana, meski dari luar dia kelihatan tegar namun sebenarnya anak itu sangat butuh perlindungan. Harus ada yang menjaga dan melindungi dia. Harus ada yang perhatian padanya atau dia akan memendam seluruh perasaannya sendirian. Kau juga berpikir begitu 'kan?" Younghyun berhenti sejenak.

"Jika yang jadi masalah adalah ijin dari Jae, coba kau bujuk dia lagi. Jae memang orang yang sulit dibantah, tapi kalau kau yang bica--"

"Brian." Hanya satu kata dan mulut Younghyun langsung mengatup. Wonpil kembali diam, menatap lelaki di dekatnya dengan pandangan teduh lalu ia mengulum senyum kecil.

"Aku paham apa yang kau cemaskan. Soal dokter yang bagus, sebenarnya ada banyak dokter bagus di dunia ini. Tak cuma di Amerika atau Jepang, tapi bukan hanya itu yang diperlukan Dowoonie sekarang. Selain dokter, dia juga harus mempertimbangkan kondisi tubuhnya. Seperti hari ini, baru memikirkan laporan saja dia sudah kelelahan. Aku tidak sanggup membayangkan kalau dia harus menempuh perjalanan begitu jauh ke Amerika," tutur Wonpil seraya mengalihkan mata pada wajah tenang Dowoon di tempat tidur.

"Aku juga mencemaskannya, aku pun ingin bisa terus menemani dia dan memastikan Dowoonie sembuh dengan mataku sendiri namun aku tidak boleh egois. Dowoonie sudah dewasa, aku harus memberinya jarak dan ruang untuk dia bisa berkembang. Selain itu--" gadis mungil meletakkan tangan ke permukaan perutnya yang membesar. "--ada anak-anak ini yang lebih membutuhkan aku dan ayahnya."

Wonpil kembali memandang Younghyun yang masih terdiam.

"Brian, jika kau benar-benar memikirkan Dowoonie, aku harap kau menjadikan dia sebagai prioritas utama. Bukan soal bagaimana KAU terus bersamanya, tapi bagaimana DIA bisa kembali pulih dan sehat supaya kau dapat bersama dia saat ini dan nanti. Kau sendiri juga ingin begitu 'kan? Kau tidak mau Dowoonie terus-terusan sakit seperti ini 'kan?"

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang