Closer 82

1.6K 192 100
                                    

Dibangunkan oleh suara minyak mendidih menggoreng sesuatu, Jaehyung membuka sepasang mata sipitnya dengan malas. Dia menggeliat, membuat kaki panjang merenggang melewati batas selimut. Pria itu menguap, menggosok mata lalu bangkit duduk. Dipandangnya celah gorden jendela ruang tengah yang sudah menampakkan terang cahaya matahari dari luar.

Jaehyung menyingkirkan selimut, mencoba berdiri sambil kembali menguap lebar. Dia beranjak meninggalkan ruangan dengan tangannya masuk ke dalam baju, menggaruk malas perut yang sebenarnya tak gatal.

Tluk, lelaki tinggi menyandarkan tubuh di ambang pintu dapur, memandang punggung sempit Wonpil yang sedang sibuk memasak, menghadap kompor dan membelakanginya. Jaehyung mengedipkan mata dengan tatapan masih mengambang, nampak belum sepenuhnya sadar dari bangun tidur.

Wonpil tersentak kecil saat mendadak sosok jangkung muncul di sebelahnya. Dapat dia rasakan Jaehyung memberi sebuah lirikan namun karena pria tersebut diam saja, maka gadis mungil juga tidak bersuara dan melanjutkan memasak sambil berusaha untuk tak mempedulikan keberadaan sang suami.

Dia masih marah? Batin Jaehyung heran. Padahal semalam ia yakin sudah mendengar wanita tersebut bernyanyi kecil dan mengecek jika boneka serta mangkuk es krim tak ada lagi di dalam freezer. Pikirnya Wonpil pasti sudah tidak marah, tapi melihat sikap dia pagi ini yang seperti tidak melihat Jaehyung di dekatnya membuat pria itu berpikir ulang.

Aku tidak mau bicara duluan. Pokoknya Jae yang salah, dia yang harus minta maaf lebih dulu! Tekad Wonpil dalam hati sambil tak berhenti mengaduk sayur di dalam panci. Dia mengambil sedikit kuah panas untuk dicicipi.

Masih agak hambar.

Sepasang mata bulat Wonpil menoleh mencari garam yang letaknya lumayan jauh dari jangkauan dan lebih dekat jika Jaehyung yang mengambilkan. Namun karena sejak awal gadis tersebut sudah bertekad tak akan luluh begitu saja di pertengkaran kali ini, maka dia pun tidak mau minta tolong suaminya itu.

Wonpil mengulurkan tangan yang mana membuatnya langsung terpatung sebab tidak dapat menjangkau jarak yang dibutuhkan. Sementara Jaehyung cuma diam, memperhatikan istrinya yang seperti berusaha keras memanjangkan lengan untuk meraih kotak-kotak bening kecil berisi bumbu dapur yang berjejer. Inisiatif, pria tinggi kemudian mengambil salah satu dari kotak tersebut dan diberikan pada Wonpil.

"Garam," gadis mungil terpaksa membuka mulut saat Jaehyung menyodorinya gula.

Tidak dapat membedakan mana garam mana gula, lelaki lebih tua cuma memandang bubuk putih di dalam kotak lalu kembali menyodorkannya pada gadis yang langsung mendelik.

"Aku bilang garam," ujar Wonpil.

Ini bukan garam? Jaehyung mengembalikan kotak ke tempat semula dan meraih sebelahnya, diberikan lagi pada sang istri yang masih melotot kesal.

"Itu micin."

Jaehyung mengembalikan kotak bumbu dapur barusan dan memungut lagi kotak di sebelahnya.

"Itu bubuk merica--ah, lama! Minggir!" Wonpil akhirnya gusar, mendorong tubuh suaminya sampai terjajar mundur lalu mengambil sendiri kotak garam dan segera menaburkan ke dalam panci berisi sayuran. Jaehyung menggaruk kepala, memandang diam pada Wonpil yang kembali membisu.

"Mau...ke tempat Dowoon jam berapa?" Pria lebih tua memberanikan diri bertanya setelah keheningan beberapa saat.

Wonpil tidak menjawab, tetap menyibukkan diri dengan banyak hal tanpa memandang sedikit pun pada Jaehyung yang mulai memasang muka melas tanpa sadar.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang