Closer 46

2K 209 71
                                    

Semakin close ya🌚
|
|
|
|
|
"Wonpil-ah, aku harap kita bisa seperti dulu lagi."

Raut wajah Wonpil berubah ketika membaca satu pesan yang baru dibukanya sore itu sebab sejak pagi ia sibuk di dapur, bergelut dengan bumbu dan bahan masakan, mencoba beberapa resep baru di internet untuk mengusir bosan karena ditinggal bekerja di vila sendirian.

Sepasang mata bulat menerawang, memandang udara seiring kelebatan bayangan-bayangan masa lalu muncul bagai rol film di ingatannya.

Pegangan tangan Wonpil pada ponsel mengerat. Kedua alis mengerut ketika mendadak ia merasakan tendangan kecil yang berasal dari dalam tubuh. Dengan lembut gadis tersebut mengusap-usap permukaan perut bulat, mencoba menenangkan dua manusia mungil yang mengisi ruang rahimnya.

Wonpil menyalakan layar ponsel dan membaca pesan barusan sekali lagi. Ia menghela napas dengan pelan.

Apa maksudmu, Sungjin Oppa?
.
.
"Im Youngmin itu...jinjja..." Dowoon menggerutu sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam bus. Dia menempelkan kartu pembayaran dan langsung mencari kursi kosong.

"Aku kira dia akan menemaniku mengambil motor karena terus bertanya, ternyata cuma mau mengingatkan. Dasar." Pemuda bersuara berat bersungut-sungut, mengarahkan mata keluar jendela, mencoba menikmati pemandangan untuk melupakan rasa kesal seiring bus bergerak meninggalkan halte.

Untung ada bus arah ke vila Jaehyungie Hyung, meski haltenya berada jauh dari vila dan aku harus jalan kaki. Ah, daripada tidak ada kendaraan sama sekali, terima saja Kim Dowoon. Kau harus banyak bersyukur, gumam pemuda berambut hitam dalam hati.

"Hoaaahm~" mendadak Dowoon menguap. Untungnya saat ini bus sedang sepi penumpang sehingga tidak banyak yang kemudian memperhatikan ketika lelaki muda tersebut menggeliatkan badan di kursi.

Capek sekali habis pulang dari hutan. Tidur sebentar ah, pasang alarm 15 menit. Harus bangun sebelum sampai halte tujuan~ Dowoon menyalakan ponsel dan mengatur penanda waktu. Setelah memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku jaket, pemuda itu menyandarkan punggung pada kursi dan kurang dari semenit ia sudah terlelap.
.
.
Tok tok tok!

Suara ketukan di pintu membuat Wonpil mengalihkan pandangan dari sayur di dalam panci yang sudah hampir matang.

"Noonaaa!" Suara familiar kemudian menggema.

"Ah, dia sudah sampai?" Wonpil menutup panci dan mengelapkan tangan ke celemek lantas beranjak menuju beranda. "Ne~ uri Dowoonie sudah datang?"

"Ehehe~" Dowoon nampak terkekeh, wajahnya menempel pada kaca jendela di sebelah pintu masuk vila.

"Sore sekali. Ku pikir kau akan ke sini siang tadi," ujar Wonpil begitu membuka pintu dan mempersilahkan adiknya masuk.

"Baru pulang dari hutan. Tadi berangkatnya lumayan siang jadi keluarnya pun telat," ujar Dowoon seraya melepas sepatu, memakai sandal rumah dan mengikuti langkah gadis mungil menuju dapur.

"Noona sedang masak? Mau dibantu?" Tanya lelaki lebih muda menawarkan jasa.

"Mau membantu memasak atau makan?" Wonpil membalikkan kalimat. Dowoon langsung nyengir.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang