Closer 24

2.3K 208 57
                                    

Sudah hampir setengah jam Dowoon menyibukkan diri di dapur. Dengan celemek mengikat badan, tanpa rikuh dia mencuci beras, memotong sayur, menggoreng, dan mencicipi kuah yang dibumbui, seolah pemuda tersebut sudah terbiasa melakukan semua hal itu.

Sementara dari pintu, berdiri Younghyun yang menatap sosok Dowoon dengan mata berbinar-binar dan senyum tersungging yang enggan pudar. Jari-jemarinya mengusap-usap dinding sembari ia mengambil napas panjang dalam senyuman lebar.

Mom... Batin pemuda chubby. Eomma sudah mau menantu belum? Aku siap membawakannya. Tapi dia ganteng, bukan cantik. Eomma mau 'kan? Younghyun sukar berhenti cengar-cengir.

"Hyung," teguran mendadak Dowoon mengagetkan pria yang lebih tua hingga tergagap. Sekejab Younghyun berharap pemuda itu tidak menyadari kalau sejak tadi dia berdiri di sana dan memperhatikan kesibukannya.

"A-ah, ne...?" Younghyun mencoba bersikap natural.

"Apa kau sudah selapar itu?" Dowoon terkekeh, merasa lucu melihat kelakuan lelaki lebih tua yang berdiri di pintu bagai anak kecil sedang menunggu makanannya matang dimasak.

"Duduklah. Sebentar lagi selesai. Tinggal menunggu sayurnya empuk sedikiiit lagi." Dowoon menarik salah satu kursi di dekat meja makan yang mana langsung didekati oleh Younghyun dengan sukacita.

"Ada yang bisa aku bantu?" Dia bertanya.

"Coba cek nasinya. Harusnya sih sudah matang," pinta Dowoon kemudian menyerahkan dua buah mangkuk yang biasa dipakai menjadi wadah nasi.

Dengan hati-hati Younghyun membuka penutup mesin penanak beras membuat uap panas mengepul mengenai mukanya, membawa harum segar nasi yang baru matang. Dia menyendok sedikit untuk dicicipi.

"Dowoon-ah, ini sudah empuk," lapor Younghyun.

"Ne, bisa tolong kau isi mangkuknya, Hyung?" Tanya Dowoon.

"Siap~" dengan senang hati Younghyun menyendok nasi ke dalam mangkuk yang tadi diberikan oleh lelaki lebih muda lalu meletakkannya berhadapan di meja makan.

"Ini, Hyung." Dowoon menyerahkan dua buah mangkuk lain berisi sayur. "Hati-hati. Masih panas," pesannya memperingatkan.

"Ne~" jawab Younghyun kembali meletakkan mangkuk tersebut ke meja. Dia juga menerima piring berisi lauk gorengan, kimchi, serta alat makan dari Dowoon yang kesemuanya ditata berhadapan di meja makan.

"Mau minum air mineral atau cola, Hyung?" Tanya Dowoon sembari membuka pintu kulkas.

"Air mineral saja." Younghyun menjawab, melihat bagaimana adik Kim Wonpil tersebut mengambil sebotol air minum dan meletakkannya di tengah meja dengan dua buah gelas bening. Baru setelah memastikan seluruh keperluan makan lengkap, Dowoon melepas celemek dan kembali menggantung di dekat lemari es.

Kau benar-benar menantu idaman, Dowoon-ah, pikir Younghyun reflek menarikkan kursi untuk Dowoon duduk sebagaimana attitude table manner di restoran mahal. Namun pemuda bersuara bass hanya berdiri memandang sambil terdiam.

"Ah, sorry..." Younghyun tersadar, segera menjauhkan tangan dan dirinya dari kursi Dowoon. "Kebiasaan. Maaf." Dia salah tingkah.

"Kau sering ikut dinner gitu ya, Hyung?" Dowoon basa-basi, tetap duduk di kursi yang tadi ditarik oleh Younghyun.

"Yaah, lumayan. Soalnya banyak undangan semacam itu," jawab Younghyun, matanya melirik lawan bicara untuk meraba bagaimana perasaan Dowoon sekarang. Apa dia baik-baik saja atau malah merasa risih dengan perlakuan barusan.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang