Closer 56

1.5K 207 43
                                    

2 jam berlalu sejak Dowoon tersesat.

Hup! Dengan satu lompatan kecil Dowoon turun dari akar besar yang barusan menghalangi jalannya.

"SHINWON-AH! SUNGJIN HYUNG! YOUNGMIN-AH! TEMAN-TEMAN!"

Dia berteriak keras sambil mengedarkan pandangan, napasnya terengah. Pemuda tersebut mengusapkan lengan jaket ke kening dan pelipis untuk mengeringkan keringat yang mengalir hingga leher.

"SUNGJIN HYUNG! SHINWON-AH!" Dowoon kembali memanggil. "Aneh..." Dilanjutkan dengan mendesis.

Dowoon merasa sudah berjalan cukup lama, menembus tingginya rumput subur, semak-semak dengan ujung tajam mengenai lubang di lutut celana panjang, dan bahkan ia sempat beberapa kali terpeleset oleh lumut di permukaan akar maupun bebatuan namun tetap saja, sekelilingnya sama sekali tak berubah.

Pemuda itu merasa masih dikepung oleh batang-batang pohon dengan tinggi puluhan meter yang tumbuh rapat mengakibatkan keadaan sekitar suram, karena langit dan cahaya matahari tertutupi dedaunan lebat. Hembusan napasnya pun berubah menjadi asap tipis seolah terpengaruh oleh rendahnya suhu udara. Bahkan mulai muncul kabut putih menyamarkan pandangan padahal waktu di jam tangan masih menunjukkan pukul tiga sore.

"Apa aku tersesat?" Gumam Dowoon sambil menelengkan kepala.

"Kok bisa?" Dia masih belum sepenuhnya mengerti. Karena seingat pemuda itu, yang ia lakukan cuma mengikuti suara panggilan Shinwon tapi begitu sadar ia sudah berada di tempatnya sekarang. Parahnya lagi, walau telah mencoba menelusuri jalan yang tadi dilewati, Dowoon tetap kembali ke tempat semula seolah ia cuma berputar-putar.

"HYUUUNG! YOUNGMIN! SHINWON! HOSEOK! SANGHYUK! SUNGJAE! KALIAN DENGAR AKU!?" Dowoon berteriak hingga tenggorokannya sakit.

"Ah, sial." Pemuda bersuara berat mengesah. Kembali memandang sekitar yang kini nampak lebih suram dari tadi, mungkin karena hari juga sudah semakin sore. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat ngeri suasana hutan belantara ini melainkan kesunyian yang ada. Entah Dowoon telah masuk seberapa jauh namun yang pasti, sepi yang mencekamnya sekarang dirasa terlalu hening hingga dapat berbalik memekakkan telinga.

Kruuk~ akhirnya ada suara familiar yang muncul menyela kesunyian. Dowoon memegang perut. Terlalu fokus mencari jalan membuatnya lupa jika belum makan siang.

Hup! Lelaki berambut hitam kembali melompati sebuah akar pohon yang mencuat menembus permukaan tanah. Dia mencari tempat datar dan kering untuk duduk meletakkan tas.

"Untung saja aku yang bawa bekal makanannya, jadi aku bisa makan duluan. Hehe, maaf teman-teman~" Dowoon menggumam sendiri seraya membuka resleuting ransel dan mengambil satu kotak bekal. Pandangan pemuda itu kemudian terpatung ketika melihat lima kotak lain jatah makan rekan sekelompoknya serta beberapa cemilan mereka yang juga tertata rapi di dalam tas.

Kalau bekalnya aku bawa, mereka makan apa ya? Ah, mereka pasti kelaparan sekarang. Aku harus cepat keluar dari sini. Kasihan kalau mereka menunggu lama, batin Dowoon sambil memegang sumpit dan mulai makan.
.
.
"AISH!" Youngmin mendengus keras, menyentak tangan Sungjin yang mencengkeram kuat dan menarik lengannya. "KENAPA KITA MALAH KELUAR, HYUNG!?" Dia bertanya dengan nada tinggi. Sepasang mata lebar melotot.

"DOWOON MASIH DI DALAM!" Youngmin menunjuk jalan setapak yang merupakan pintu masuk ke dalam hutan.

Untuk alasan yang tidak dapat dimengerti mendadak Sungjin menghentikan pencarian dan malah memaksa kelima mahasiswa keluar dari hutan.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang