Closer 78

1.6K 206 88
                                    

Pagi hari yang cerah. Usai makan, membersihkan diri, dan ganti baju, Dowoon kembali duduk di tempat tidur. Raut wajah pemuda itu masih suram sejak kemarin, kedua matanya juga sembab akibat menangis serta merengek seharian yang tanpa hasil.

Pada akhirnya Wonpil sama sekali tidak muncul di rumah sakit kemarin dan Dowoon juga gagal membujuk sang ayah untuk membantu menahan kakak perempuannya supaya tetap di Korea. Mengingat itu lagi, membuat Dowoon kembali kesal. Dengan sebal dia menendang selimut yang menutupi kedua kaki hingga berantakan lalu berbaring miring. Berharap dapat tidur supaya bisa mengurangi rasa jengkel di dalam hati.

"Yah, kau masih begitu, Oppa?" Tegur Seungmin yang duduk memainkan ponsel di kursi sofa. "Jangan kekanakan. Jaman sudah modern sekarang. Meski Eonnie ke Amerika atau Antartika sekalipun, kita masih bisa menghubunginya bahkan mengobrol sambil lihat wajahnya seperti ketemu biasa. Itu disebut video call, for your info."

"Aku tahu..." Desis Dowoon cemberut, merasa diremehkan oleh ucapan sang adik. "Tapi video call...beda dengan ketemu...langsung..." Pemuda bersuara berat sudah dapat bicara lebih lancar.

"Daripada sama sekali tidak bisa menghubunginya, itu sudah sangat mending," sahut Seungmin ketus. "Sudahlah, Oppa. Ingat kata Papa, jangan kebanyakan menuntut, bersyukur dengan apa yang sudah kita punya sekarang. Kalau kita terus menuruti keinginan, itu akan sulit karena keinginan tidak ada habisnya."

Diceramahi sang adik membuat Dowoon makin merengut. Tak ada yang salah pada kata-kata Seungmin, namun hati Dowoon memang sedang di mood tidak bisa menerimanya. Dia bangkit duduk sambil membawa bantal di tangan lalu melemparnya ke arah Seungmin.

"Ack!" Gadis yang lebih muda memekik kaget tiba-tiba ada bantal mengenai kepala.

"Aku tidak mau...mendengar itu darimu!" Ujar Dowoon gusar.

"Oppa!" Mata sipit Seungmin melotot. Dia meletakkan ponsel ke meja dan langsung mendekati kakak laki-lakinya dengan langkah menghentak.

"Kau itu kalau mau cari ribut, bilang dari awal!" Sungut gadis bertubuh mungil seraya mengulurkan tangan hendak memukul, mencubit, dan menjambak Dowoon yang dengan cepat menangkis.

"Berisik! Kau berisik...seperti Mama!" Balas Dowoon tak mau kalah. Dia tak peduli di tangannya masih menggantung selang infus, dengan kesal lelaki tersebut mencoba membalas perlakuan sang adik. Dua bersaudara tersebut bertikai dengan tangan saling menyerang dan menangkis seperti anak kecil.

"Argh, Oppaaa...!" Seungmin makin berang. "Awas kalau kau menangis! Awas kalau mengadu ke Papa! Aku akan mencakarmu! HIIIIIHH!"

"Minggir!" Dowoon berhasil meraih rambut panjang Seungmin, tidak benar-benar menariknya namun itu cukup membuat sang adik naik pitam sebab merasa sudah dikalahkan.

"Oppa yang mulai!" Suara gadis mungil meninggi, ganti mencubit sekuat tenaga tangan di kepalanya.

"AAACK!" Dowoon spontan memekik kesakitan. "Kim Seungmin...!"

"YAH, KIM DOWOON!"

Mata Dowoon melotot mendengar adiknya menyebut nama tanpa embel-embel 'Oppa'.

"Kau...!" Pemuda bermata bulat menguatkan jambakan di rambut Seungmin membuat gadis lebih muda memekik kaget karena rasa sakit. "Tidak sopan!"

"Lepas! SAKIT! OPPA!"

Grekk...! Mendadak pintu kamar dibuka dari luar membuat Dowoon dan Seungmin menoleh bersamaan.

Sungjin yang hendak melangkah masuk ruangan langsung membelalakkan mata ketika menyaksikan Dowoon sedang menarik rambut panjang Seungmin dan telapak tangan gadis tersebut di muka kakaknya seperti akan mencakar hidung serta mulut Dowoon.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang