Closer 43

2.2K 208 74
                                    

Jaehyung keluar kamar mandi hanya dengan memakai kaos pendek dan bokser. Usai mengeringkan wajah, dilemparnya handuk basah beserta baju-bajunya yang lain ke kursi dekat jendela membuat Wonpil yang awalnya bengong di tepi ranjang langsung mengalihkan pandangan.

"Kau sudah selesai?" Gadis mungil bertanya gamang.

"Hm," jawab Jaehyung sambil menjatuhkan badan di atas kasur sampai membuatnya bergoyang. Dia menggeliat sembari mengerang penuh kenyamanan.

Wonpil bangkit berdiri, meraih handuk di kursi untuk dijemur di gantungan cucian yang telah disediakan lalu kembali mendekati kursi lagi guna melipat pakaian Jaehyung.

"Kau kenapa?" Tanya pria tinggi heran, melihat ekspresi wajah istrinya yang seperti kepikiran sesuatu.

Gerakan melipat Wonpil terhenti sejenak. "Jae, aku ingin tidur dengan Dowoonie."

"Wae? 'Kan sudah ada Brian yang menjaganya."

Wonpil menunduk, "Dowoonie tidak pernah minum sebanyak itu. Dia sangat tahu dia tidak kuat alkohol dan biasanya langsung berhenti jika mulai pusing. Tapi hari ini dia...aku takut dia sedang ada masalah."

Jaehyung mengesah. "Anak itu sudah dewasa, stop babying him. Berhentilah memanjakannya. Mau dia ada masalah atau tidak, kalau dia tidak minta tolong berarti dia bisa mengatasinya sendiri."

"Aku merasa...Dowoonie seperti menjauh dariku akhir-akhir ini..." Desis Wonpil. "Kemarin waktu dia datang ke vila sambil menangis juga, dia tidak mengatakan apa-apa. Apa baginya aku sudah tidak bisa membantu dia?"

Jaehyung memandang sosok mungil gadis yang kelihatan seperti hampir menangis.

"Ke sini." Lelaki yang lebih tua mengulurkan tangan.

Wonpil mendongak, menyelesaikan melipat baju lebih dulu baru beranjak mendekat. Dengan hati-hati dia naik ke ranjang dan merangkak ke samping suaminya. Lengan kurus pria tersebut membawa Wonpil ke pelukan.

"Mulai sekarang," bisik Jaehyung seraya memainkan ujung rambut istrinya. "Lihatlah sesuatu dari sisi baiknya juga. Dowoon tidak menceritakan masalahnya bukan berarti dia tidak membutuhkanmu, buktinya dia masih datang padamu waktu menangis. Itu berarti, insting pertamanya saat butuh sandaran adalah bersamamu. Dia tidak akan selamanya menjadi anak kecil dan kau juga tidak bisa terus-menerus mengurusnya, kau akan punya anak-anak sendiri untuk dirawat nanti. Biarkan Dowoon belajar menyelesaikan masalahnya sendiri, dia akan semakin dewasa dengan itu."

"Aku mencemaskannya, Jae," gumam Wonpil. "Dia itu seringnya...terlalu terbawa perasaan dan selalu gampang sedih. Kalau sudah begitu, nanti dia tidak mau melakukan apa-apa. Dia bisa sakit."

"Makanya, biarkan dia mengatasi itu dan mencari cara bagaimana untuk bisa bangkit. Dia akan terus begitu tanpa bisa menemukan jalan keluar sendiri jika kau tak memberinya kesempatan mencoba. Kau masih bisa membantunya dengan memberi dukungan dan tetap mempercayainya. Dia sudah banyak belajar hal baik darimu, aku yakin Dowoon akan bisa mengambil keputusan yang tepat."

Terdengar Wonpil mengambil napas panjang lalu membuangnya perlahan. Dia memiringkan badan, melingkarkan lengan di pinggang Jaehyung sembari menguselkan kepala di dada pria tersebut.

"Ne, aku akan mempercayainya, Jae," desis Wonpil.

"Good," dengan lembut Jaehyung mengusap punggung gadis lebih muda dan sedikit menunduk untuk mengecup puncak kepala yang berbaring di dekatnya. Pandangan mata lelaki sipit perlahan mengambang.

Can I trust you too, Brian?
.
.
Kim Dowoon, be mine...

Sebelah telapak tangan Younghyun menangkup pipi Dowoon dan dengan hati-hati dia menempelkan bibir mereka berdua. Sejenak gerakan Younghyun berhenti di sana, merasakan lembut permukaan kulit lelaki lebih muda di ujung-ujung sarafnya dan hembusan hangat napas yang menerpa hidung.

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang