Chapter 21

187 24 1
                                    

Hina POV

Aku sedang mengarahkan semua siswa siswi keluar sekarang. Kulihat semua panitia berusaha membantu mereka untuk keluar juga. Saat dirasa sudah keluar semua, kami panitia pun keluar. Tapi aku menyadari ada yang kurang disini.

"Yeorobun!! Jaemin mana?!"- tanyaku panik dengan semuanya. Mereka juga sepertinya tidak sadar Jaemin tidak ada. Hingga jeno membuka suara.
"sepertinya aku mendengar Jaemin mencari Arin kedalam. Kukira dia sudah kembali"

Tanpa babibu aku kembali masuk untuk mencari Jaemin, dapat kudengar semua panitia dibelakang berteriak memanggilku. Tapi aku tidak peduli. Aku pun mencari Jaemin kedalam, entah kenapa aku punya feeling dia ada disalah satu toilet perempuan disini. Dan benar saja, aku mendengar suara Jaemin berteriak disalah satu toilet perempuan. Namun pintu toilet dihalangi oleh tiang yang roboh karena terbakar. Entah dapat kekuatan dari mana aku bisa menyingkirkan tiang yang menghalangi pintu toilet tersebut.

"Jaemin-ssi, kau tidak apa-apa?!"

"Aku tidak apa-apa, tapi Arin pingsan"

Dengan segera aku mencoba membuka keran ditoilet, ternyata airnya masih mengalir. Untungnya aku selalu membawa sapu tangan kemana pun aku pergi. Dan lagi kekuatan darimana aku bisa menyobek sapu tanganku menjadi dua. Dengan segera aku membasahi sapu tanganku dengan air.

"Ini! pakai ini untuk bernafas"- aku menyerahkan salah satu sapu tangan yang telah kubasahi kepada Jaemin. Kami pun keluar dari sini. Aku ada dibelakang Jaemin berjaga-jaga jika saja ada apa-apa. Saat kami berada diruang utama sudah dekat dengan pintu keluar. Tiba-tiba kulihat ada tiang yang hendak roboh dan akan mengenai Jaemin. Refleks, aku mendorong Jaemin dan aku pun tertimpa tiang tersebut.

"Yak! Nakamura Hina kenapa kau mendo-----. Hina! Kau tidak apa-apa?!"- Jaemin panik melihatku.

"Aku tidak apa-apa, cepat kau bawa Arin keluar sekarang!! Aku bisa mengurus diriku sendiri!!" Jaemin terlihat bingung sebentar, tapi pada akhirnya dia pergi keluar.
.
.
.
.
.
Bohong jika aku mengatakan aku tidak apa-apa sekarang. Bohong jika aku mengatakan bahwa aku bisa mengurus diriku sendiri sekarang.
"Cihh, kau sok kuat sekali Hina. Pada akhirnya kau juga kan yang kena. Aku bingung kenapa kau ini masih saja mengkhawatirkannya. Padahal dia saja sudah menentukan kepada siapa dia akan menyerahkan hati"- aku bermonolog kepada diri sendiri, aku menertawakan diriku sendiri sekarang. Disini sangat panas, sapu tangan yang kukenakan sama sekali tidak berguna sekarang. Aku tetap sulit bernafas. Dan juga aku merasakan badanku terbakar sekarang.

"sepertinya sekarang waktuku"- lagi-lagi aku bermonolog. Sesaat sebelum aku tidak sadar aku melihat ada bayangan orang mendekatiku. Aku tidak tau itu siapa. Tapi, orang itu berbadan hitam dan membawa benda panjang. Apa itu malaikat maut? Pikirku.


"sepertinya, ini memang waktunya" gumamku. Dan setelah itu semuanya gelap.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Author POV

Semua panitia, guru-guru, maupun siswa-siswi harap-harap cemas menunggu Hina keluar. Akhirnya ada seseorang keluar dari gedung tersebut. Namun sayangnya bukan Hina yang keluar melainkan Jaemin dengan Arin digendongannya. Jeno yang melihat hanya Jaemin yang keluar pun panik.

"Jaemin-a, mana Hina"- jeno sambil mencengkram kerah baju Jaemin yang sudah meletakkan Arin ditanah. Mendengar jeno panik Jaemin hanya bisa memalingkan wajahnya.

"dia masih didalam. Tubuhnya tertimpa tiang. Dia berusaha menyelamatkanku tadi. Dia menyuruhku keluar duluan, mengingat arin masih ada digendonganku aku tak punya pilihan lain"- ketika mendengar itu jeno langsung melepaskan cengkramannya pada jaemin dan terkulai lemas. Semua orang yang mendengarnya hanya merasa shock, apalagi Koeun dkk. Setelah itu tanpa babibu Jeno mengambil kayu yang cukup besar didekatnya dan ingin masuk kedalam gedung yang terbakar itu.

"Jeno!! Kau mau kemana?!"- teriak Renjun.

"aku akan kedalam dan menyelamatkan Hina. Persetan dengan nyawaku, dia sahabatku!"- jeno

"aku ikut!"- Koeun mengambil ember yang berisi air yang rencananya mau untuk memadamkan api sebelum damkar datang

"aku juga!"- Haechan mengambil kayu seperti jeno.

"ak—" belum sempat jaemin menyelesaikan perkataanya, Arin menangkap tangannya.

"Jaemin-a, tolong disini saja. Aku takut"- arin, mendengar arin seperti itu Jaemin bimbang. Jeno dkk yang melihat itu hanya berdecih, lalu mereka masuk untuk menyelamatkan Hina.

"Tck, kau disini saja dan urusi pacar manjamu itu"- sinis jeno sebelum masuk kedalam.

Saat mereka sampai ditempat dimana Hina berada, Hina sudah terkulai lemas. Dengan segera mereka menghampirinya.

"Hina!! Bertahanlah!!"- Haechan

"Hina-chan, jika kau berani meninggalkanku. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri"- jeno sambil bersusah payah mencungkil tiang yang menimpa badan Hina.

"Hina-chan, aku hanya mengizinkanmu untuk tertidur sebentar. Setelah itu kau harus bangun"- Koeun sambil memadamkan api yang ada disekitar badan hina.

Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya berhasil menyelamatkan Hina. Dan segera keluar dari sana.

Saat mereka keluar gedung tersebut setengah roboh, saat itu juga damkar dan ambulan datang. Para tim medis yang datang pun langsung mengambil alih Hina untuk dibawa ke Rumah Sakit. Para tim medis terkejut melihat siapa yang mereka bawa, yang mereka bawa sekarang ini adalah putri kedua dari pemilik Rumah Sakit tempat mereka bekerja. Jeno ikut bersama Hina didalam ambulan. Didalam ambulan Jeno menghubungi orang tua Hina.

Dan sekarang semua orang berkumpul didepan ruangan Hina ditangani. Disana bisa dilihat okaa-sannya Hina menangis tersedu-sedu dipelukan eommanya Jaemin, otou-sannya yang sedang terkulai lemas yang ditenangkan appa jaemin, Yuta yang melamun, para sahabat Hina yang frustasi, Haeun yang menangis dipelukan Jaemin, dan Jaemin yang menatap ruangan Hina dengan tatapan kosong. Keadaan mereka semua kacau balau. Beberapa jam kemudian dokter yang menanganinya keluar. Melihat itu otou-sannya Hina langsung bangkit dan mendatangi dokter tersebut.

"bagaimana? Putriku selamat bukan?"- shouto tak terkendali. Dokter yang menangani Hina hanya diam seribu bahasa.

"hei! Kenapa kau diam saja? Ayo jawab aku?"- shouto mengguncang badan dokter itu. Melihat shouto yang tak terkendali Hyukjae menenangkan shouto.

"maaf, Shouto daepyo-nim. Kami sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi putrimu-------------". Mendengar itu okaa-sannya Hina pingsan karena tidak siap dengan jawabannya, Koeun menangis terduduk, Jeno menangis dalam diam, sahabat Hina yang lain shock, Yuta linglung, Haeun makin menangis kencang, dan Jaemin yang tersandar ditembok. Mereka semua seperti raga yang sudah tidak memiliki jiwa didalamnya.









Untuk para readers-nim yang sudah memberikan vote selama ini, author mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Author senang sekali cerita yang author buat bisa di apresiasi oleh readers-nim. Untuk para silent reader author tetap mengucapkan terima kasih karena sudah mau membaca cerita yang author buat.



Vomment juseyooo :3

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang