Chapter 58

187 28 5
                                    

Hina POV

"Hina-ssi? Kau sudah nunggu lama ya? Maaf aku agak telat"- orang yang datang itu.

Aku pun tersenyum ramah meyambutnya.

"tidak apa, aku juga bertemu dengan seseorang dulu-------------

.

.

.

.

.

.

Arin-ssi"

"ternyata dugaanku selama ini benar ya. Ternyata yang menerorku benar kau. Padahal aku sudah berusaha tidak suudzon. Dan juga aku tak tau kau tidak bisa membedakan yang mana tong sampah dan yang mana loker siswa. Oiya, kau itu jurusan Bahasa kan? Pasti tau dong cara menulis surat yang baik dan benar? Masa surat dikasih keorang konsepnya macam cover film horror."

Kenapa aku berkata seperti itu? Karena sebelum aku mendapat pesan dari Haechan, penerorku selama ini terlebih dulu mengirimiku pesan untuk bertemu disini sepulang sekolah. Aku sih iya-iya saja karena aku juga mau memastikan siapa yang menerorku dan apa alasannya. Tapi siapa sangka orang yang kucurigai dari dulu ternyata benar adanya.

"wahhhh, Hina-ssi. Padahal tidak apa kau suudzon denganku, toh benar adanya. Oiya, maaf soal lokermu. Lokermu penampakannya mirip tong sampah sih makanya kubuang kesitu. Kalau soal surat, maaf aku tidak tau konsep yang cocok untukmu. Kupikir konsep setan cocok untukmu soalnya kau mirip setan sih"- Arin terkekeh seraya merendahkanku.

Oke, aku masih bisa sabar. Ingat Hina, dia orang bukan syaiton yang minta dimusnahkan dari bumi kita yang indah ini. Ingat, bukan syaiton. Bukan syaiton. BUKAN SYAITON KOK KELAKUANNYA MELEBIHI.

"Arin-ssi, hari ini aku cukup lelah. Bisakah kau tidak berbasa-basi? Aku ingin cepat pulang. Jadi, kenapa kau ingin bertemu denganku? Kau ingin melakukan yang lebih mengerikan dari pada teroran konyolmu padaku? Silahkan saja. Tapi aku ingin tau, apa alasanmu melakukan ini padaku? Jika alasannya memang masuk akal aku akan minta maaf dan memberimu kesempatan untuk memberi hukuman yang setimpal, jika tidak maka kau yang minta maaf". Jujur saja aku memang lelah hari ini. Ditambah menghadapi makhluk tijel macam dia, rasanya mau rebahan jadinya.

"Woahhhh, Hina-ssi. Aku kagum dengan keberanianmu mengatakan itu padaku. Kuakui kau orang yang hebat. Selama ini aku terus menerormu dari yang biasa-biasa saja sampai yang mengerikan tapi kau terlihat sama sekali tidak terganggu. "

"Astaga, Arin-ssi. Tidak perlu memujiku sampai seperti itu. Tapi aku rasa kau memintaku untuk menemuimu disini bukan hanya sekedar memberi pujian. Bisa kau jelaskan tujuanmu? Aku tidak berbohong tentang aku lelah hari ini."

Bisa kulihat wajah Arin tengah menahan kesal karenaku.
"oke, aku tidak mau basa-basi lagi. Aku ingin bertemu denganmu secara langsung karena aku ingin memberi peringatan terakhir. Tolong jauhi Jaemin. Aku tidak suka melihat kau dekat dengannya. Berhenti menggodanya"

Aku memiringkan kepalaku dan bersedekap, lalu tersenyum remeh memandangnya.
"Arin-ssi, aku tidak tau kau habis mimpi apa atau kau habis melihat apa. Tapi, jika kau punya masalah dengan Jaemin atau kau cemburu buta dengannya sebaiknya kau cari mangsa yang pas. Apa yang kau lihat dariku? Dilihat darimanapun aku tidak dekat dengan Jaemin. Atau kau ini merasa terancam dengan kehadiranku?". Arin langsung berwajah masam.

"Dengar, aku dan Jaemin sudah dipastikan akan membatalkan pertunangan. Kau tenang saja. Kau adalah satu-satunya perempuan dihatinya setelah ibunya tentu saja. Jadi tolong hentikan cemburu butamu itu."- Aku masih berusaha tenang menghadapi Arin.

"cemburu buta katamu? terus yang kulihat ditempat piknik, dikedai jajangmeyon, dan Jaemin membentakku hanya karena meninggalkanmu sendirian diacara penting itu cemburu buta katamu?!"- dia meninggikan suaranya padaku.

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang