Chapter 77

207 33 14
                                    

Mark POV

Pada akhirnya aku izin pada pelatih untuk tidak mengikuti latihan untuk mendatangi William dirumahnya mengingat ini sudah jam pulang sekolah. Tak lupa aku membawa semangka sebagai buah tangan.

Aku menekan bel rumah Koeun. Lalu pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita cantik dengan tatapan tajam.
"anda siapa?"

Aku kaget melihat orang asing dirumah Koeun. Aku melihat kesekitarku. Benar kok ini rumah Koeun.
"Eumm... anu.... saya mencari Koeun. Ini benar rumahnya... iyakan?"- aku menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal.

"iya, ini benar rumahnya. Ada apa mencari Koeun?"- ujar wanita itu dengan lugas. Jujur saja aku jadi sedikit takut karena dia menatapku tajam.

"saya ingin menemui William. Apa dia ada?"

"dia ada. Tapi sedang sakit"- wanita itu.

Aku membulatkan mataku mendengar William sakit.
"William sakit?! Dia sakit apa? Apa parah?"

"demam. Aku tidak tau parah atau tidaknya, tapi dia sempat pingsan disekolah"- wanita itu.

"astagaa..... sampai pingsan ternyata. Eumm... boleh saya menjenguknya?"

Wanita itu diam menatapku datar. Sangat datar. Aku jadi sedikit gugup karena tatapannya.

.

.

.

.

.

"boleh. Silahkan masuk."- akhirnya wanita itu mengizinkanku masuk. 

Aku masuk setelah wanita itu masuk. Saat sudah ada didalam rumahnya, dia berbalik menatapku. Aku jadi otomatis berhenti tiba-tiba dan menatapnya tegang.

"naik kelantai dua, masuk kekamar yang pintunya terbuka. Disitu William tidur. Diharap kau tidak mengganggu tidurnya. Ah, Koeun sedang tidak ada. Dia dipanggil keklinik"- wanita itu kembali meneruskan jalannya.

"tunggu!"- dia kembali berbalik dengan pandangan bertanya padaku.
"ini saya membawakan semangka sebagai buah tangan"- aku menyodorkan semangka yang dari tadi kugendong pada wanita tadi.

Dengan sekilas aku mendengar dia bergumam.
"lah? buah tangan toh. Sesuatu sekali"

"Terima kasih atas buah tangannya. Kalau begitu saya kedapur dulu"- wanita tadi beranjak dari hadapanku dengan semangka yang kuberikan dalam gendongannya.


Setelah dia tidak terlihat dari pandanganku, aku naik kelantai dua dan memasuki kamar yang terbuka seperti kata wanita tadi. Dari ambang pintu aku dapat melihat William yang terbaring lemah diatas kasurnya. Hatiku sedikit tercubit melihatnya seperti itu.

 Aku mendekatinya perlahan tanpa mengeluarkan suara. Dengan perlahan pula aku duduk ditepian kasur yang ditiduri William. 
Dengan lembut aku membelai wajahnya dan dapat kurasakan suhu tubuhnya lumayan panas. Wajahnya terlihat pucat. 

Tanpa diduga, William membuka matanya perlahan dan menatapku.
"p-père?"

"hm? Apa père mengganggu tidurmu?". Dia menggeleng lemah.

"père"- panggilnya lagi.

"ada apa, Will? Apa kau butuh sesuatu?". Dia menggeleng lagi.

"terus, kenapa? Katakan pada père"

"kepala Will sakit..... Pusing juga......"- lirih William. Aku menatapnya sendu.

"Apa Will sudah minum obat?". Dia mengangguk.

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang