Chapter 63

232 30 22
                                    

Tak terasa, murid tingkat akhir sudah harus berhadapan dengan berbagai ujian. 

Sebelum masuk kemasa-masa ujian, Jaemin merenungkan perasaannya dan menyadari dia sudah jatuh pada pesona Hina. Dia selalu menggunakan berbagai cara untuk mendekati Hina kembali. Tapi tidak ada yang berhasil. Dia bahkan meminta bantuan orangtuanya untuk membujuk Hina, tapi gagal. Hina sudah bulat dengan keputusannya. Dia benar-benar menghindari Jaemin. Semua panggilan, pesan, surat, bahkan kehadiran Jaemin ditolak mentah-mentah olehnya. Sekeras apapun usaha Jaemin tetap tak bisa menghancurkan dinding kokoh Hina.

Lain dengan Hina, lain juga dengan Koeun. Dia sudah bertemu dengan Mark untuk membicarakan kelanjutan hubungan mereka. Kejadiannya seperti ini...........

Flashback (Koeun POV)

3 hari lagi aku memasuki masa ujian, aku berencana menghubungi Mark untuk memperjelas hubungan kami. Sebelumnya, setelah perbuatan kami 'malam itu', dia sama sekali tidak menghubungiku. Dia menjauhiku, aku pun mengerti bahwa Mark sudah membuat keputusan.

Tepat sebelum aku menghubungi Mark, dia ternyata menghubungiku duluan. Ini adalah telpon pertamanya sejak 'malam itu'

"Eun, aku ingin kita bertemu di Sum Cafe jam 3 sore ini. Ada yang ingin kubicarakan"- Mark.

"Kebetulan sekali, Mark. Aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu."

"baiklah, kalau begitu sampai jumpa nanti"- Mark mengakhiri telpon secara sepihak. Aku memandang sendu layar ponselku.

"Sum Cafe ya....................... aku jadi teringat pertemuan kami"- aku terkekeh saat mengingat sejarah Sum cafe.

Rencananya aku ingin memberitahu Mark tentang bayi ini. Aku sudah memantapkan diri untuk memberitahunya. Jeno benar, Mark brhak tau mengenai bayi ini. Tapi aku hanya berniat memberitahunya, tidak berniat untuk meminta pertanggung jawabannya. Karena keputusanku sudah bulat, aku akan membesarkan anak ini seorang diri.

Time skip:
Sekarang aku sudah sampai di Sum cafe, aku menunggu kehadiran Mark. Entah kenapa aku merasa sangat gugup sekarang. Tak lama kemudian, datanglah Mark. Dia menyadari kehadiranku dan menghampiriku.

"kau mau pesan apa, Mark? Ah, maaf aku pesan duluan. Aku haus tadi"

"tidak perlu memesan, aku hanya akan mengatakan sesuatu padamu. Tidak lebih"- Mark.

Setelah itu kami kembali terdiam. Aku menunggu Mark bicara, tapi dia malah terdiam.

"Eun/Mark"- kami bersamaan.

"Kau dulu, Mark/Eun"- lagi.

Kami terdiam dan saling bertatapan.

"Kau dulu, Mark. Aku akan mendengarkan"
Akhirnya aku menyuruh Mark untuk duluan.

"eummmmm, begini Eun. Sebelum aku mengatakan tujuanku, aku ingin bertanya satu hal padamu dan kuharap kau menjawabnya dengan jujur"- Mark.

"tanyakan saja, Mark"

"Sekitar 1 bulan yang lalu.............. apa kita pernah melakukan 'sesuatu' yang terlarang untuk pasangan diluar nikah?"- Mark bertanya dengan serius padaku.

DEGGGG

Aku langsung merasa lemas saat itu juga. Bukannya apa, hatiku mencelos saat tau dia bahkan tidak tau dia melakukan 'itu' padaku. Itu berarti dia benar-benar tidak sadar saat melakukannya. Dia tidak menganggap malam itu ada. Aku sangat kecewa dengannya.

"apa maksudmu, Mark? Aku tidak mengerti. Sesuatu yang terlarang? Untuk pasangan diluar nikah? Sex maksudmu?"

"ishhhh, kau ini! aku sudah berusaha untuk tidak menyebutkannya secara frontal, tapi malah kau yang frontal"- kesal Mark padaku.

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang