Chapter 54

148 27 9
                                    

Hina POV

Aku datang agak terlambat hari ini. Setelah menaruh tas, aku baru ingat kalau aku belum memeriksa perlengkapan menggambarku dalam loker. Hari ini ada pelajaran Seulgi-ssaem otomatis praktek menggambar. Karena takut ada perlengkapan yang kurang hari ini, aku ingin memeriksanya terlebih dahulu sekalian menaruh beberapa perlengkapan gambar yang kubawa dari rumah kedalam loker. 

Aku sudah tiba didepan loker milikku. Dan saat dibuka........

.

.

.

.

.

Bruk... srek..... takk......

.

.

.

Berbagai macam sampah keluar dari lokerku. Aku sudah tidak kaget lagi karena aku sudah menerima hal yang semacam ini sejak beberapa minggu yang lalu. Untung saja sampah yang dimasukkan bukan sampah basah, jadinya aku fine-fine saja membuangnya. Aku tidak peduli siapa dan apa motif orang berbuat seperti ini padaku. Yang terpenting dia tidak kelewatan denganku. Itu sudah cukup.

Setelah memungut sampah yang jatuh, aku menyerok(?) sisa sampah yang tersisa dilokerku menggunakan tangan. Dan bodohnya aku, aku tidak memeriksa apa-apa saja yang ada disana termasuk silet baru yang sengaja ditaruh disana. Dan tentu saja tanganku luka karenanya. Aku berusaha tidak memperdulikan rasa sakit dan darah yang keluar dari lukaku. Aku membuang sampah yang ada ditanganku dan menaruh barang yang ingin kutaruh. Sebenarnya masih ada sampah dan beberapa 'barang' lain yang tersisa diloker, tapi karena sudah hampir bel jadi nanti saja membereskannya.

Aku pun kembali masuk kedalam kelas. Sejak aku datang, sampai aku masuk kelas lagi Koeun masih dalam posisi yang sama. Duduk dengan wajah tenggelam diantara tangannya diatas meja. Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi aku tau Koeun dalam keadaan sedih. 

"Koeun-ah, apa terjadi sesuatu? Cerita boleh dong. Siapa tau aku bisa bantu"- aku berusaha membujuk Koeun supaya bangkit dari posisinya. Namun, usahaku tidak berhasil karena dia tetap mempertahankan posisinya, tapi dia merogoh sesuatu dari dalam sakunya dan memberikannya padaku. Ponselnya.

"dengarkan voice note yang dikirim Haechan dengan baik"- Koeun memberikan ponselnya dalam posisi yang sama seperti tadi. Bisa kulihat dari sela-sela yang terbuka, mata Koeun agak bengkak. Terakhir kali aku melihat Koeun dalam kondisi seperti ini saat hari-hari dimana Orangtuanya bercerai, sebelum dan setelahnya. Koeun benar-benar jadi pemurung saat itu. Aku penasaran apa yang sebenarnya terjadi sampai Koeun seperti ini lagi. 

Aku menerima ponsel yang disodorkan Koeun dan mendengarkan voice note yang dikirim Haechan padanya. Aku langsung terbelalak saat mendengarnya. Aku kenal betul suara itu, itu suara Mark. Dan isi dari voice note itulah yang membuatku kaget, kecewa, marah, prihatin, dan sedih bercampur jadi satu. Aku tak habis pikir dengan penjelasan mark yang direkam oleh Haechan. 

Aku tidak bisa membayangkan jika kau ada diposisi Koeun. Aku mulai berpikir kalau mark itu serakah. Padahal dulu aku tau betul bahwa Koeun hanya menyatakan perasaannya tanpa ada niat untuk menjadikan Mark sebagai kekasih. Bukankah Mark juga yang meminta Koeun untuk menjadi kekasihnya dengan embel-embel membantu menghapus nama Mina dari hatinya. Dan apa ternyata kenyataannya? Hilih tai emang.

"Koeun-ah, astagaaaaaa. Aku tidak menyangka pacarmu itu bangs*t sekali. Wahhhh, daebak. Anj**g emang ya. Astaga, astaga, astaga, ba*i*gan. The real definition of akhlakless. Astagaaaaaaaa ini orang pas pembagian adab dan akhlak kemana sih? molor ya? atau enggak malah ga kebagian? oh! bisa jadi dia memang ga pantas mendapatkannya. Woahhhhh betapa br**gs*knya dia"

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang