Chapter 70

247 38 9
                                    

Koeun POV

Aku sedang menikmati teh hangatku dibalkon kamar. Aku lebih memilih kegiatan seperti ini untuk mengisi malamku. Sudah terhitung 2 minggu lebih aku berada disini. Dan entah karena disengaja atau memang takdir, AKU BELUM KETEMU DENGAN MARK. YEAYYYYYY.

Selama 2 minggu ini juga kami menjalani hari dengan baik dan tenang. Klinik berkembang cukup pesat disini. William juga sudah mulai sekolah diTK umum disini sejak seminggu yang lalu. Hina juga oke, dia mendapat pasien yang lumayan banyak. Semuanya terasa tenang, sampai-sampai aku takut jika ada yang merusak ketenangan ini. Aku takut ketenangan ini akan berlangsung sementara saja dan nantinya harus mulai 'berperang'.

Saat sedang menikmati pemikiranku, ada seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku yakin itu William. Ya kalo bukan William siapa lagi?

"Masuk saja, will!"- teriakku. Aku membalikkan tubuhku dan memandang pintu kamarku yang terbuka. Disana terlihat William dengan wajah yang terlihat murung? Aku samar-samar menangkap ekspresi itu dari wajahnya.

"ada apa, will?"

"will diberi PR oleh guru will, tapi ada beberapa kata yang tidak will paham."- Will mendatangiku dengan buku dan pensil ditangannya. Aku masih terpaku dengan ekspresinya, biasanya jika William kesusahan dengan tugasnya dia tidak akan murung seperti itu.

"Willy, is everything ok? Apa ada yang mengganggumu?"

William menggeleng dan tersenyum.
"everything is ok, mom. Kenapa mom bertanya?"- William menampilkan senyumnya padaku. Walaupun begitu, diwajahnya masih tersirat kemurungan dan aku tau itu.

"kau terlihat murung, will. Willy, kau bisa cerita dengan mom jika ada masalah"

"Mom, tenang saja. Tidak ada masalah kok. Will hanya sedih karena bahasa Korea will masih kaku"- William. Sebenarnya aku tau william sedang berbohong sekarang, hanya saja aku diam karena aku mau menunggu dia sendiri yang bercerita. Aku tidak ingin memaksanya.

"ooooo begitu ya. Baiklah, mana sini PR Liam"

"ini mom"- William menyerahkan bukunya padaku. Aku melihat tugasnya lalu menjelaskan pada William. Setelah dijelaskan William langsung paham dan mulai mengerjakan. Dia tampak serius mengerjakan tugasnya. Tanganku terangkat untuk mengelus pucuk kepala William.

"Will, bahasa Korea-mu kan masih kaku. Apa Will dapat teman disekolah? Apa mereka baik?"

Will terdiam dan terhenti dari acara menulisnya.
"tentu, mom. Will dapat teman. Dan Mommy benar, orang Korea banyak yang baik. Mereka baik dengan Will"- William. Dan ya, aku menangkap sinyal kebohongan dari wajah Will. Hanya dengan itu aku sudah mengerti sebagian besar penyebab murungnya Liam.

"Mom, bolehkah Liam hari ini tidur dengan mom? Liam rindu tidur dengan mom"- William. 

"Tentu boleh, Will. Mommy juga rindu tidur dengan Will. Kalau begitu cepat selesaikan tugasnya supaya bisa cepat tidur"

"Oh! Mommy punya ide. Bagaimana kalau akhir pekan ini kita jalan-jalan ke tempat bermain? Semenjak kita pindah seingat mommy kita belum pernah jalan-jalan"

William langsung memandangku bahagia.
"Bisakah?! Yeayyyyyyy, akhirnya jalan-jalan"- William bersorak bahagi. Namun tiba-tiba William berhenti bersorak, aku bingung.

"Eummmmm, bisakah kita jalan-jalan berdua saja? William mau menghabiskan waktu dengan Mommy"- William.

"Tentu saja bisa, Will. Kalau begitu sudah dipastikan akhir pekan ini kita jalan-jalan! yeayyyy!"

Malam itu kami habiskan dengan penuh canda tawa sampai ekspresi murung yang kulihat diwajah Liam sirna seketika. Aku begitu bahagia melihat dia bisa tersenyum. Sangat bahagia sampai-sampai rasanya ingin kulenyapkan saja orang yang ingin menghapus senyum diwajah Liam. Awas saja kalau ketemu sama orang yang membuat William murung. Tak sepak sampai udzung dunya nanti.

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang