Chapter 13

184 26 0
                                    

Hina POV

----- Jadi seperti itu lah. Kami memang bertunangan, tapi.... ya seperti itu lah. Walaupun bertunangan, tapi sebelumnya kami hampir tidak pernah berbicara secara pribadi. Dia baik kepadaku jika didepan orang tua kami saja"

Koeun terdiam sebentar, "Hina-chan, jujur padaku. Kamu punya perasaan terhadap Jaemin kan?"- sambil menatapku serius.

"e-e-eh, kenapa kau berpikir seperti itu?"- jawabku gugup.

"Jawab saja pertanyaanku ini dengan jujur!"- koeun tambah serius.

Aku terdiam beberapa saat sambil melihat kearah lain, lalu kembali menatap Koeun dan menghela nafas.

"Iya, aku punya perasaan kepada Jaemin. Tapi aku tidak ingin dia tau. Lagipula dia sudah punya pacar, aku tidak ingin mengganggu hubungan mereka. Dan entah kenapa aku yakin, pertunangan kami berujung batal nantinya. Karena pertunangan akan berlanjut jika memang kedua belah pihak sama-sama punya perasaan. Entah aku atau Jaemin yang nantinya membatalkan pertunangan ini"- jawabku sambil menahan sakit hati.

"Hina-chan, memangnya Jaemin masih punya hubungan dengan pacarnya itu? Apa kau kenal dengan pacarnya?"- koeun penasaran.

"Beberapa hari yang lalu keluarga kami kembali bertemu untuk merayakan hari jadi pernikahan orang tua jaemin. Di hari itu, ditengah acara makan itu aku melihat Jaemin ditelpon, lalu Jaemin undur diri untuk mengangkatnya. Beberapa saat kemudian aku disuruh okaa-san untuk mengambilkan air didapur mereka, ternyata jaemin juga ada disana, dia menelpon orang itu dengan mesra, dia melihatku juga tapi hanya diabaikan, aku juga pura-pura tidak peduli dan langsung pergi dari situ saat selesai mengambil minum. Dan saat acara sudah selesai, aku membantu oba-san dan okaa-san membereskan meja, disitu ada tergeletak HP Jaemin. Aku berinisiatif memindahkan HPnya karena meja ingin dibereskan. Saat ingin memindahkannya, ada pesan dari seseorang masuk. Dan disitu tertulis nama seseorang dengan emot love. Dan kau tau? Siapa itu? Dia-----------
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

------- Choi Arin--------" Koeun terlihat sangat terkejut saat mendengar nama pacar Jaemin.

"Pada awalnya aku merasa tidak asing dengan nama itu. Dan pada saat aku dan Ci Yiyang dipanggil mengenai pembullyan disekolah kita, aku baru sadar. Choi Arin. Dia salah satu pembully Jungyeon eonni"

Setelah aku menceritakan semua itu, kami berdua sama-sama terdiam. Tidak tau apa yang harus dikatakan. Sampai bel masuk kami masih juga terdiam. Kurasa Koeun masih ingin mencerna ceritaku.

Jaemin POV

------ seperti itulah kejadiannya. Puas kan?"

"Jaemin"- Jeno tiba-tiba memanggilku serius.

"apa"- jawabku singkat.

"Jika kau bertunangan dengan Hina, terus bagaimana dengan Arin? Apa Arin tau kau bertunangan?"- tanyanya serius.

"Tentu saja aku memilih Arin. Itulah sebabnya aku mengajukan syarat saat itu. Aku yakin pertunangan ini akan berujung batal. Aku cuman memberitahu Arin bahwa aku dijodohkan, tapi aku tidak aku beritahu siapa yang dijodohkan denganku"- jawabku yakin.

"Terus kenapa kau malah bersikap dingin dengan Hina?"- kini giliran mark bertanya.

"Aku tidak tau. Aku hanya belum bisa menerima dia dalam hidupku. Jika aku bersikap ramah dengannya malah seperti memberi harapan untuknya. Akan merepotkan jika ternyata dia punya perasaan padaku". Setelah aku mengatakan itu, ada yang membuka pintu atap.

"Eh, ternyata ada kalian diatap. Tumben istirahat kalian ada diatap. Biasanya dikantin"- kata orang itu.

"Kau juga ngapain diatap?"- jawabku.

"Aku memang setiap hari kesini"- jawabnya.

"Eh, ada Jeno. Jeno-ya, tadi pagi aku bertemu temanmu di bus"- orang itu bicara pada Jeno.

"Temanku? Temanku yang mana?"- bingung Jeno.

"coba kuingat---- namanya tadi siapa ya"- orang itu berpikir.

"dia itu temanmu yang ada pas kejadian mark dipeluk yeoja asing. Na---- Na--- apa ya?"- orang itu masih mengingat-ingat. Jeno juga ikut bingung.

"Nakamura Hina?"- tebakku.

"Bingo!! Itu dia!!" tebakkanku ternyata benar.

"Hina? Bagaimana bisa kau bertemu dengannya"- jeno penasaran. Orang itu pun menceritakan kejadian dia bertemu dengan Hina.

"Wahh!! Terima kasih sudah membantunya ya. Saldomu, mau aku saja yang ganti?"- tawar Jeno.

"Oh! Tidak usah Jeno-ya. Hina bilang besok dia akan mengganti saldoku. Hitung-hitung ada teman pas di bus kan lumayan"- tolak orang itu.

"Yasudah kalau gitu. Tolong bantu Hina ya kalo dia kesulitan."- pinta jeno.

"Tenang saja Jeno-ya. Tidak mungkin kan kubiarkan yeoja manis kesusahan"- candanya.

'Heh! Manis katanya' batinku.

Dong... Deng... Dong... Deng...

Bel masuk berbunyi.

"Bel sudah berbunyi. Aku duluan ya"- kata orang itu.
"Tunggu, aku mau kekelas juga"- mark menghampiri orang itu. Saat aku ingin menyusul mereka, Jeno tiba-tiba menahanku.

"Jaemin"- jeno terlihat lebih serius dari yang tadi.

"Wae? Cepat bel sudah bunyi"

"Kau boleh saja bersikap dingin dengan Hina. Tapi jika ternyata kau membuatnya menangis, aku tidak akan segan menghajarmu habis-habisan"- mendengar jeno seperti itu rasanya membuatku ngeri. Secara jeno itu orang yang rajin nge-gym dan olahraga tinju, bisa-bisa langsung terbaring dirumah sakit jika aku dihajar olehnya. Setelah mengatakan itu dia langsung berjalan kearah pintu atap dan meninggalkanku sendirian diatap.

'lagipula buat apa membuatnya menangis, toh dia juga tidak punya perasaan padaku' pikirku.

















Maaf ya chapter ini pendek. Author gak tau lagi apa yang mau ditulis dichapter ini. Semoga readers-nim tetap suka ya.

Vomment Juseyooo :3

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang