Chapter 66

239 34 13
                                    

Jaemin POV

Sepulang dari tempat Jeno, aku mampir kesuatu tempat terlebih dahulu. Sebuah taman. Taman ini bukanlah taman biasa. Taman ini adalah taman temapat aku dan neko biasa bermain dahulu.

Taman ini terletak dikawasan rumah kami dan dekat dengan TK kami dulu. Kami sering main petak umpet disini. Main kejar-kejaran, dan tak jarang juga main pasir sampai kami dimarahi saat pulang karena pulang dalam keadaan luar biasa kotor.

Entah karena terlalu menghayati pemandangan taman ini atau karena aku terlalu rindu dengan Hina, rasanya aku bisa melihat gambaran kami bermain disini.

"----9, 10. Neko! Kau mungkin merasa sudah bersembunyi dengan baik, tapi nana yakin tidak sampai 5 menit nana bisa menemukan neko!"- nana sambil mengedarkan pandangannya diarea taman.

Sedangkan disuatu tempat yang masih diarea taman, neko menutup mulutnya sambil cekikikan.
"nana pasti tak akan menemukanku kali ini. kekeke~~~"- neko.

Namun setelah dia bicara seperti itu, nana menemukannya dan mengejutkannya.
"ketemu kau!!!"- nana memeluknya dan membuat neko terkejut. Selain memeluk, nana mulai jahil. Dia mulai menggelitiki neko, neko tentunya tidak ingin kalah. Dia melawan menggelitiki nana. Dan entah apa yang terjadi, mereka sekarang malah main kejar-kejaran.

Mereka saling mengejar sambil tertawa bebas, sampai akhirnya neko tidak sengaja jatuh. Dan itu tentunya membuat nana panik bukan kepalang. Dan untungnya, neko tidak menangis sampai kejer. Dia hanya berkaca-kaca sambil meringis kesakitan dibagian lututnya. Lututnya berdarah lumayan banyak.

"neko!! kau tak apa?!"- nana.

"huhu..... nana...... lutut neko sakit... huuuu"- neko. Nana menyamakan posisinya dengan neko, dia meniup lutut neko yang berdarah.

"fyuhhh~~ fyuhhh~~ sakit, sakit, hilanglah!!"- nana bergerak seolah 'membuang' sakit yang dirasakan neko.

"nana...... apa yang kau lakukan? hahaha... nana lucu sekali"- neko malah terkikik melihat 'aksi' nana yang ajaib.

"itu tadi mantra nana untuk mengusir rasa sakit. Sekarang bagaimana? sakitnya hilangkan?"- nana tersenyum manis pada neko. Neko jadi ikut tersenyum pada nana lalu mengangguk semangat.

"iya! sakitnya hilang! nana hebat!"- neko.

"kalau begitu, neko bisa jalan tidak?"- nana.

"eummmmm, sepertinya belum bisa. Neko takut menggerakkan kaki neko"- neko menatap lututnya sedih. Setelah itu nana berjongkok mebelakangi neko.

"neko! naik kepunggung nana! nana mau gendong neko!"- nana.

"eh? apa bisa? neko kan berat. Nanti nana jatuh gimana?"- neko menatap nana khawatir. nana malah menggeleng.

"tidak. Nana tidak bakal jatuh. Nana kuat kok. Ayo naik, kita pulang!"- nana. Awalnya neko ragu, namun neko melihat wajah nana yang meyakinkan neko jadi percaya. Nana dan neko pun pulang dengan nana menggendong neko dibelakangnya.

Saat dijalan neko bicara pada nana.
"nana, bagaimana bisa nana menemukan neko cepat sekali tadi? Padahal neko sudha sembunyi baik-baik"- neko.

"hehe~~ nana kan kenal neko. Jadi nana tau neko bakal sembunyi dimana. Hebatkan?"- nana.

"wahhh, nana hebat. Neko semakin suka sama nana!!"- neko mengeratkan rengkuhan tangannya dileher nana.

"nana juga suka sama neko!! Dan nana akan selalu menyukai neko sampai kapanpun. Janji!!"- nana berjanji pada neko.

"kalau begitu neko juga!!"- neko menanggapi dengan semangat. Setelah itu mereka berjalan sampai kerumah dengan ceria walau yang satu luka yang satu ngegendong, tapi tetep semangat 45. Biasa, bocil.

Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang