Chapter 30

184 25 0
                                    

Hina POV
Setelah aku selesai sekolah online ku, aku melihat barang-barang yang kuminta semalam dengan okaa-san. Okaa-san membawakan 1 paper bag berukuran sedang. Beliau memberikannya saat 5 menit sebelum bel istirahat makan siang berakhir, jadi aku tidak sempat membukanya.

"okaa-san hanya membawakan beberapa. Sisanya sudah kaa-san letakkan dikamarmu. Pemberian terakhir nana juga ada didalam situ"- kata beliau tadi.

Dalam paper bag itu berisi cukup banyak benda. Namun ada beberapa yang menarik perhatianku.
Sebuah kotak kalung dan buku dongeng penyihir.
Aku mengambil buku dongeng penyihir terlebih dahulu.

"nana! Kita akan bermain apa hari ini?"
"emmmmm, aku juga bingung neko"- nana terlihat seperti orang yang berpikir. Neko mengelilingi kamar nana dan terpaku oleh sebuah buku.
"nana, buku ini ceritanya tentang apa?"
"tentang puteri kerajaan dan penyihir. Apa neko mau membacanya?" neko menangguk antusias.
"kalau begitu hari ini kita membaca dongeng ini saja. Nana yang membacakannya" neko lagi-lagi mengangguk antusias. Nana mengambil buku dongeng itu dari genggaman neko.
"pada suatu hari-------

--------tamat"- nana selesai membaca dongengnya.
"waahhhh, ceritanya seru sekali!! Neko suka!"
"nana setuju! Nana juga suka dengan dongeng ini! terutama karakter pangerannya, dia keren sekali. Dia berani mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan sang puteri. Nana mau deh seperti pangeran! Kalau neko suka karakter siapa?"
"neko suka penyihir. penyihir keren bisa terbang dengan sapu. mereka juga bisa membuat ramuan ajaib. suatu hari nanti neko ingin naik sapu terbang juga!"
"neko, penyihirkan jahat. Dia menyerang istana dan membuat sang puteri terkutuk. Kenapa malah jadi keren?"
"menurut neko, tidak ada orang yang benar-benar jahat. Mungkin saja mereka kesepian jadi berbuat jahat untuk mencari perhatian. Dalam dongeng itu juga setelah istana kembali stabil, tidak ada yang memperhatikan si penyihir. Padahal menurut neko, si penyihir bisa saja menjadi baik jika diperlakukan dengan semestinya. Pokonya penyihir keren!"- neko dengan mata yang berbinar.
"terserah neko saja deh. Yang penting neko senang"
"nanti neko mau jadi penyihir baik! Nanti neko bakal punya sapu terbang juga! nana juga harus ikut pas neko naik sapu terbang nanti! Pokoknya harus! Janji ya?"- neko mengluarkan jari kelingkingnya.
"baiklah, nanti kalau neko sudah punya sapu terbang kita terbang bersama!"
Kedua anak itu menyatukan kelingking mereka.
"nana, boleh tidak neko baca dongeng itu sekali lagi? Rasanya tidak puas kalau tidak baca sendiri"
"tentu saja boleh!"
"yaeyyyyyyyy"
Neko baru saja membuka buku dongeng itu tapi pintu kamar nana sudah diketuk oleh seseorang.
"neko, dibawah ada okaa-sanmu menjemput. Disuruh pulang"
"yahhhhh, padahalkan neko masih mau baca buku ini"
Nana menatap neko iba.
"emmmm, buku itu nana beri untuk neko saja. Biar neko bisa membacanya terus menerus."
"benarkah boleh buat neko?" nana mengangguk.
"yeayyyyyy, neko bisa baca buku penyihir sepuasnya----"

"----tapi nanti kalau nana mau baca gimana?"
"tidak usah khawatir. Nana sudah berkali-kali membaca buku itu. Nana sudah puas"
"terima kasih nana! Neko sayang nana!" neko memeluk nana.

Saat aku melihat-lihat buku dongeng itu, ingatan itu muncul. Tanpa disadari aku tersenyum lebar.

"jadi begitu ya sejarah janji sapu terbang."- monologku sambil terkekeh.

Setelah selesai dengan buku dongeng, aku mengambil kotak kalung dan membukanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Coincidence & The Regret (markoeun + jaeminhina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang