"Kita perlu kecewa untuk tau bahagia."
Happy Reading❤❤
Gibran dan Diviana sedang berdiri di pembatas gedung pencakar langit. Gibran lalu merangkul bahu Diviana dengan mesra. Diviana menoleh ke arah Gibran ia lalu tersenyum kecil.
Hamparan pemandangan lampu kerlap kerlip Ibu Kota berhasil memanjakan mata mereka. Gibran lalu mencium kening Diviana dengan lembut membuat Diviana tersipu malu.
"Terima kasih banyak Tuhan sudah mempertemukan aku dengan dia!" batin Diviana.
Gibran membalikan tubuh Diviana agar menghadap sejajar ke arah dirinya, lagi-lagi ia tersenyum manis membuat Diviana malu-malu membalas tatapan dari Gibran. Gibran mengelus pipi Diviana dengan lembut ia mulai menyelinapkan rambut kecil-kecil yang berterbangan akibat semilir angin malam. Kini gelapnya langit malam hari semakin menjadi terang akibat bintang-bintang yang bersinar menghiasi gelapnya langit berwarna hitam itu.
"I love you!" ucap Gibran lalu memberikan Diviana bentuk love dari jemarinya.
"I love you to!" balas Diviana memeluk erat tubuh Gibran.
"Jangan pernah pergi dari hidup gua!" ucap Gibran mencium lembut pucuk kepala Diviana.
"Gua gak bisa janji."
"Kenapa kok begitu?" tanya Gibran menangkup pipi Diviana.
Namun mata Gibran melotot sempurna saat melihat ada darah segar mengalir dari hidung Diviana. Sedangkan Diviana cewek itu masih saja belum tersadar Gibran lalu menghapus darah itu yang ingin mengalir sedikit lagi turun ke bibir Diviana membuat Diviana tersentak kaget.
"Ini darah apa, lo kok gua perhatiin suka banget sih mimisan!" ucap Gibran menunjukan bekas darah yang berada di jempol tangannya.
"Hah hmm itu mungkin karena kecapekan doang, udah yuk pulang gua lelah banget tau."
"Kok ada yang aneh ya sama Zetta, firasat gua nunjukkin kalo dia lagi bohong sama gua," batin Gibran.
"Deo ayo pulang malah diam aja disitu anjir!"
"Eh—iya maaf-maaf gua lupa, lagian lo sih buru-buru aja najis!"
Mereka berdua lalu masuk ke dalam lift untuk menuju lantai bawah gedung pencakar langit. Sesampainya di lantai bawah mereka berdua langsung bergegas pergi menuju parkiran mobil. Tiba-tiba Diviana merasakan pusing yang teramat sakit di kepalanya membuat wajah seketika berubah menjadi pucat pasi, Gibran yang melihatnya segera menyuruh Diviana untuk masuk ke dalam mobil lalu diikuti dengan dirinya juga. Kini mobil Gibran sudah melintas di jalanan Ibu Kota meninggalkan gedung pencakar langit itu.
"Lo lagi sakit? Kenapa gak bilang sama gua, kalo gitu mah tadi kita gak usah ke gedung pencakar langit."
"Gua gapapa kok Deo mungkin ini masuk angin aja, hmm btw gak tau kenapa hari ini gua bahagia banget makasih ya Deo."
"Makasih untuk hal apa?"
"Makasih udah bikin gua bahagia baru kali ini gua merasakan kebahagiaan yang teramat indah di hidup gua!" ucap Diviana menatap Gibran yang sedang fokus menyetir mobilnya.
"Setidaknya sebelum gua pergi nanti masih ada kenangan indah yang pernah gua alami semasa hidup gua, terima kasih kehadiran lo sedikit membuat untuk tetap maju melawan penyakit gua!" batin Diviana.
"Jangan tatap gua kayak begitu ih, gua jadi malu tau ahahaha!"
"Eh—astagfirullah maaf-maaf gak sengaja tadi habisnya wajah lo ganteng banget sih kayak jelmaan pangeran kodok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple✔
Ficção Adolescente"Gue suka gila-gilaan tapi gak pernah gila benaran!" Gibran Deonovean. "Bagi lo tapi beda bagi gue, kehidupan kita gak sama!" Diviana Frazetta. Keduanya, selalu membuat kehebohan karena aksi gila mereka. Bahkan, kini keduanya sudah resmi berpacaran...