"Dihempaskan dengan sejuta harapan, dihancurkan dengan sejuta kebohongan."
Dokter dan suster sedang berusaha semaksimal mungkin menanangi Diviana agar terbangun dari komanya. Rasanya Dokter Dhika ingin menangis melihat keadaan Diviana yang semakin memburuk.
"Sekali lagi dok, saya yakin Diviana pasti bangun Diviana pasti selamat, semangat!" ucap salah satu suster menatap Dokter Dhika yang tampak putus asa.
"Semangat dok!"
"Semangat sust!"
Beberapa detik kemudian mereka berhasil menyelamati nyawa Diviana, Dokter Dhika dan para suster saling berpegangan tangan satu sama lain mereka mengucapkan rasa syukur sungguh untuk yang kesian kalinya mereka dihadapkan dalam situasi dimana Diviana ingin menyerah dengan hidupnya sendiri namun cewek itu tetap masih mau mempertahankan hidupnya.
"Diviana, untuk yang sekian kalinya kamu bikin saya dan kita semua ngerasa hampir tak berdaya!" lirih Dokter Dhika berusaha menahan air matanya.
"Kita kasih kabar baiknya kepada sahabat Diviana ya dok."
"Tapi Vivi pernah bilang sama saya jangan pernah kasih tau tentang penyakitnya pada sahabatnya, karena Vivi takut sahabatnya jadi sedih dan khawatir terus sus."
"Dok, kita lupain dulu janji kita sama Vivi karena sahabatnya berhak tau, apa yang sedang terjadi dengan kondisi Vivi mau sampai kapan Vivi bohongin mereka mau sampai kapan kita juga ikut andil dalam kebohongin ini!" sahut salah satu suster membuka pola pikiran mereka semua.
"Iya dok, mungkin sudah saat kita kasih tau ke semua sahabatnya Vivi."
"Iya suster saya akan memberitahu tentang kondisi Vivi kepada sahabatnya."
"Ayo mari dok."
Dokter Dhika dan suster langsung keluar dari dalam ruangan UGD membuat seluruh sahabat Diviana lalu menghampiri mereka semua. Bahkan wajah khawatir dan kusut mereka semakin terpancar hal itu berhasil membuat Dokter Dhika mau tak mau harus memberitahu tentang kondisi Diviana.
"Ada yang mau saya bicarakan pada kalian semua!" sahut Dokter Dhika lalu menatap wajah mereka semua yang tampak sedih dan khawatir.
"Bicarain aja dok."
"Ada satu hal yang mau saya bicarakan pada kalian semua tentang kondisi Vivi."
"Ayo dok, buruan kasih tau ke kita semua sebenarnya ada apa dengan kondisi Vivi, bukannya tadi dia cuma pingsan aja."
"Vivi bukan pingsan melainkan koma karena kondisinya yang menurun."
"Hah kok bisa begitu, Vivi kan habis lari dok masa karena kecapekan bisa sampe koma sih!" sahut Amira memprotes dokter Dhika yang berdiri tepat dihadapannya.
"Sebenarnya saya berat sekali berkata jujur pada kalian semua, tapi bagi saya mungkin ini waktu yang tepat untuk membuat kalian tau bahwa sebenarnya Diviana mempunyai penyakit sejak kecil!" sahut Dokter Dhika lalu menatap mereka semua yang terdiam akibat terkejut.
"Pe—penyakit, penyakit apa dok."
"Vivi mempunyai riwayat penyakit leukimia stadium akhir!" sahut Dokter Dhika sukses membuat mereka semua terkejut.
Pecah, suara tangisan pilu milik Amira dan Aurel menggema manjadi satu. Keduanya sama-sama berpelukan menangis bersama sedangkan Aqeel, cowok itu menundukan kepalanya masih sibuk mencerna apa yang dikatakan oleh Dokter Dhika tadi berbeda dengan Dimas yang hanya diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Couple✔
Novela Juvenil"Gue suka gila-gilaan tapi gak pernah gila benaran!" Gibran Deonovean. "Bagi lo tapi beda bagi gue, kehidupan kita gak sama!" Diviana Frazetta. Keduanya, selalu membuat kehebohan karena aksi gila mereka. Bahkan, kini keduanya sudah resmi berpacaran...