Chapter 57

403 19 10
                                    

"Berjalanlah sesuai takdir dan berhentilah ketika semesta melarangmu untuk berjuang lebih jauh lagi."

Happy Reading❤❤

•Dialog Senja-Lara

Ragil berserta dokter dan suster langsung saja masuk kedalam kamar rawat Diviana, mereka langsung saja menghampiri kedua manusia yang sedang berpelukan itu Ragil cowok itu langsung menghubungi petugas mobil Ambulance rumah sakit terdekat dari rumah sakit jiwa sedangkan Diviana, cewek itu masih saja menangisi keadaan Gibran yang berada dipangkuannya membuat Ragil segera menelpon sahabat Diviana.

Ragil berusaha menenangkan diri Diviana namun hasilnya nihil cewek itu semakin menjadi-jadi, tak lama kemudian akhirnya mobil Ambulance sudahdatang membuat petugas rumah sakit langsung membawa tubuh Gibran menggunakan brankar milik rumah sakit menuju halaman depan Ragil segera memeluk tubuh Diviana pasalnya cewek itu ingin ikut kerumah sakit.

"Ragil gua pembunuh hiksss!" lirih Diviana membuat Ragil sakit sekali saat mendengar ucapan cewek itu.

"Enggak Vi, lo bukan pembunuh."

"Ragil gua pembunuh hikssss gua udah ngebunuh pacar gua sendiri hiksss."

"Vi please gua yakin lo bukan pembunuh, lo harus tenangin diri lo sendiri Vi!" sahut Ragil memeluk tubuh Diviana lebih erat lagi namun cewek itu memberontak.

"Jangan dekat-dekat gua hiksss gua udah ngebunuh seseorang hikssss."

"Vi please jangan begini, gua tau lo bukan pembunuh ayo bangkit Vi jangan lemah kayak begini, kemana Vivi yang dulu Vivi yang selalu bahagia walaupun terluka!"

"Gua pembunuh hiksss."

"Enggak Vi enggak!"

"Gua udah ngebunuh Deo hiksss gua udah ngebunuh orang yang gua cintai hikssss!" ucap Diviana membuat Ragil sesak bukan main, sungguh rasanya miris sekali.

"Enggak Vi enggak, harus berapa kali gua bilang ke lo kalo lo itu bukan pembunuh semua ini terjadi karena gak sengaja Vi!"

"Gua jahat hiksss gua udah ngelukain Deo, gua udah ngelukain cowok yang sangat gua cintai hikssss."

"Enggak Vi enggak, lo bukan pembunuh lo juga enggak ngelukain Gibran."

Tak lama kemudian datanglah Amira dan Aurel mereka langsung saja menghampiri Diviana dan Ragil, kedua cewek langsung memeluk tubuh Diviana dengan erat sekali bahkan mereka berdua menangis melihat keadaan Diviana yang sangat rapuh.

Tak lama akhirnya dokter dan suster rumah sakit jiwa masuk kedalam ruangan Diviana lagi, dokter dan suster segera menghampiri Diviana mereka langsung saja menyuntikan jarum suntik itu ke lengan tangan Diviana dengan obat penenang, perlahan tubuh itu mulai diam tak memberontak lagi bahkan pandangan mata Diviana terlihat kosong sekali, cewek itu benar-benar diam seribu bahasa dengan seluruh rasa sakitnya.

"Vi!" ujar Amira lalu menatap Diviana jujur Amira sedang menahan air matanya agar tak terjatuh ke pipinya.

"Pergi!"

"Vi jangan diam aja hiksss kalo lo memang mau nangis, yaudah tangisin aja semuanya jangan ditahan-tahan lagi!" ujar Aurel lalu menggenggam telapak tangan Diviana erat sekali, namun cewek itu menepisnya.

Crazy Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang