Chapter 08

1K 40 1
                                    

"Kita bagaikan hitam putih tak menentu."


Gibran dan Diviana sedang duduk di ayunan dekat kolam berenang rumahnya. Kakek dan neneknya Diviana sudah pulang sedari tadi, sehabis menjajalkan martabak keju manis yang di berikan oleh Gibran.

"Gak usah bengong terus! Memangnya lo mau tah kesurupan nanti?" tanya Gibran membuat Divina menoleh kearahnya.

"Ya gaklah begog! Gua lagi gak bengong kok sok tau banget lo bambang jadi orang!"

"Tukang bohong kok mau di kadalin sih, ya mana bisalah goblok!"

"Mau banget lo jadi kadal yang berubah-berubah gak cukup apa sama julukan lo sebagai fakboi!"

"Ngelunjak lo ya Zeta masa gua di katain fakboi sih, memangnya lo mau tah gua ceburin ke kolam renang!"

"Memangnya gua takut apa? Ya enggaklah kan tuh sih kolam udah jinak sama gua!"

"Eh— setan lo pikir tuh kolam anakan kucing apa bodoh!"

"Dih mana gua tau ya, kalo lo mau tau tanya aja tuh ke mbah google sana!"

"Haduh lama-lama bisa gila gua ngeladenin bocah kayak lo ini!"

"Siapa juga yang mau ngeladenin omongan orang tua kayak lo ini!"

"Udah ah males! Gua mau tiduran ajalah."

"Yaudah sana tiduran aja, anggap aja ini lagi di rumah lo sendiri sana!"

"Yeee emang ini rumah gua geh!"

"Ngaku-ngaku lo jingan! Jelas-jelas ini rumah gua geh!"

"Zetta!" ucap Gibran membuat Diviana kembali menoleh kearahnya.

"Apaan!"

Diviana tersentak kaget akibat wajahnya dan wajah Gibran bertemu dalam jarak yang sangat dekat, hidung mereka saja hampir menyentuh. Diviana masih terdiam perlahan ia memejamkan kedua matanya. Gibran tersadar dari pikiran negatifnya ia tidak mau menodai Diviana, ia segera menjauhkan wajahnya dari wajah Diviana.

"Ngapain lo pake merem-merem segala! Udah kayak gua mau di cium aja!" ucap Gibran membuat Diviana membuka kedua matanya.

"Ih apaan sih Deo, siapa juga yang berharap di cium sama lo!"

"Buktinya tuh mata lo merem tadi, ngarep banget untuk di cium sama gua hahaha."

"Ih enggak geh apaan sih lo!" ujar Diviana membuat pipinya menjadi bullshing seketika.

"Ciee-ciee pipinya merah kayak tomat begitu uwuu hahaha."

"Bodo amat Deo!" ucap Diviana marah kepada Gibran lalu meninggalkan Gibran yang masih tertawa.

"Zetta!" ujar Gibran lalu memeluk Diviana dari belakang.

"Apaan sih lepasin gak jangan peluk-peluk gua!"

"Gak akan pernah gua lepasin!"

"Lo mau gua mati konyol heh gegara di peluk erat begini sama lo!"

Crazy Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang