Chapter 21

808 22 0
                                    

"Ada luka di balik kisah bahagia."

Happy Reading❤❤

Udara sejuk di pagi hari dan suara kicauan burung dari pagar balkon kamar membuat cewek yang sedang tertidur pulas di balik bed cover berwarna putih segera terbangun dari tidurnya dan melihat ke arah jam yang berada di sebelahnya. Diviana terdiam lalu menggeliat kecil dan bergegas bangun dari tidurnya ia memutuskan untuk membuka gordeng kamarnya lalu memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Beberapa menit kemudian Diviana sudah selesai memakai seragam sekolahnya lalu keluar dari dalam kamar berlari kecil menuruni anak tangga untuk menuju meja makan.

"Selamat pagi bi Inah dan babeh!" ucap Diviana lalu duduk di bangkunya.

"Ayo di makan neng Vivi, maaf ya kalo pagi ini kamu sarapan pake nasi goreng."

"Iya gapapa kok bi, pasti kakek dan nenek belum ngasih uang belanja bulanan untuk dapur ya."

"Iya neng Vivi, yaudah di makan dulu nanti takut dingin sarapannya."

"Iya bi, kalian berdua juga ikut makan ya."

"Iya neng pokoknya kamu hari ini gak usah pikirin apa-apa cukup fokus belajar aja ya!" ucap babeh Didin membuat Diviana mau tidak mau mengangguk kecil.

Diviana memakan sarapan paginya dengan lahap membuat babeh dan bi Inah yang melihatnya lantas tersenyum manis karena mereka seperti melihat anak mereka yang berada di kampung halaman. Diviana lalu meminum susunya namun beberapa menit kemudian suara klakson mobil di halaman depan rumahnya membuat dirinya segera berpamitan pergi meninggalkan bi Inah dan babeh yang masih menikmati sarapan pagi, karena ia sudah tau siapa seseorang yang sedang menjemputnya sepagi ini. Diviana lalu membuka pintu rumahnya ia tersentak kaget kala mendapatkan wajah Gibran yang sedikit lagi hampir bersentuhan dengan wajahnya.

"Nyebalin banget lo Deo pagi-pagi untung aja kagak kena!" celetuk Diviana mengomel membuat Gibran tertawa kecil.

"Stthhh enggak usah ngomel ini masih pagi mulut lo juga pasti masih bau naga kan!"

"Ngelunjak mana ada anying, mulut lo kali yang masih bau udah kayak sarapan aja geh lo nya di apartemen!"

"Kok tau sih kalo gua gak sarapan pagi tadi, oh gua tau jangan-jangan bapak lo dukun ya anjir!"

"Bangsat banget lo ngatain papa gua dukun gua santet juga nih lo!"

"Duh ngeri anjir mainnya santetan, woi Zet skuylah berangkat ke sekolah!" ucap Gibran lalu berjalan masuk kedalam mobilnya.

"Mau masuk kedalam mobil atau mau gua tinggalin anjir, malah diam berdiri disitu udah kayak patung pancoran aja!"

"Bodo amat Deo!" ucap Diviana lalu masuk kedalam mobil Gibran.

Akhirnya Gibran segera menjalankan mobil berwarna hitam miliknya melintasi jalanan Ibu Kota yang masih nampak lenggang dan hanya ada beberapa kendaraan saja yang sedang melintasi jalanan itu juga membuat Gibran segera melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Namun berbeda dengan Diviana, cewek itu masih saja sibuk melamun sedari tadi entahlah Gibran juga tidak tau sebab dirinya bukan anak indigo, ia memilih untuk fokus menyetir mobilnya sedangkan Diviana ia mengusap wajahnya gusar karena dirinya sedang berpikir keras bagaimana caranya agar ia mendapatkan uang untuk kehidupannya sehari-hari nanti karena ia merasa malu sekali jika terus saja mengandalkan uang kakek dan neneknya.

"Yaelah nih bocah dari tadi diam-diam aja awas nanti jatuh cinta!" seru Gibran karena ia gregetan dan juga canggung jika Diviana terus saja diam begini.

"Udah kayak judul lagu Armada aja lo Deo, gua lagi pusing."

"Pusing kenapa sih sayang akoh utututu."

Crazy Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang