Chapter 56

438 21 0
                                    

"Jika logika tak mampu berpikir maka biarkan hati yang melanjutkan perjuangannya."

Gibran memutuskan untuk pergi meninggalkan apartemen. Ia ingin mengunjungi taman yang letaknya tak jauh dari tempat apartemennya. Ia melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata melintasi jalanan Ibu Kota.


Tanpa di sadari air mata Gibran mengalir disudut matanya, ya cowok itu menangis sebut saja air matanya saksi nyata bahwa ia merindukan cewek itu, siapa lagi kalo bukan Diviana. Namun ia tak mau bertemu dengan cewek itu karena ia takut, melukai hati Diviana.

"Gua rindu sama lo Zetta, rindu yang gak akan pernah bisa dibayar dengan apapun kecuali dengan pertemuan."

Setelah sampai ditaman Gibran langsung memarkirkan notornya diparkiran ia lalu berjalan menuju bangku berwarna putih yang berada dipinggir taman. Sedangkan dibangku itu sudah ada Aqeel dan Dimas rencananya untuk menyendiri gagal total, Gibran hanya menghela nafas kasar karena ia baru ingat bangku itu bangku andalan mereka duduk setiap pergi ke taman itu jika sedang gabut atau ada masalah.

"Bran!" ucap Aqeel menatap dingin ke arah Gibran yang baru sampai.

"Hmm ada apa, kok kayaknya serius banget sih wajah kalian hahaha."

"Gapapa, ada yang mau gua omongin sama lo tentang Vivi!" celetuk Aqeel membuat Gibran tertawa kecil.

"Gak usah bahas-bahas soal dia lagi, gua muak tau hahaha."

"Ini penting banget Bran, gua bisa aja sih gak ngasih tau lo tapi gua gak mau ngeliat lo nyesal dikemudian hari."

"Udah to the point aja sebenarnya ada apa sama tuh cewek murahan!"

"Lo bisa gak sih, gak usah ngomongin Vivi cewek murahan ingat Bran lo enggak boleh egois jadi manusia dan gua ingetin sama lo ya, jangan berperan seolah-olah cuma hati lo doang yang paling tersakiti disini!"

"Heh yang egois itu adik lo begog."

"Woi goblok, ngapain lo berdua berantem disini malu tolol diliatin banyak orang."

"Bilangin tuh, sama sahabat lo yang keras kepala ini dengarin dulu omongan gua baru bisa ambil kesimpulannya."

"Yaudah buruan ngomong, udah kek apa aja lagian juga gua males bahas-bahas soal Zetta lagi, gak guna banget!"

"Bran, gua perhatian akhir-akhir ini lo kok berubah sih sama adik gua, lo berperan seolah-olah lo yang paling tersakiti didalam hal ini terus apa kabar sama Vivi, dia juga sakit Bran sakit karena kelakuan lo yang berubah drastis kayak begini!"

"Lah ya terus gua harus gimana, baikkan gitu sama Zetta terus uwuu-uwuuan lagi gitu sama Zetta sorry Qeel gua gak bisa hati gua udah kecewa banget sama kelakuan dia yang main dibelakang gua."

"Kenapa gak bisa, gitu-gitu juga Vivi masih pacar lo, pacar yang selalu lo prioritaskan kehadirannya waktu dulu, sebelum lo tau soal foto laknat itu hahaha."

"Diam lo, dia bukan pacar gua. Gua mana mungkin pacaran sama cewek murahan kayak dia hahaha."

Jujur Aqeel mulai tersulut emosi, pasalnya Gibran selalu saja menghina Diviana dengan sebutan murahan. Ya Tuhan, Aqeel rasa cowok itu mulai gila.

"Jaga bacotan lo Gibran Deonovean yang terhormat, lo udah enggak waras ya kalo memang lo enggak nganggep Vivi sebagai pacar lo, mending lo putusin aja biarin dia bahagia sama cowok lain diluaran sana."

Crazy Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang