Chapter 23

592 21 0
                                    

"Biarkan semuanya berjalan sesuai kehendak Tuhan."

🎵Dialog Senja-Lara🎵

Mereka bertujuh enggan untuk pergi dari kantin karena masih nyaman berada disana bahkan ketiga cowok itu sibuk memainkan game online sambil meng—charger ponsel mereka masing-masing membuat ketiga cewek itu mendumel di dalam hati mereka semoga saja kesetrum listrik biar mampus.

Namun berbeda dengan Amira cewek yang selalu heboh itu tiba-tiba terdiam dalam lamunannya sendiri sepatah kata membuat Diviana merasakan kehilangan canda tawa cewek itu. Diviana segera memeluk tubuh Amira karena dirinya tau rasa sakit yang di alami oleh Amira, sakit bahkan belum tentu orang lain bisa melewatinya namun sebisa mungkin ditutupi oleh Amira.

"Nangis aja jangan di tahan lagi, jangan perduliin orang yang di sekitar lo!" ucap Diviana tetapi Amira masih tersenyum bahkan membuat Aurel dan Raya sakit saat melihatnya.

"Iya Ra, jangan sok pura-pura kuat gitulah gua tau kok banyak kesedihan didalam hidup lo, ayo Ra tangisin semuanya!" sahut Raya mengelus pundak Amira.

"Nangis Ra ayo nangis kalo memang semua itu terasa sakit buat lo jangan sok kuat ada gua, Vivi dan Raya disini!" ujar Aurel lalu memeluk tubuh Amira.

Seketika air matanya mengalir membasahi pipinya, Amira tidak kuat lagi. Bahkan kini tangisannya semakin kejar membuat ketiga cowok itu langsung menoleh dan menaruh ponsel mereka ke atas meja. Aqeel cowok itu menghela nafas, semua ini salahnya tapi ia tidak bisa memberikan perasaan kepada adik dari pacarnya itu walaupun jiwa Emira sudah tiada.

Ingin rasanya memeluk tubuh itu ia tidak tahan lagi karena setiap melihat Amira dirinya seperti melihat Emira. Gibran dan Dimas saling menatap satu sama lain karena mereka tau sebenarnya Aqeel sudah menerima Amira di dalam hidupnya tapi ia belum juga menyadari bahwa dirinya jatuh cinta dengan Amira walaupun rasa itu baru tumbuh di hatinya.

"Gua pergi dulu, maafin gua Amira karena sampai kapan pun gua enggak akan pernah bisa mencintai lo, maaf!" ujar Aqeel segera mengambil ponsel dan charger miliknya di atas meja dan pergi meninggalkan mereka.

"Anjing lo Aqeel, dasar gak punya perasaan lo bangsat! Woi Aqeel bajingan lo ya!" pekik Gibran membuat Aqeel yang mendengar itu hanya bisa tertawa kecil dan memilih untuk melanjutkan langkah kakinya kembali.

"Udah Bran udah, biarin sih Aqeel pergi dari sini karena percuma kehadirannya juga gak guna, dia itu bisanya bikin Amira sakit hati doang!" pekik Raya menenangkan Gibran yang sedang emosi.

"Kenapa sih Ra, lo harus jatuh cinta sama cowok yang jelas-jelas gak mencintai lo dari dulu, bahkan dia gak pernah mencintai diri lo Ra harusnya lo itu sadar diri!" sahut Aurel yang sudah menangis sesenggukan histeris di pelukan Dimas.

"Sabar Rel kita juga gak bisa maksain Amira untuk ngelupain seseorang yang dia cintai meskipun orang itu udah melukainya sama aja kayak lo kan, buktinya gua udah berkali kali buat lo sakit tapi lo tetap mencintai gua kan butuh waktu lama untuk melupakan seseorang!" ucap Dimas menasehati Aurel yang masih saja menangis bahkan sampai membuat Dimas geram.

"Tapi Aqeel udah nyakitin dia banget Dimas dan gua enggak terima sebagai sahabatnya Amira hiksss hiksss!"

"Aurel, gua juga gak mau cinta sama Aqeel tapi ini takdir yang terjadi di kehidupan gua jadi tolong jangan pernah salahin Aqeel ya karena yang salah disini tuh gua Rel yang gak bisa pergi dari hidup dia!" sahut Amira di pelukan Diviana, finaly keempat cewek itu sudah menangis satu sama lain.

Crazy Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang