PROLOG

787 31 2
                                    

"Adis coba kejar aku kalo bisa."

Di halaman rumah dengan rumput yang hijau terdapat dua anak kecil sedang berkejaran dengan tawa tanpa beban.

"Ih Aldi, Adis capek tau."teriak seorang gadis seraya menumpukkan tangannya ke lutut.

Sedangkan yang dikejar menoleh ke arah gadis itu seraya menjulurkan lidah.

"Ah dasar cewek lemah!"

"Adis bukan cewek lemah! Liat aja ntar waktu adis udah besar, kamu bakal Adis tendang ke pluto!"

"Ara, Aldi masuk, sebentar lagi hujan turun." teriak bocah yang terpaut 1 tahun lebih tua dari dua anak kecil tersebut dari teras rumah.

Bukannya menurut, dua anak kecil itu malah menggeleng bersamaan.

"Gak mau abang, pumpung mami papi gak di rumah Ara mau ujan ujanan. Kalo bang Ian mau ikut bilang aja, Ayo sini!" teriak gadis kecil itu seraya melambaikan tangan pada kakaknya.

"Gak mau, bang Ian gak mau hujan hujanan. Terserah kamu deh sekarang, kalo sakit biar dimarahin mami, abang mau masuk dulu."

Gadis kecil dan teman kecilnya itu menjatuhkan tubuh mereka ke rerumputan, menatap langit yang mulai mendung.

"Hey langit cepet turunin dong ujannya! Biar Aldi sama Adis bisa main ujan ujanan."

Seakan mendengar teriakan mereka, hujan pun turun dengan amat derasnya. Mereka berdua langsung bangkit dan menari nari di bawah hujan.

"Yeay."

Bahagia mereka memang sesederhana itu, namun siapa yang tahu kedepannya? Biarlah tuhan mengatur alur kehidupan yang sudah digariskan pada mereka.

About HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang