CHAPTER 2

230K 9.2K 100
                                    

Bianca naik ke lantai atas bermaksud menuruti permintaan Elora untuk memanggil Maximus yang sekarang kemungkinan sedang minum minum disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bianca naik ke lantai atas bermaksud menuruti permintaan Elora untuk memanggil Maximus yang sekarang kemungkinan sedang minum minum disana.

Dan benar saja Max ada disana sedang duduk sendirian sibuk dengan ponsel dan juga minumannya.

Bianca mendekat kearah Max, menepuk bahu laki laki itu sehingga Max menoleh kearah Bianca. Bianca duduk tepat di kursi kosong yang berada di sebelah Max.

"Kenapa kau kemari Bianca, bagaimana jika ada salah satu teman kuliah mu melihat mu berada disini?" Max menatap khawatir Bianca, seingatnya wanita yang duduk disampingnya itu selalu menyembunyikan statusnya sebagai wanita penghibur.

Bianca tertawa kecil melihat ekspresi khawatir Max, "Tenang saja Kak Max, kita sekarang ini berada di lantai atas bukan di bawah. Jika ada yang melihat ku di club' ini maka tidak apa apa, siapa juga yang tidak pernah ke club. Jika ada orang yang ku kenal bertemu dengan ku disini pasti mereka akan berpikir bahwa aku kemari untuk bersenang senang."

Max menganggukkan kepalanya mengerti, sebenarnya Max kasihan pada Bianca yang diusianya yang masih termasuk belia itu sudah berkerja sebagai wanita penghibur.

"Kak Elora mencari mu Kak, sepertinya kau harus turun ke bawah dan menemuinya. Aku kemari menemui mu atas permintaan Kak Elora."

Bianca melihat Max menghela nafas berat, Bianca mengerti kenapa Max seperti itu karena Max mencintai Elora namun Elora adalah wanita penghibur nomer satu dirumah bordil ini.

Bianca tidak bisa membayangkan jika dirinya berada diposisi Max, melihat wanita yang dicintainya tidur dengan banyak laki laki.

Tapi di satu sisi Bianca juga tidak mengerti, kenapa Elora justru menjadi wanita penghibur sedangkan Max mencintainya dan siap menanggung segala kebutuhan Elora, secara Max itu adalah pengusaha kaya raya.

Setelah menenggak habis minumannya Max bangkit berdiri, "Baiklah, ayo kita temui dia."

Max mengulurkan tangannya hendak mengajak Bianca turun ke lantai bawah bersamanya, namun Bianca menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak akan ke bawah kak, aku akan keluar sebentar mencari udara segar."

Max mengangguk mengerti, melambaikan tangan nya kepada Bianca sebelum akhirnya melangkah menuju lorong sempit di club' tersebut yang menuntunnya menuju sebuah lift yang dijaga oleh bodyguard berbadan besar.

Max mengeluarkan sebuah kartu dan menempelkan kartunya tersebut ke sebuah alat scan yang menempel di dinding dekat lift.

Dan setelah itu pintu lift terbuka, bodyguard bertubuh besar tersebut menunduk sopan mempersilahkan Max untuk masuk ke dalam lift.

Sementara itu Bianca memilih keluar dari Club' untuk mencari udara segar, Bianca duduk disalah satu kursi yang kosong dan memainkan ponselnya.

Membalas chat dari teman temannya.

Alleysa : Kau sedang apa sekarang Yan?

Bianca : Duduk duduk saja

Alleysa : Dimana?

Bianca : Di rumah

Baru saja Bianca mengirimkan balasan tersebut, suara berat dari seseorang mengagetkan dirinya. Lantaran Bianca tidak merasakan keberadaan orang tersebut dan tiba tiba saja suaranya terdengar.

"Di rumah? Ini tidak terlihat seperti rumah di mata ku."

Bianca sontak menoleh dan matanya melebar ketika menyadari siapa yang tengah berdiri di sampingnya itu sembari menunduk mengintip isi pesan di ponselnya.

"Ka-kak Lucius?"

Dari sekian banyak orang yang Bianca tahu di universitas nya, Bianca tidak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan laki laki yang satu ini.

Laki laki itu Lucius, Bianca lupa nama panjang laki laki itu tapi Bianca tahu dengan jelas siapa Lucius itu.

Lucius adalah katingnya di kampus, laki laki paling terkenal di kampus karena ketampanannya dan juga karena sifatnya yang terkenal jahat.

Bukan sekali dua kali Bianca mendengar para wanita membahas tentang Lucius, membahas betapa teganya Lucius menolak cinta seorang wanita di depan khalayak ramai dan tak lupa mempermalukan wanita itu dengan kata makian sampah.

Bianca juga ingat bahwa salah satu temannya pernah berkata bahwa Lucius bisa terkenal karena katanya Lucius pernah ketahuan sedang bersetubuh dengan kekasihnya disalah satu kelas kosong yang tak terpakai tapi pihak kampus tidak ada yang berani mempermasalahkan hal tersebut.

Bianca berusaha untuk membuat ekspresi wajahnya terlihat biasa saja, Bianca tidak ingin terlihat takut. Karena jika ia menciut maka Lucius pasti akan berpikir bahwa dirinya sasaran empuk untuk dijadikan bahan pembullyan di kampus.

Memikirkan nya saja Bianca sudah takut. Bianca tidak ingin nasib nya sama seperti orang orang malang yang telah menjadi korban Lucius.

"Wah, aku tidak menyangka akan bertemu dengan mahasiswi teladan seperti mu di tempat seperti ini." Lucius tersenyum lebar, bukannya terlihat manis ataupun ramah senyum Lucius itu justru terlihat menyeramkan di mata Bianca.

Seolah pertanda bahwa Lucius akan melakukan hal buruk kepada Bianca.

"A-ah, lagi pula ini kan Club' Kak, wajar jika aku pergi bersenang senang kemari. Aku juga bukan anak dibawah umur jadi hal seperti bukan masalah besar." Bianca gelagapan, tatapan Lucius membuat nyalinya ciut. Bianca merutuki nasibnya yang sial, kalau tahu akan bertemu Lucius begini lebih baik Bianca ikut dengan Max saja tadi.

"Begitu rupanya, kalau begitu kenapa kau berbohong kepada teman mu bahwa kau berada di rumah, kenapa tidak mengajaknya saja kemari bersenang senang bersama?" tanya Lucius lagi, sengaja menyudutkan Bianca.

"I-itu.. teman ku itu polos sekali, dia ti-tidak suka tempat seperti ini, jika dia tahu aku kemari aku pasti akan dinasehati habis habisan olehnya." kebohongan demi kebohongan Bianca lontarkan hanya untuk melepaskan diri dari desakan Lucius.

Bianca tidak menyadari bahwa kebohongan yang ia katakan tidak ada artinya karena Lucius sudah tahu semuanya.

Lucius menganggukkan kepalanya pelan, seringai muncul dibibirnya. "Ah begitu rupanya, jadi kau takut teman mu tahu bahwa kau bersenang senang di club' ini ya. Bukan takut ketahuan bahwa kau ini wanita penghibur yang berkerja di tempat yang tersembunyi dibawah kan?" Lucius mengetuk ngetik lantai dengan kakinya, seolah menunjukkan kepada Bianca bahwa dirinya tahu mengenai tempat tersembunyi mewah yang dibangun dibawah tanah itu.

Wajah Bianca pucat seketika, keringat mengucur dari keningnya meskipun malam ini angin nya cukup kencang dan terasa dingin tapi perasaan takut dan terancam yang tengah Bianca rasakan ini membuat hawa disekitarnya terasa panas mencekam.

Bahaya, Lucius. Orang berbahaya dihadapan Bianca ini tahu perihal rumah bordil. Dan juga apa tadi yang Lucius katakan, wanita penghibur? Lucius tahu darimana?

Bianca ingin mengatakan kebohongan lagi untuk menyelamatkan nama baiknya namun Bianca tidak sanggup mengeluarkan suara sedikitpun.

Kaki Bianca semakin lemas ketika melihat Lucius masih dengan seringainya mengeluarkan kartu yang amat sangat Bianca kenali dari saku celana nya.

"Kau tidak bisa mengelak dan berbohong lagi kali ini, aku sudah tahu semuanya." Lucius dengan bangganya menggoyang goyangkan kartu tersebut tepat di depan wajah Bianca. Merasa puas melihat ekspresi tak berdaya Bianca.

"Sekarang sebutkan berapa tarif mu satu malam?"

Her Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang