Lucius mengantarkan Bianca pulang, rasanya ia malas sekali melajukan mobilnya itu kearah Rumah Bordil. Wajar Lucius terlihat tak bersahabat saat Bianca turun dari mobilnya dan masuk melalui pintu belakang khusus anggota VIP dan juga karyawan di rumah bordil itu.
Lucius berdecak, ia memukul stir mobilnya. Lucius benci perasaan yang ia alami ini, Lucius tahu benar bahwa perasaan menyebalkan itu pasti akan membawa masalah untuk dirinya sendiri.
***
Herald melihat dengan jelas bahwa Bianca diantar pulang oleh seorang laki-laki, laki-laki itu tidak lain adalah laki-laki yang dulu juga pernah mengantar Bianca pulang.
Sebenarnya Herald tidak mengerti mengapa ia kemari meski pekerjaannya di kantor belum selesai. Herald juga tidak mengerti mengapa ia mencengkram kuat stir mobilnya saat melihat Bianca turun dari mobil tersebut.
“Sialan, sebenarnya apa yang terjadi dengan ku?!” Herald memaki dirinya sendiri, ia ingin melajukan mobilnya menjauh dari tempat ini, namun alih-alih menginjak pedal gas. Herald justru membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil.
Pada akhirnya Herald masuk ke dalam rumah bordil tersebut melalui jalur masuk VIP.
Herald melangkahkan kakinya melewati lorong menuju ruang VIP, tanpa sengaja ia bertemu dengan Madame di lorong.
“Herald..” panggil Madame kepada Herald yang melangkah semakin mendekat kearahnya.
“Ada apa?” tanya Herald yang kini sudah berdiri tepat dihadapan Madame, ia memperhatikan wajah Madame yang sebagian telah mengerut karena usianya itu.
“Pelelangan akan dilaksanakan besok, bisa kau gantikan aku menghadiri acara itu? Pastikan kau mendapatkan yang terbaik disana.” Madame merogoh tas mahal miliknya, mengeluarkan sebuah kartu dari sana. Kartu itu merupakan kartu keanggotaan pelelangan.
Herald menerima kartu itu dalam diam, pergi ke pelelangan membuat Herald teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Bianca dulu.
Dahulu Bianca masih sangat kecil, usianya baru 13 tahun. Tubuhnya kurus kecil seolah tak pernah diberi makan, tapi meski begitu. Wajah Bianca tetaplah cantik, meski matanya sayu karena lelah dan bibirnya pucat seolah tengah sakit parah. Hal tersebut tidak menutupi kecantikan Bianca.
Hari itu, di pelelangan semua orang-orang berlomba-lomba untuk bisa membeli Bianca, entah itu untuk menjadi mainan mereka ataupun untuk hal-hal keji lainnya.
Herald ingat betul bahwa hari pertama ia membawa Bianca ke rumah bordil, Bianca sangat membenci dirinya. Bukan hanya Herald saja yang Bianca benci, Madame, bahkan senior-senior yang bekerja disana pun tak luput dari kebencian Bianca.
Tapi Bianca cepat beradaptasi, mungkin Bianca sadar bahwa rumah bordil ini lebih baik dibandingkan dengan tempat tinggalnya dahulu, ia dapat makanan enak dan tempat tidur yang hangat disini tapi ditempatnya berada dahulu, Bianca tidak bisa mendapatkan hal seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [END]
RandomBianca punya rahasia besar yang ia sembunyikan rapat rapat, ini mengenai pekerjaan nya sebagai wanita penghibur disalah satu rumah bordil. Sialnya salah satu pelanggan rumah bordil tersebut ternyata kakak tingkat Bianca di kampus Atau lebih tepatny...