CHAPTER 35

70.9K 4.4K 104
                                    


Bianca dan Lucius turun dari Bianglala tanpa kendala, sepertinya tidak ada orang yang melihat tindakan gila mereka di dalam Bianglala tersebut.

Alih-alih menaiki wahana lain, Lucius justru menarik Bianca menuju toilet umum. Untungnya toilet tersebut sedang sepi saat mereka masuk.

Lucius segera masuk ke dalam bilik kosong bersama dengan Bianca, tanpa bicara dengan Lucius pun Bianca sudah tahu apa yang Lucius inginkan.

Namun melakukannya di toilet umum begini, rasanya agak ekstrim dan menguji nyali. Orang yang berada diluar bilik bisa saja mendengar mereka. Atau orang yang berada di bilik sebelah juga bisa saja mengintip mereka.

Tapi Lucius tetaplah Lucius, ia tidak memperdulikan hal tersebut. "Menungging lah.." Bisik Lucius pelan di telinga Bianca.

Bianca menurut ia menungging membelakangi Lucius, ia diam saja saat Lucius menyingkap rok yang Bianca kenakan ke atas dan menurunkan celana dalamnya.

Tiba-tiba terdengar suara segerombolan orang yang masuk ke toilet, namun hal tersebut tidak membuat keduanya gentar dalam melakukan tindakan gila mereka.

Lucius tetap melanjutkan kegiatannya, mendorong masuk dirinya kedalam tubuh Bianca. Bergerak menghentak sembari keduanya mati-matian berusaha untuk tidak menimbulkan suara yang membuat orang diluar sana curiga.

***

"Aku tidak ingin pergi dari sini Ma.." Mikayla menggelengkan kepalanya, ia menolak untuk membereskan pakaiannya ke dalam koper. Mikayla tidak ingin pergi meninggalkan rumah yang telah ia tinggali sejak ia masih kanak-kanak sampai sekarang.

"Berhenti merengek dan segera masukkan semua barang-barang mu ke dalam koper. Kita sudah tidak punya harapan lagi Mikayla, lebih baik kita pergi sekarang selagi Herald mempersilahkan kita pergi dengan kaki kita sendiri. Apa kau mau diperlakukan lebih menyedihkan lagi, diseret oleh security keluar dari rumah ini?"

Mikayla kembali menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin hal seperti itu terjadi kepada dirinya. Namun Mikayla tetap merasa berat untuk pergi dari rumah ini.

"Jika kita pergi, Papa pasti akan membawa Bianca ke rumah ini. Pasti Bianca akan menguasai semuanya, aku tidak rela Bianca hidup enak sementara kita.. memangnya Om William punya apa, meski Papa memberikan kita tempat tinggal lain, uang tiap bulan, tetap saja semuanya berbeda!" Mikayla kembali menitikkan air mata, ia benci saat membayangkan kemungkinan bahwa Herald akan tinggal berdua dirumah ini dengan Bianca.

"Terserah kau saja, jika kau tetap ingin tinggal di rumah ini maka silahkan, Mama dan Mikaelo akan pergi."

***

Nafas Bianca tersengal-sengal, ia melirik ke belakang dan melihat Lucius yang juga tengah melihatnya. Lucius juga berkeringat, nafasnya juga tersengal sengal.

Bianca menggigit bibirnya bersamaan dengan Lucius mempercepat gerakannya, mereka berdua hampir menggapai puncak kenikmatan.

Mengabaikan ketukan-ketukan pintu dari luar bilik, yang bertanya apa ada orang di dalam.

"Shut up!" Lucius memaki kesal membuat orang yang mengetuk pintu itu berhenti dan meminta maaf. Terdengar orang tersebut memasuki bilik yang lain, yang kebetulan orang di dalamnya baru saja keluar.

Lucius semakin menggeram, ia mencengkram pinggang Bianca kuat-kuat bersamaan dengan pelepasannya. Bianca menutup mulutnya rapat-rapat, ia hampir saja mendesah keras karena hal itu.

Lama keduanya terdiam sembari mengatur nafas, sebelum akhirnya Lucius menarik diri dan merapihkan celananya.

Bianca yang pegal karena telah lama menungging, berakhir duduk di atas toilet. Tanpa suara, hanya mulut yang bergerak Bianca mengatakan satu kalimat kepada Lucius.

Kau benar-benar gila!

***

Herald tidak bisa fokus dengan pekerjaannya, sejak semalam ia terus saja memikirkan tentang Bianca. Ia tidak tahu mengapa dirinya menjadi seperti ini.

Namun bayang-bayang wajah Bianca malam itu, ekspresi kecewa yang Bianca tunjukkan malam itu membuat Herald tidak bisa tenang. Ia seolah diliputi perasaan bersalah meski ia tahu tindakannya itu sudah benar.

"Tuan Herald, rapat akan segera di mulai. Sebaiknya kita ke ruangan rapat sekarang."

Lamunan Herald buyar setelah mendengar perkataan sekretaris nya itu. Ia harus fokus pada pekerjaannya, ia tidak boleh terus memikirkan Bianca.

***

"Kau ingin naik wahana apa lagi?" Lucius bertanya kepada Bianca, mereka berdua baru saja keluar dari toilet.

Bianca melirik tajam kearah Lucius, "Kau pikir aku masih punya tenaga untuk naik wahana setelah apa yang terjadi di toilet?"

Lucius terkekeh mendengar hal itu, ia menunjuk kearah jalan keluar. "Kalau begitu ayo kita pergi dari sini, aku lapar."

Bianca mengikuti langkah Lucius keluar dari taman hiburan. Meski tadi pagi Bianca sudah sarapan banyak, tetap saja ia merasa lapar apalagi Lucius yang tidak makan apapun sejak pagi.

Mereka pergi ke restoran terdekat dari taman hiburan tersebut. Duduk berdua di restoran mewah itu.

"Kau mau makan apa?" Lucius bertanya sembari melihat buku menu, mereka berdua terlalu fokus pada buku menu sampai tidak menyadari bahwa ada beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka.

Orang itu tak lain adalah Melvin, teman baik Mikaelo. Dan juga dengan kekasihnya yang kebetulan mereka juga makan di restoran ini.

Mereka berdua mengenali Lucius dan Bianca, tentu saja mengenal, mereka satu universitas. Bianca dan Lucius juga sama-sama terkenal di kampus.

Melvin dan kekasihnya itu bertanya-tanya mengapa Bianca dan Lucius bisa berada di tempat ini berduaan, belum lagi gerak-gerik mereka terlihat seperti sepasang kekasih.

"Bukan kah Lucius itu menjalin hubungan hubungan dengan Evelyn?" Melvin bertanya kepada kekasihnya, karena setahu Melvin kekasihnya itu dekat dengan Evelyn.

"Setahu ku juga begitu, Tapi akhir akhir ini Evelyn jarang terlihat. Saat ku hubungi ia tidak mau mengangkat, terakhir kali aku bisa menghubunginya suaranya terdengar serak. Sepertinya hubungan Evelyn dengan Lucius sudah berakhir. Dan mungkin saja penyebab berakhirnya hubungan mereka itu adalah Bianca."

***

"Kau ingin kemana lagi?"

Lucius dan Bianca baru saja menyelesaikan makanan mereka, Lucius telah membayar makanan mereka dan bersiap untuk pergi lagi.

Namun Bianca justru menggelengkan kepalanya, "Antarkan aku pulang, aku harus bekerja sebentar lagi."

Wajah Lucius mendadak muram, "Tidak bisakah kau tidak bekerja malam ini?"

Bianca menggelengkan kepalanya. Tidak semudah itu, jika memang bisa Bianca sudah berhenti sejak lama.

"Aku tidak bisa Lucius, aku harus bekerja."

Lucius berdecak kesal, "Baiklah kalau begitu, aku akan mengantar mu pulang."

-

oh iya, Promo PDF bayar 20.000 dapat 11 PDF masih berlaku ya 😘

Her Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang