Bianca dan Lucius pergi menemui Herald seperti apa yang telah Bianca janjikan kemarin.
Saat Bianca dan Lucius sampai di tempat perjanjian, Herald sudah sampai lebih dulu disana menunggu kedatangan mereka.
Lucius memasang ekspresi tidak senang saat melihat Herald yang tengah menunggu mereka itu, tersenyum saat melihat kearah Bianca.
“Terima kasih karena mau menemui ku, Bianca.” Herald terlihat sangat senang, ia merasa bersyukur bisa bertemu dengan Bianca setelah berkali-kali mencoba dan gagal.
“Bisa kita langsung pada intinya?” Lucius yang baru saja duduk malas berbasa-basi dengan Herald, ia juga tidak ingin Bianca menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Herald.
Bianca dan Lucius duduk berdampingan dan Herald duduk di sebrang mereka. “Katakan semua yang ingin kau katakan Herald, aku akan mendengarkannya. Kali ini aku tidak akan lari dari kenyataan dan ku harap kau juga bisa.”
Herald berdeham pelan, ia tidak tahu harus memulai dari mana. “Pertama-tama aku ingin meminta maaf kepada mu Bianca, bukan hanya maaf karena telah menjadi pembunuh dari kedua orang tua mu. Tapi juga karena telah berbohong kepada mu. Maafkan aku.”
“Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, aku tahu aku telah melakukan dosa besar dan aku merasa sangat amat menyesal atas apa yang telah ku lakukan di masa lalu.” Herald menundukkan kepalanya, ia benar-benar merasa malu.
“Sebelum kemari aku sudah memantapkan hati ku untuk memaafkan mu, mungkin hubungan kita tidak bisa sedekat dulu. Tapi aku sudah memaafkan mu. Dan sebelum itu, bisakah kau ceritakan kepada ku kenapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi? Aku ingin mengetahui hal yang sebenarnya terjadi dari mulut mu langsung.”
Lucius yang duduk di sebelah Bianca, menggenggam erat tangan Bianca di bawah meja. Berusaha menguatkan Bianca untuk mendengarkan cerita dari Herald.
Sedangkan Herald mengusap wajahnya kasar, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Bercerita kepada Bianca juga berat bagi Herald, ia harus mengingat kejadian dulu dan juga tentang keluarganya.
“Aku.. perusahaan ku nyaris jatuh bangkrut, aku harus mengelola perusahaan sendirian sementara adik tiri ku sibuk bersenang-senang. Para karyawan perusahaan ku sudah berkali-kali melakukan demo karena gaji mereka tidak kunjung dibayar. Banyak investor yang meminta dana mereka dikembalikan. Keadaan perusahaan ku benar-benar buruk saat itu.”
Herald menghela nafas berat, ia ingat saat itu ia bahkan tidak berani pulang ke rumah dan mengatakan berita buruk itu kepada Feronica.
Saat itu Herald tidak ingin Feronica khawatir dan juga tidak ingin anak-anaknya tahu bahwa mereka akan bangkrut dan jatuh miskin.
“Aku benar-benar putus harapan, aku sampai berniat untuk menjual rumah dan mobil agar bisa membayar sebagian gaji karyawan namun aku bertemu dengan Denise, dia teman ku semasa masih sekolah dahulu. Dia menawarkan bantuan dan mengatakan akan mengenalkan ku kepada orang penting yang sekiranya bisa membantu ku. Dan benar saja, Denise memperkenalkan ku kepada Reinhard.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [END]
RandomBianca punya rahasia besar yang ia sembunyikan rapat rapat, ini mengenai pekerjaan nya sebagai wanita penghibur disalah satu rumah bordil. Sialnya salah satu pelanggan rumah bordil tersebut ternyata kakak tingkat Bianca di kampus Atau lebih tepatny...