CHAPTER 32

71.9K 4.7K 194
                                    

"Kau ini bodoh atau bagaimana, melawan Bianca saja kau tidak bisa?!" teriak Mikayla kesal kepada Mikaelo yang baru saja selesai mendapatkan pengobatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau ini bodoh atau bagaimana, melawan Bianca saja kau tidak bisa?!" teriak Mikayla kesal kepada Mikaelo yang baru saja selesai mendapatkan pengobatan.

Kepala Mikaelo terluka karena terbentur batu, Mikayla mudah saja marah kepada Mikaelo. Jika Mikayla yang ada disana, Mikayla juga pasti akan berakhir sama seperti Mikaelo.

Tidak sempat mengelak, dan berakhir terluka ditangan Bianca. Bianca itu memang sulit sekali ditebak, Mikaelo saja tidak pernah berpikir bahwa Bianca itu bisa bela diri. Dimata Mikaelo Bianca selalu terlihat seperti wanita baik-baik, lemah lembut dan butuh perlindungan seseorang. Tapi kenyataannya semua itu palsu.

"Kalau saja kau kau bisa mengendalikan nafsu biadab mu itu, semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Pasti kita sudah berhasil membuat Bianca bungkam selamanya. Semuanya karena dirimu!" Mikayla benar-benar kesal, kesempatan mereka terbuang sia-sia. Mereka tidak akan punya kesempatan lagi untuk menghabisi Bianca, bahkan mungkin sekarang Bianca telah mengadukan perbuatan mereka kepada Herald.

"Berhenti menyalahkan ku, aku yang terluka disini. Aku juga yang dirugikan disini. Jika kau sebenci itu dengan Bianca dan kau sangat ingin menghancurkannya maka lakukanlah sendiri!"

***

Bianca pulang sembari memakan coklat yang sebelumnya ia beli di mini market. Ia mengeluh karena coklatnya telah meleleh. Mikayla dan Mikaelo membuang waktu Bianca sia-sia. Membuat makanan yang ia beli jadi terasa tidak enak lagi.

Perasaan Bianca juga semakin kesal karena waktu santainya terbuang sia-sia hanya untuk menghadapi Mikayla dan juga Mikaelo.

Sekarang Bianca sudah harus bersiap-siap untuk bekerja, rasanya malas sekali harus menemani laki-laki hidung belang minum-minum dan berjudi. Meski sudah bertahun-tahun melakukannya tetap saja Bianca tidak bisa menyukai pekerjaannya.

"Kenapa kau lama sekali ke mini marketnya?" Elora yang melihat Bianca baru sampai itu bertanya, wajah Bianca juga terlihat kusut. "Kau ada masalah?"

Bianca menggelengkan kepalanya, enggan menjelaskan apa yang sebelumnya terjadi kepada Elora. "Bukan apa-apa."

"Baiklah jika kau tidak ingin bercerita, tapi aku yakin setelah ini kau tidak akan cemberut lagi." Elora tersenyum aneh, membuat Bianca mengernyitkan dahinya kebingungan.

"Ada apa? Kau tidak sedang merencanakan sesuatu yang gila bukan Kak? Atau jangan-jangan kau akhirnya menerima lamaran Kak Max?!" Bianca mendadak heboh saat mengatakan tebakannya yang terakhir, lantaran ia selalu mendukung cinta Max terhadap Elora yang entah kapan akan terbalaskan itu.

"Bukan itu, kenapa kau berpikir sampai kesana. Ini bukan tentang diriku, ini tentang dirimu. Hari ini kau tidak perlu bekerja lagi seperti kemarin. Hari ini Herald kembali menyewa mu malam ini, dia bahkan rela membayar berkali-kali lipat hanya untuk mu."

Benar seperti apa yang Elora katakan sebelumnya, kini Bianca tersenyum. Bianca mulai berharap bahwa malam ini adalah kencan yang sungguhan, bukan seperti malam sebelumnya, dimana Herald hanya menjadikannya alat untuk membuat istrinya sakit hati.

Her Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang