“Kau mau pergi? Ku pikir kau akan menginap malam ini.” Evelyn yang baru keluar dari kamar mandi itu mendapati Lucius tengah bersiap-siap. “Lucius, apa kau tidak merindukan ku. Seharusnya malam ini kita melepas rindu bersama karena sudah lama tidak bertemu. Tapi kau justru ingin pergi?!”
Evelyn kesal, tentu saja ia kesal. Setelah sebelumnya hampir ditinggalkan saat sedang bercumbu kini Lucius juga akan pergi saat Evelyn belum puas melihat dirinya hari ini.
“Aku ada urusan.” jawab Lucius sembari memakai pakaian nya, sebelumnya Lucius sedang bertelanjang dada berbaring di ranjang Evelyn saat Bianca menelepon dirinya.
“Kau bisa membatalkannya, kenapa harus pergi. Aku masih ingin bersama mu.” Evelyn merengek, ia merangkul lengan Lucius. Berusaha membuat Lucius berubah pikiran namun rengekannya itu tidak mempan untuk membuat Lucius tetap tinggal.
Lucius menepis tangan Evelyn yang merangkulnya, beralih mengambil kunci mobil miliknya yang tergerak di atas nakas.
Evelyn kesal melihat Lucius yang tetap bersikeras untuk pergi, namun Evelyn sama keras kepalanya. Ia tidak mau di tinggal malam ini.
Evelyn melepas handuk yang ia kenakan, menghalangi langkah Lucius untuk keluar dari kamar.
Tubuh Evelyn yang telanjang bulat terpampang didepan Lucius, Evelyn dengan sengaja meremas kedua dada nya dan menatap Lucius dengan pandangan sensual. Seolah ia ingin menggoda Lucius agar Lucius tidak jadi pergi meninggalkannya malam ini.
Namun bukannya menerjang Evelyn dengan cumbuan seperti apa yang Evelyn harapkan, Lucius justru mendorong Evelyn untuk menyingkir dan berjalan keluar kamar tanpa memperdulikan teriakan Evelyn yang memanggil manggil namanya.
“Brengsek kau Lucius!” teriak Evelyn tidak terima, setelah bertahun tahun menjadi kekasih Lucius, baru kali ini ia di perlakukan sampai sebegini nya.
Tangan Evelyn mengepal kuat, Evelyn merasakan sesuatu. Pasti saat dirinya tidak ada terjadi sesuatu kepada Lucius yang membuat Lucius menjadi seperti ini.
***
Lucius mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia merasa ingin cepat cepat sampai ke hotel.
Hanya menerima telepon dari Bianca saja yang mengajak bertemu di hotel, Lucius sudah seperti ini.
Lucius bergerak tak nyaman dalam duduknya, ia masih dalam perjalanan namun memikirkan bahwa ia akan bercinta dengan Bianca membuat bagian bawah Lucius sudah mengeras.
Padahal sebelumnya Lucius baru saja tidur dengan Evelyn, tapi ia sudah bisa kembali menegang hanya dengan memikirkan Bianca.
***
Bianca mengajak Lucius untuk bertemu di hotel, hotel yang sama seperti malam-malam sebelumnya.
Bianca sudah sampai terlebih dahulu, ia membawa sebotol whiskey di tangannya, bermaksud minum-minum sembari menunggu kedatangan Lucius.
Cukup lama Bianca menunggu sembari duduk di sofa menenggak minumannya, pikiran Bianca melayang kosong. Memang ini yang ia inginkan mengosongkan pikirannya yang sebelumnya terus saja dipenuhi oleh Herald.
Bianca yang sudah agak mabuk itu memukul kepalanya sendiri beberapa kali, “Bodoh.. Bodoh sekali..”
Bianca memaki dirinya sendiri, dari banyaknya laki-laki di dunia ini dirinya justru jatuh hati kepada laki-laki beristri, terlebih lagi Herald tidak akan pernah membalas perasaannya karena Herald teramat sangat mencintai istrinya.
Sebagaimana pun Bianca menggoda Herald, Herald tidak akan pernah terpengaruh. Dimata Herald, Bianca hanya lah anak yang membutuhkan bantuannya.
Dan hal tersebut lah yang membuat Bianca frustasi, ia sulit untuk mengendalikan perasaannya sendiri.
Seandainya saja, dulu bukan Madame yang membeli Bianca di tempat pelelangan, mungkin Bianca tidak akan bertemu dengan Herald. Tapi Bianca juga tidak bisa menjamin hidupnya akan lebih baik jika saja orang lain yang membelinya waktu itu.
Bel kamar hotel yang Bianca tempati berbunyi, Bianca sudah tahu siapa yang datang. Itu pasti Lucius.
Bianca meletakkan botol minumannya ke atas meja sebelum ia bangkit berdiri hendak membukakan pintu untuk Lucius.
Baru saja pintu tersebut terbuka, Bianca sudah diserang oleh Lucius dengan ciuman nya. Tangan besar Lucius menangkap kedua pipi Bianca sementara bibirnya bergerak tak sabaran melumat bibir merah Bianca.
Lucius dapat merasakan rasa pahit dari sisa minuman di bibir Bianca, Lucius semakin bersemangat ketika tangan Bianca melingkari pinggangnya. Ciuman mereka semakin dalam, lidah mereka beradu satu sama lain.
Masih tanpa melepaskan ciumannya, Lucius menendang pintu kamar hotel hingga tertutup. Kemudian ia berbalik mendorong Bianca hingga punggung Bianca menabrak pintu tersebut.
Tangan Lucius yang awalnya pada pipi Bianca kini beralih pada dada Bianca, bergerak meremas dada sintal wanita itu hingga membuat Bianca melenguh dalam ciuman mereka.
Lucius melepaskan ciuman mereka, ia memandang Bianca tepat di mata, pandangan mereka saat ini sama-sama penuh dengan nafsu.
“Saat aku menghubungi mu kau justru menolak ku, lihat sekarang siapa yang meminta ku untuk datang.” Lucius menyeringai, tangannya tetap melakukan tugasnya meremas dada Bianca sementara mata nya tak lepas memandang ekspresi yang Bianca berikan terhadap setiap sentuhan yang ia berikan.
Malam itu Bianca dan Lucius bercinta seperti orang gila hingga pagi, mereka tidak memperdulikan apapun termasuk ponsel mereka berdua yang berdering kencang.
Lucius mengabaikan telepon dari Evelyn, sementara Bianca mengabaikan telepon dari Elora yang berusaha menghubunginya berkali-kali.
Malam itu seolah suara dering ponsel mereka yang keras tidak mampu membuat mereka berdua mendengar, suara dering tersebut seolah teredam oleh desahan Bianca dan juga geraman Lucius dalam setiap gerak mereka.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [END]
RandomBianca punya rahasia besar yang ia sembunyikan rapat rapat, ini mengenai pekerjaan nya sebagai wanita penghibur disalah satu rumah bordil. Sialnya salah satu pelanggan rumah bordil tersebut ternyata kakak tingkat Bianca di kampus Atau lebih tepatny...