CHAPTER 47

55.2K 4.1K 97
                                    

Bianca, Elora dan Max pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Herald

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bianca, Elora dan Max pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Herald. Lucius tidak ikut dengan mereka, Bianca juga tidak sempat mengajak Lucius karena terlalu panik.

Bianca khawatir sekali dengan keadaan Herald, Bianca juga diliputi rasa bersalah. Ia takut bahwa Herald kecelakaan karena memikirkan perbincangan mereka sebelumnya hingga tidak fokus menyetir.

Jika tahu Herald akan mengalami kecelakaan seperti ini Bianca tidak akan membiarkan Herald pergi, Bianca benar-benar merasa bersalah.

“Tenang lah Bianca, Herald pasti akan baik-baik saja.” Elora mengusap punggung Bianca, Elora juga khawatir dengan keadaan Herald.

Mobil Max berhenti di depan rumah sakit, Bianca dan Elora turun dan masuk ke rumah sakit lebih dahulu sementara Max memarkirkan mobilnya.

Bianca dan Elora mendapati bahwa Feronica berserta anak-anaknya juga ada di rumah sakit ini menunggu Herald yang masih ditangani di ruang UGD.

“Untuk apa kau kemari?!” Mikayla yang sebelumnya duduk disebelah Ibunya itu kini berdiri, menunjuk tak senang ke arah Bianca yang baru saja datang.

“Kau tidak seharusnya berada disini, kau bukan siapa-siapa! Pergi dari sini!” Mikayla berteriak mengusir Bianca, namun Bianca tidak bergerak sedikitpun, Bianca tidak akan mau menuruti kemauan Mikayla untuk pergi.

“Kau tuli? Ku bilang pergi!”

“Berhenti berteriak Mikayla, ini rumah sakit.” Feronica menarik tangan Mikayla, menyuruh Mikayla untuk kembali duduk disisinya. “Tidak bisakah kau kesampingkan ego mu sekali saja.”

“Aku tidak mau melihat pelacur itu ada disini Ma, dia bukan siapa-siapa. Dia tidak punya hak untuk berada disin—”

“Kau mengusir ku karena aku tidak punya hubungan apa-apa dengan Herald, kau pikir kau punya hubungan apa dengan Herald? Kau bukan anak kandungnya, keponakan kandung juga bukan. Kau itu sama saja seperti ku, orang lain. Lalu bagaimana bisa kau punya hak berada disini tapi aku tidak?” Bianca sebenarnya malas bertengkar, seharusnya mereka sekarang berfokus pada Herald. Tapi jika didiamkan Mikayla pasti akan semakin menjadi.

Mikayla terdiam, ia kalah debat dengan Bianca. Mikayla ingin kembali membalas perkataan Bianca namun Mikaelo menarik kasar tangannya.

“Hentikan Mikayla, Papa sedang sekarat di dalam sana. Kalau kau ingin membuat kegaduhan lakukan di luar, jangan disini.”

Mau tidak mau Mikayla kembali duduk di sebelah Feronica, ia menatap sinis Bianca yang juga duduk disebrangnya bersama Elora.

Tak lama seorang dokter keluar untuk memberitahu kondisi Herald di dalam, sontak semua berdiri menghampiri dokter tersebut. Max yang baru saja datang pun ikut mendekat.

“Kondisi pasien baik-baik saja sekarang, puji Tuhan tidak ada luka dalam serius pada pasien, semua luka luarnya telah kami tangani dan kemungkinan besar akan meninggalkan bekas dan patah tulang yang pasien alami akan pulih secara perlahan, mungkin akan membutuhkan waktu agak lama untuk bisa pulih seperti sedia kala.”

Bianca dan yang lainnya mendesah lega setelah mendengar hal tersebut, Bianca sudah sempat berpikir negatif bahwa Herald tidak akan selamat. Untungnya Herald baik-baik saja.

“Pasien sudah bisa dijenguk setelah dipindahkan ke kamar rawat, namun tidak boleh menjenguk secara beramai-ramai. Kalian bisa melakukannya secara bergantian. Saya permisi dahulu.”

***

Lucius kembali ke apartemennya dengan perasaan kacau, Lucius benci saat melihat Bianca pergi menemui Herald tanpa memikirkannya.

Jangankan memikirkan, melirik Lucius saja Bianca tidak. Bianca pergi begitu saja seolah-olah Lucius tidak berada disana, membuat Lucius semakin membenci Herald.

“Bajingan brengsek itu mengurus satu hal saja tidak becus!” Lucius memaki anak buahnya yang telah ia suruh untuk mengacaukan mobil Herald, nyatanya Herald tak tewas di tempat. Seharusnya Herald mati, sehingga masalah Lucius selesai.

Lucius membuka laci lemarinya, ada sebuah revolver disana, haruskah Lucius turun tangan dan menembak mati Herald? Lucius sudah tidak tahan lagi. Keberadaan Herald benar-benar mengganggunya.

***

“Herald selamat?” Reinhard menaikkan satu alisnya, Jonas baru saja melaporkan bahwa Herald telah selamat dari kecelakaan.

“Dia beruntung juga, ku pikir ia akan tewas di tempat.” gumam Reinhard pada dirinya sendiri.

“Haruskah aku menjenguknya, bagaimanapun dia itu salah satu bawahan ku bukan?” Reinhard menyeringai licik, “Sepertinya putra ku membutuhkan sedikit bantuan dariku.”

***

Herald sudah dipindahkan ke kamar rawatnya, semuanya telah bergiliran menjenguk Herald yang masih terbaring tak sadarkan diri karena bius.

“Bianca, kita harus pulang. Jam jenguk akan segera berakhir. Hanya satu orang yang boleh tinggal menjaga pasien.” Elora membujuk Bianca untuk kembali, Elora paham bahwa Bianca masih ingin berada disini dan mengurus Herald. Namun Bianca tidak bisa, hanya satu wali yang bisa menjaga pasien.

“Kau bisa menjenguk Herald lagi esok hari, dan besok Herald pasti sudah sadar dan sudah lebih baik.”

Bianca terdiam, enggan untuk pergi. Rasanya Bianca tidak bisa mempercayakan Herald kepada Feronica, Feronica telah menipu Herald selama puluhan tahun, bukan tidak mungkin juga jika Feronica melakukan hal buruk kepada Herald demi mencapai keinginannya.

“Bianca.. ayo, kita harus segera pergi.”

Bianca mengalah, ia tidak bisa bersikeras untuk menetap. ia hanya akan membuat keributan, Bianca akhirnya menganggukkan kepalanya. Mengikuti Max dan Elora.

Paling tidak Bianca telah memastikan bahwa Herald selamat dan baik-baik saja. Hal yang Bianca takutkan tidak terjadi.

Bianca akan kembali menjenguk Herald esok hari, besok Bianca juga akan membawakan makanan kesukaan Herald.

Next chapter

Bianca menutup telinganya, ia sudah tidak sanggup lagi mendengar semuanya. Bagaimana bisa orang yang selama ini ia percaya, justru adalah dalang dari semua rasa sakit yang selama ini ia rasakan.

Chapter 48 malam Minggu ya :)

Her Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang