Hastu Hengkara Atmawidjaya

958 31 2
                                    

Jam weker yang nangkring diatas meja itu berdering membangunkan pemiliknya. Tangannya meraba-raba letak jam itu berada. Sayang, bukannya berhasil mematikan deringnya, jam itu terjun bebas ke lantai. Membuat pemiliknya langsung bangkit dari tidurnya. Maksud hati ingin tertidur beberapa menit lagi pun buyar seketika. Hastu bangkit memunggut jam kesayangannya itu.

"Allahuakbar!!! Gimana inih!!!" Ucapnya panik.

Hastu segera membawa jam itu keatas meja kerjanya. Mendadani barang-barang bekas adalah hobinya. Hingga hobi itu kini menjadi ladang uang saku untuknya.

Jika tak ada orang yang datang dengan barang rusak, ia akan mencarinya di gudang. Dan setelah berhasil memperbaiki, ia akan menjual barang itu. Uang hasil pekerjaannya ia kumpulkan untuk biaya sekolah.

Hastu seorang yatim piatu. Apapun yang ia lakukan saat ini, murni hanya untuk menyambung hidupnya. Ia tak pernah meminta bantuan orang lain. Bahkan saat orang lain memaksanya menerima bantuan, Hastu akan langsung menggantinya dengan memberikan layanan jasa. Entah itu membersihkan taman, menyapu rumah, mencuci piring, mengantar belanja, menyetrika baju, mengepel lantai hingga memperbaiki genteng bocor kala hujan.

Orang-orang yang mengenalnya menyebutnya super hero tak bersayap. Mereka selalu ingin mengasihi Hastu. Tapi Hastu menolak. Baginya, selama ia mampu berdiri dan berlari, ia tak akan meminta tolong pada orang lain. Motto hidupnya, 'apapun pekerjaannya, asal halal pasti kenyang'.

####

"Nak Hastu." Panggil nenek diseberang rumahnya. Hastu membuka jendela kamarnya.

"Ya nek?"

"Bantuin nenek angkat sayur." Teriak nenek itu.

"Siap!" Balas Hastu. Cowok itu lalu bangkit dan meninggalkan jam wekernya yang belum selesai ia perbaiki.

"Pagi nek." Sapa Hastu lalu langsung masuk menuju dapur.

"Lahhh mana panci sayurnya nek?" Tanya Hastu celingukan.

"Duduk dulu. Ayo sarapan." Ucap nenek.

"Hastu belom mandi nek, Hastu pulang mandi dulu aja." Tolak Hastu halus.

"Makan dulu, nenek masaknya kebanyakan tadi. Semalam nenek dapat telepon dari anak nenek, dia bilang akan berkunjung jadi nenek masak cukup banyak hari ini." Ucap nenek pilu sembari menatap makanan yang sudah siap di meja.

Hastu kasihan. Ia jadi tak enak sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Akhirnya Hastu menarik bangku di depan nenek dan duduk.

"Mau lauk apa?" Tanya Nenek.

"Tahu aja nek."

"Makan sayur juga, protein juga." Ucap nenek mengambilkan sayur dan ayam juga ikan dipiring Hastu.

"Udah nek, jangan banyak-banyak. Nanti anak nenek kalo pulang gak kebagian." Ucap Hastu lugu.

"Nenek juga gak tahu dia jadi berkunjung atau tidak. Lebih baik kamu yang makan daripada nenek buang." Ucap nenek sedih lalu bangkit dari duduknya.

####

"Ya Allah, perut gue jadi kek orang hamil tujuh bulan. Mo mledak rasanya." Gerutu Hastu sepulang dari rumah nenek. Baru saja pantatnya istirahat di bangku reot kost-annya, matanya menangkap jam yang menunjukan pukul 06:44. Enam belas menit lagi pintu gerbang sekolahan akam ditutup. Hastu terlambat!!!

Spontan cowok itu bangkit. Tanpa mandi, Hastu hanya cuci muka dan sikat gigi. Buru-buru ia memakai seragam. Tak lupa mengenakan sepatu dan menenteng tas sekolahnya. Secepat kilat ia mengayuh pedal sepedahnya. Hingga tanpa ia sadari, kaus kakinya tak berwarna sama. Satu putih dan satu hitam. Ia bahkan tak merapikan rambutnya.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang