Ajeng melamun diruang makan. Ia bahkan tak menyentuh nakan siangnya. Kotak makan yang ditinggalkan Ira masih utuh tak tersentuh oleh tangannya. Ia menatap benda itu lurus tanpa berkedip. Jam menunjukan pukul 12:45. Sebentar lagi jam istirahat berakhir. Ajeng pun sudah tak memiliki alasan untuk tinggal lebih lama, ia juga harus pulang dan mampir ke suatu tempat.
Ajeng berdiri, ia membawa kembali piring makan siangnya yang masih utuh hingga suara pintu terbuka membuatnya menoleh.
"Hay," sapa Hastu dibalik pintu. Nafasnya terengah-engah, seolah baru saja dikejar sesuatu. Ajeng memutar tubuhnya menghadap Hastu.
"Lo udah makan?" Tanya Hastu saat melihat Ajeng membawa piring.
"Udah." Jawab Ajeng datar. Ia melanjutkan langkahnya menuju dapur.
Hastu sedikit kecewa. Sebebarnya ia berlari pulang karna ingin makan siang bersama dengan Ajeng. Ia bahkan menyempatkan memesan makanan selama rapat berlangsung. Hastu menatap kotak makan yang dibawa Ira tadi pagi. Masih utuh dimeja.
"Knapa gak nungguin gue?" Tanya Hastu.
"Gue pikir lo ada janji sama Ira."
"Ya gak mungkin lah-"
"Karna kotak bekal itu udah disini, jadi gue pikir gue mesti cepet pergi sebelum Ira dateng. Gue gak mau gangguin makan siang kalian."
"Lo knapa sih? Kata siapa Ira bakal kesi-"
"Dia ngasih segitu banyak makanan buat lo, trus tujuannya apa kalo dia-"
"Gue narik dia cepet pergi dari sini tadi pagi, karna gue gak mau dia tau lo disini." Jelas Hastu. Ia menghampiri Ajeng.
"Gue minta maaf, berangkat kerja tanpa pamit. Malah gandeng tangan cewek lain." Tambah Hastu. Ia meraih tangan Ajeng yang masih berlumur sabun cuci. Hingga suara nyaring dari perut Ajeng nembuyarkan acara romantis Hastu.
"Lo belom makan?" Tanya Hastu. Ajeng menunduk malu.
####
"Sebaiknya, kamu jangan menganggu rencana adikmu." Ucap seorang pria paruh baya yang duduk di meja makan. Ia sedang makan malam bersama kedua putra-putrinya.
"Tapi pa, Ira udah gak bisa nunggu!"
"Pikirkan ini baik-baik," ucap pria itu. Sementara anak laki-lakinya tersenyum penuh kemenangan. Ayahnya mendukung dirinya.
"Kalo lo gak mau ngikutin rencana gue, seratus persen gue yakin, lo gak bakal ngedapetin hatinya Hastu!" Ucap cowok itu.
"Pion yang kita punya, sudah mampu menggoyahkan Hastu. Begitu ia masuk dalam perangkap kita, kita bisa menguasai seluruh milik keluarga Somad, dan kamu bisa mengendalikan Hastu." Terang pria paruh baya itu.
"Kamu hanya perlu mencontoh adikmu, adikmu berhasil menjadikan Ajeng sebagai bonekanya." Tambah pria itu.
"Tapi pa, Ira-"
"Percaya sama papa, papa dan adikmu tak akan membuatmu kecewa." Potong pria itu. Rasa kesal dan kecewa Ira sudah berada diubun-ubun. Papanya sama sekali tak mendukung keinginannya. Ia tak ingin Hastu terluka.
####
Hastu berada diruang kerjanya. Hari ini Ajeng pulang lebih awal. Ia membaca beberapa berkas dari kantor. Hastu mengernyitkan dahu saat sebuah nama yang tak asing baginya, tertera disalah satu dokumen.
"Nathan." Gumam Hastu.
####
"Gue lebih tau sifat Hastu dibanding lo." Ucap cowok itu. Ia menghampiri kakaknya yang berdiri dibalkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Genç KurguMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...