Dia, Hastu gue!

132 15 3
                                    

Sejak hari itu, Ajeng lebih sering datang ke kelas Hastu. Ia tak segan duduk disampingnya bahkan saat Hastu sedang bersama teman-temannya.

"Hari ini, gue ada ulangan." Cerita Ajeng. Hastu menatap polos pada gadis di sebelahnya itu.

"Kok diem?" Tanya Ajeng.

"Trus gue mesti gimana?" Tanya Hastu. Ajeng lagi-lagi kesal. Ia mengerutkan dahi.

"Tauk ahh."

"Kalo udah tau bakal ada ulangan, mestinya lo belajar. Ngapain nyamperin gue?" Tanya Hastu. Rasa kesal Ajeng bertambah. Gadis itu pun beranjak dari duduknya.

"Mo kmana?" Tanya Hastu.

"Balik."

"Kalo lo balik, gue gak berani nyamperin ke kelas lo." Ucap Hastu.

"Bodo!"

"Yaudah." Putus Hastu ia kembali berkutat dengan es dan snack-nya. Ajeng merengut. Ia benar-benar kesal. Tapi tak sehari pun ia bisa menjauh dari kelas IPS. Ia tak bisa sehari tak melihat Hastu. Kebayang kan gimana kesalnya Ajeng?

"Pacar bukan tapi ngangenin tiap hari!" Gurutu Ajeng pelan sembari terus melangkahkan kaki.

"Princess ngedumel, knapa?" Tanya Mayang yang baru saja keluar dari kelas bersama Nilam.

"Gue penasaran aja, kapan dia bisa mendefinisikan arti lain dari rasa suka."

"Ciee yang gak sabaran." Goda Nilam.

"Bawaannya gemes gitu, lemotnya nauzubillah."

"Tapi lo suka, kan?"

"Iya sih." Aku Ajeng. Hingga seseorang datang dengan baki ditanganya duduk di samping Ajeng. Gadis itu mendongak kaget.

"Kalo ada ulangan, harusnya ke kelas baca buku materi bukan ke kantin." Omel Hastu. Ajeng cuek sementara Nilam dan Mayang saling cekikikan.

"Mba-emba, maap ya ganggu bentar." Ucap Hastu. Mayang dan Nilam mengangguk saja.

"Lo laper ato ada ulangan?" Tanya Hastu.

"Belajar kalo perut kosong juga gak fokus." Ucap Ajeng.

"Yaudah, maem dhisik." Ujar Hastu. Ajeng mengeryit tak paham.

"Arep kah tak suapin?" Tawar Hastu. Ajeng masih terdiam tak paham.

"Makan dulu. Perlu gue suapin?" Ulang Hastu. Ajeng yang baru mengerti bahasa Hastu tersipu malu.

"Cieeee. Jadian aja napa!" Goda Nilam.

"Iya nih, gemesin tau gak!" Timpal Mayang.

"Apaan sih!" Ucap Ajeng malu-malu. Pipinya berubah merah seperti tomat.

"Yaudah, gue balik duluan." Pamit Hastu.

"Mo kmana?"

"Balik ke kelas, biar lo belajar."

"Lo bener Hastu, kalo lo ada disini yang ada dia gak makan-makan, gak jadi belajar pula!" Ucap Nilam.

"Udah sono balik!" Ucap Mayang.

Hastu pun beranjak pergi.

####

Istirahat kedua, lagi-lagi Ajeng ke kelas Hastu. Tapi kali ini Hastu sibuk dengan teman-temannya. Cewek semua. Dan Ajeng lagi-lagi cemburu.

"Apaan sih!"

"Dasar! Pada kegatelan semua!" Gerutu Ajeng.

Hastu yang tengah asyik menjelaskan materi pelajaran tak menyadari kehadiran Ajeng. Dari semua siswa kelas sepuluh IPS dua, memang Hastu lebih menonjol dibanding anak-anak yang lain. Bila anak cowok IPS semuanya pemalas dalam hal belajar, Hastu cenderung lebih menyukai praktek. Penjelasan Hastu yang ringkas lebih mengasyikan dari pada penjelasan guru, membuat anak-anak suka berteman dengan Hastu.

Langit dan Senja [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang