Mahira mengantarkan Hastu pulang. Hening selama perjalanan, membuat Ira tak enak.
"Lo marah?"
"Enggak."
"Lo suka sama tuh cewek?"
"Kita baru kenalan, tadi."
"Trus knapa lo diem aja?"
"Sebenernya gue pen jalan kaki aja."
"Knapa?"
Hastu hanya tersenyum.
"Ada hal-hal yang hanya pengen gue simpen, bolehkan?"
"Lo gak mau cerita?"
Hastu kembali tersenyum.
"Fokus aja sama setirnya, gue gak mau mati muda." Ucap Hastu. Ira pun terdiam. Hastu berkutat dengan pikirannya tentang Ajeng, sementara Ira sibuk mengatur detak jantungnya. Ada yang ingin ia utarakan, tapi rasa malu membuatnya gugup.
"Ada yang mo gue omongin." Ucap Ira.
"Ngomong aja." Sahut Hastu dengan tatapan lurus kedepan.
"Lo udah makan? Kita mampir kafe langganan gue, gimana?"
"Emm boleh."
Mobil pun berbelok menuju kafe tempat nongkrong Ira.
####
Lagu Betapa dari Sheila On 7 menyambut Ira dan Hastu begitu mereka memasuki kafe.
"Masih ada yang suka sama lagu jadul kek gini." Gerutu Ira.
"Knapa? Keren kok. Gue suka." Ucap Hastu. Mereka mengambil duduk di dekat dinding yang terbuat dari kaca.
"Kalo gitu gue juga bakal coba buat suka lagu ini." Ucap Ira.
"Knapa?"
"Kita makan dulu, baru ngomong. Lo mo pesen apa?"
"Emm, yang termurah aja disini." Jawab Hastu.
"Knapa?" Tanya Ira diakhiri senyuman geli.
"Gue gak ada duit, barang bekas yang gue kerjain belom laku."
"Barang bekas?"
Hastu mengangguk.
"Tar kalo udah laku, gue traktir deh makan bakso langganan gue. Murah meriah, udah pasti kenyang." Ucap Hastu.
"Maksudnya lo kerja dibengkel?"
"Kaga, papanya Rafa ngebolehin gudangnya gue pake buat dijadiin bengkel."
"Terus?"
"Ya gue dapet barang-barang rongsokan dibantuin Riska sama Rafa. Gue benerin yang rusak biar bisa gue jual." Jelas Hastu. Ira semakin tertarik akan kepribadian Hastu.
####
"Jadi lo kalo pengen beli sesuatu harus ngejual barang bekas dulu buat dapeti uang?" Tanya Ira disela suapan kentang goreng yang ia pesan. Mereka hanya memesan seporsi untuk berdua sesuai keinginan Hastu. Hastu menolak saat Ira berencana mentraktirnya.
"Emmm, kalo yang gue pengen banget sih, kalo gue pikir gak penting banget buat gue, gue gak bakal berusaha segitunya. Karna papa Rafa udah mencukupi semua keperluan gue." Jawab Hastu. Ira manggut-manggut.
"Lo bilang ada yang pengen lo omongin, dari tadi ngebahas gue mulu." Ucap Hastu mengingatkan. Ira berhenti mengunyah. Ia teringat akan niatnya bertemu Hastu.
"Oke, soal kejadian kemaren, gue-"
"Yang mana?" Potong Hastu.
"Tentang perasaan gue." Ucap Ira terbata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Senja [complete]
Teen FictionMy fifth story😍. Sequel Devano. Baca yakk. Mei, 03, 2020 Cover by: me "Langit punya semuanya. Ia tak pernah kehilangan senja, fajar, matahari, bulan dan bintang. Ia setia menunggu senja datang menghiasi hari sorenya hingga malam menggantikan warna...